Share

57. Kontrak Besar

Author: ReyNotes
last update Huling Na-update: 2025-08-26 20:12:19

Menjelang sidang perceraian dengan Amara, suasana hati Geo masih kacau. Namun, anehnya, bukan Amara yang paling sering mengganggu pikirannya—melainkan Bianca.

Semenjak melihat rekaman meeting bersama tim keuangan, wajah Bianca terus membayangi Geo. Suara Bianca yang tegas namun lembut saat menjelaskan analisis keuangan terngiang-ngiang di kepalanya.

Bahkan di layar laptopnya kini, ia memasang walpaper Blue dan Grey.

“Daddy bersalah pada kalian. Tunggu, ya. Sebentar lagi, Daddy akan datang.” Dalam hati, Geo menjanjikan sesuatu yang ia sendiri belum tau jawabannya kapan akan terlaksana.

“Tuan Geo?” Harris—manager keuangan menegur bos-nya yang hanya terpaku menatap layar laptop.

Geo tersentak dari lamunan. Ia berdehem sedikit lalu mengangguk. “Ya?”

“Bagaimana dengan kerja sama kita dengan Blue and Grey consultant?”

Geo tidak langsung menjawab. Ia hanya menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya menerawang. Bayangan Bianca yang sedang memegang pena, menjelaskan grafik dengan percaya diri, me
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
takjub kan Daddy Geo lihat Blue dan Grey. buncah ga tuh dadanya? tapi kita belum tau reaksi Mommy Bi
goodnovel comment avatar
Nurliana Ali
aakkhh bahagianya
goodnovel comment avatar
Jennifer Karisoh
1 atw 2 bab lagi donvg....
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   74.

    Selama makan siang itu, Bianca tampak beberapa kali menunduk, sibuk dengan ponselnya. Sesekali ia tersenyum tipis, tapi juga terlihat gusar.Geo yang duduk berhadapan, sempat melirik—ia tahu betul Bianca bukan tipe yang sibuk main ponsel saat bersama anak-anak. Ada sesuatu yang berbeda.Pesan dari Rafael membuat Bianca sibuk. Guru bahasa Inggris Blue dan Grey itu memang sedang seminar di luar kota hingga tidak menghadiri acara pertandingan barusan.“Selamat untuk Blue dan Grey! Mommy mereka pasti bangga sekali. Aku juga turut bangga.”Tak lama kemudian, sebuah pesan susulan datang.“Aku lihat foto-foto lomba dari grup sekolah. Itu… siapa pria yang duduk bersama kalian? Kutebak dia adalah ayah Blue dan Grey... karena mirip.”Bianca terdiam. Napasnya tercekat sejenak. Jemarinya berhenti di atas keyboard, tak langsung membalas.Matanya sekilas melirik ke arah Geo yang tengah menunduk, memperhatikan Grey menjelaskan sesuatu dengan penuh semangat.Perasaan campur aduk memenuhi dadanya, ant

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   73. Mendampingi Lomba

    Karena hari ini libur, Bianca yang mengantar Blue dan Grey ke sekolah. Lalu, ia berbelanja banyak kebutuhan rumah tangga.Selesai berbelanja, Bianca mampir ke rumah Billy.“Bil-Bil, Kak Windy, ini aku bawain sayuran dan buah-buahan.” Bianca langsung menata buah dan sayur di dalam kulkas atau meja makan.“Waaah... terima kasih adik cantik.” Windy terlihat senang dan langsung mengambil beberapa anggur untuk dimakan.“Kamu kok nggak kerja, Bi?” Billy tampak heran karena biasanya Bianca sangat sibuk di depan laptop.“Sudah selesai semua projeknya. Mr. X bilang beberapa hari ini aku bisa libur.”“Bagus. Akhirnya kamu bisa istirahat sejenak.”Sambil duduk dan makan buah, Bianca menceritakan tentang apa yang Geo berikan pada Blue dan Grey. Juga bagaimana reaksi putra-putranya tersebut.Billy dan Windy saling melirik. Bianca bercerita dengan ekspresi sedih, sesekali bahkan menghela napas panjang.“Kamu takut Geo mengambil Blue dan Grey, ya?”Bianca mengangguk. “Atau malah, Blue dan Grey yang

