Sekar menyilangkan kedua tangannya, di depan dadanya karena merasa sangat malu.Niko benar-benar tak percaya, melihat kecantikan Sekar, yang begitu memabukkan nya, malam itu.Gadis berbulu mata lentik itu, benar-benar berbeda saat mengenakan gaun, yang di pilihkan oleh Niko. "Sekar..." Niko segera menggeser posisi tubuhnya di ranjang, memberikan ruang untuk istri belia nya itu. "Kenapa harus di tutupi..?" bisik pemuda itu, dengan suara yang sudah terdengar berat, meraih kedua tangan istrinya."Saya malu Mas.." "Tidak usah malu, sekarang aku sudah menjadi suamimu, setiap hari juga bakalan lihat semuanya.." bujuk Niko, menyingkirkan tangan istrinya dari dadanya."Kamu pasti capek kan, mau Mas pijit?" tanya Niko, menawarkan dirinya, agar sang istri merasa lebih rileks."Memangnya Mas Niko, bisa?" tanya Sekar, tampak malu-malu. "Kalau buat istriku, aku jadi serba bisa, termasuk jadi tukang pijit kamu.." rayu Niko, membuat Sekar merasa tersanjung.Sekar tak menolak, saat kemudian Niko
Niko segera berlari, mencari ruangan tempat Sekar berada."Sialan si Denis, ngapain juga dia malah masuk dan ikut menunggu Sekar di dalam!" geram Niko, merasa sangat marah."Sekar!!" Niko segera masuk, dan langsung menghampiri istrinya itu, dan menyuruh Denis untuk keluar."Ingat Denis, kamu hutang penjelasan, pada Abang nanti!" geramnya, menyuruh adiknya itu segera keluar dari ruangan. Denis hanya diam, dan pasrah saja saat abangnya itu, memarahi nya."Sayang, maafkan Mas ya, karena datang terlambat." bisik Niko, kemudian menciumi pipi sang istri. "Sakit Mas.." Sekar masih merintih kesakitan, dengan peluh yang sudah bercucuran."Dokter, bagaimana istri saya?" Niko tampak begitu panik, melihat kondisi istrinya, yang tampak begitu lemah."Ini sudah pembukaan 7 Pak, tapi dari satu jam yang lalu, istri Bapak pembukaannya tidak bertambah." jelas dokter "Terus bagaimana dokter?" tanya Niko panik.Sekar yang saat ini telah di pasang jarum infus, untuk menjaga staminanya dalam melahirkan,
"Kamu yakin Nduk, mau kerja ke kota?" tanya Pak Ramli sambil terbatuk-batuk, karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh. "Mau bagaimana lagi Pak? kalau bukan Sekar yang kerja, terus siapa?" jawab gadis berusia 18 tahun itu, menatap wajah Bapaknya, yang terlihat sedih."Bapak masih bisa kerja Nduk.." ucap lelaki paruh baya itu, tampak tak setuju. Apalagi Sekar, anaknya itu baru saja lulus dari sekolah menengah atas nya."Tapi kita butuh biaya cepat, untuk berobat Ibu Pak, kata dokter penyakit Ibu harus segera di operasi." jawab gadis yang terkenal sebagai bunga desa di kampungnya itu, tetap ngotot untuk berangkat kerja, di kota."Bapak khawatir Nduk.." ucap Pak Ramli dengan wajah sendu. Usianya yang baru 45 tahun itu, terlihat jauh lebih tua dari usia aslinya, karena beratnya pekerjaan, yang selama ini ia lakoni."Bapak ndak usah khawatir ya, kemarin Mbak Novi sudah menghubungi Sekar, katanya di rumah tempat dia bekerja, lagi butuh dua orang pembantu lagi." ucap Sekar, mencoba menen
"Aku bukan copet woi!! aku lagi nungguin orang, buat aku jemput!!" jawab pemuda itu marah.."Sek sek Mas, aku lagi ada sms ini!" jawab Sekar segera membuka ponselnya yang berbunyi.["Ini nomor hp Mas Niko, yang jemput kamu ya Sekar."] tulis pesan itu, yang ternyata dari Novi.Sekar segera menghubungi nomor itu dengan terburu-buru. Tapi ternyata, ponsel pemuda di depannya berbunyi, dan ia segera menjawab."Ya hallo..!!" jawab pemuda itu ketus."Hhhhallo... " Sekar menjawab, dan segera melihat pemuda itu, dengan wajah ketakutan.Aduh! !! mati aku!' gumam nya, saat melihat mata pemuda itu melotot kepadanya tak percaya, jika ternyata orang yang sedang di tunggunya dari tadi, adalah gadis yang ada di depan nya saat ini, yang hampir saja membuatnya mati konyol di pukuli oleh warga."Kamu!!!!" seru pemuda yang bernama Niko itu, melotot dan menunjuk wajah Sekar, dengan sangat kesal.Warga yang masih berkerumun dan melihat hal itu, seketika bubar dengan ketakutan.Mereka takut, kalau sampai p
"Jadi ini, pembantu yang akan mengurus Tania?" tanya bu Raya, ibu dari Niko memandangi Sekar, dari atas sampai bawah."Iya Nyonya." jawab Novi."Tapi apa dia sudah berpengalaman? kelihatannya masih muda banget, berapa usia kamu?" tanya bu Raya, memandang Sekar."Saya baru mau 19 tahun Nyonya." jawab Sekar."19 tahun?? masih muda sekali. Terus kamu berani melamar kerja di rumahku ini, sudah punya keahlian apa?" tanya perempuan paruh baya, yang masih terlihat begitu cantik dan modis di usianya yang sudah tak muda lagi itu, menatap tajam Sekar."Banyak Nyonya, saya bisa bersih-bersih, bisa masak, nyuci.." jawab Sekar."Kalau ngurus balita berkebutuhan khusus bisa?" tanya Bu Raya lagi, masih menatap Sekar."Balita??" tanya gadis belia itu, kemudian menoleh ke arah Novi, karena sebelumnya, Novi tak pernah menyebut balita, dalam pekerjaannya.Tapi kemudian, dengan mantap Sekar segera mengangguk."Bisa Nyonya." jawabnya, tanpa ragu."Oke, baiklah. Tapi sebelum kamu benar-benar di terima di r
"Kenalin Mbak, namaku Sekar." Sekar mencoba berkenalan dengan Sisil, yang terlihat angkuh itu.Sisil hanya menatap tangan Sekar sekilas, saat mengajaknya untuk bersalaman.Merasa di abaikan, Sekar akhirnya menyibukkan diri, untuk menata baju-baju nya, ke dalam lemari pakaian."Perlu aku garis bawahi ke kamu, gak usah sok dekat deh sama aku. Status kita itu berbeda, karena sebentar lagi, aku akan menjadi bagian dari keluarga ini, sedangkan kamu, akan tetap menjadi babu!!" ucap