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   72. Pesan-Pesan Personal

    Grey masih terdengar bercerita penuh antusias pada sang kakek, menyebut “Daddy Geo” hanya sekadar formalitas… bukan dengan hangat.Atrick menoleh sekilas pada putranya yang duduk di kursi sebelah. Sehabis rapat tadi padahal wajah Geo terlihat senang.“Geo, lihat sendiri kan? Anak-anak mulai terbuka. Jangan cemburu kalau mereka lebih nyaman denganku dulu. Itu wajar.”Geo menunduk, jemarinya mengepal.“Tapi, Dad… aku ingin mereka bicara begitu padaku. Aku ingin mereka lihat aku… bukan hanya mendengar namaku dari orang lain.”Atrick menepuk bahu putranya, memberi ketenangan.“Semua butuh waktu, Geo. Kamu sudah kehilangan banyak momen bersama mereka. Jangan harap bisa langsung menggantinya dalam semalam. Yang penting, mereka sudah tahu kamu ada.”Geo hanya menghela napas panjang. Perasaan cemburu bercampur haru membuat hatinya tak tenang.Malam itu, ketika Bianca mengantar si kembar naik ke ranjang, tiba-tiba Grey meminta izin.“Mommy, aku boleh telepon Daddy Geo sebentar? Aku mau kasih t

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   71. Dia Lagi!

    Grey sudah duduk di lantai ruang keluarga, membuka kotak STEM kit dengan mata berbinar. Tangannya sibuk menyusun bagian-bagian kecil, meski belum tahu caranya.“Mommy, ini bisa jadi robot betulan, kan? Aku mau tunjukkin sama Mister Rafael kalau aku bisa bikin robot yang bisa jalan!” serunya penuh semangat.Bianca menatapnya, senyum kecil tersungging meski hatinya masih penuh dilema.“Pelan-pelan, Sayang. Jangan sampai ada bagian yang hilang.”Di sisi lain, Blue duduk di sofa, memeluk lututnya, menatap buku-buku bergambar tanpa menyentuhnya. Wajahnya datar, tatapannya tajam.“Blue.” Bianca mengusap sayang kepala putranya. “Kenapa, sayang?”“Mommy, aku nggak mau mainan dari orang asing,” ucapnya pelan tapi tegas.Bianca terdiam.“Blue…” Bianca menghela napas panjang. “Daddy Geo bukan orang asing. Dia... daddymu.”“Kalau ini dari orang itu—dia tidak perlu kasih apa-apa.” Nada suara Blue dingin, seperti ada tembok yang sengaja ia bangun. “Kalau dia mau jadi Daddy, kenapa baru sekarang? Ak

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   70. Paket untuk Si Kembar

    Hingga pagi hari, Geo belum mendapat balasan dari Bianca. Ia lalu mengeluh pada sang daddy saat bertemu di ruang makan.“Mommy masih di kamar?”“Tidak. Masih jogging di taman.”“Daddy nggak nemenin?”“Pagi-pagi, daddy sudah treadmil.” Atrick mengamati putranya yang sudah rapi berpakaian kerja.Geo minum segelas air mineral sambil menatap ponselnya. Kepalanya menggeleng samar kala meletakkan benda komunikasi itu.“Semalam aku mengirim pesan untuk menanyakan jadwal pertemuan dengan Blue dan Grey. Sampai detik ini tidak dibalas, padahal Bianca sudah membaca pesanku.”Atrick mengangkat sedikit kedua alisnya. “Jadi, itu yang membuat wajahnya merengut di pagi hari yang cerah ini?”“Daddy… aku tidak pernah merasa sesulit ini,” ujar Geo sambil menghela napas panjang. “Biasanya, kalau aku ingin sesuatu, aku bisa mendapatkannya dengan cepat.”Atrick meletakkan cangkir tehnya, lalu menepuk bahu putranya.“Geo, dengarkan baik-baik. Bianca sudah melalui banyak hal seorang diri. Ia membesarkan anak

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   69. Diam-Diam Membantu

    Esok harinya, Bianca dan Geo masih saling berbalas pesan. Geo sangat senang karena dengan cara ini ia tetap bisa berhubungan baik dengan Bianca.Sangat berbeda jika mereka bertemu secara langsung. Keduanya akan terlihat canggung dan lebih banyak diam.Sore itu, di akhir jam kerja, Bianca mengirim file pekerjaan. Tanpa sadar, Bianca terkadang jadi curhat pada Mr. X, meski tetap melalui email.“Ini baru selesai. Agak menyebalkan karena Saya harus mengurus pipa dapur yang bocor.”“Anda sudah memanggil tukang?”“Sudah, tapi belum berhasil. Masih ada kebocoran meski kecil.”“Semoga cepat selesai masalahnya.”“Iya, besok akan dilanjutkan lagi.”Tanpa Bianca tau, Geo mengirim tukang berpengalaman ke rumah Bianca. Masalah dengan pipa dapur bocor itu selesai setelah Geo mengirim perlengkapan wastafel cuci piring yang baru.Dengan kening berkerut, Bianca menatap wastafel baru yang dibawa tukang ke rumahnya.“Wastafelnya bagus sekali. Anda yakin harganya sudah sesuai?”“Yakin, Nyonya.” Tukan kir

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status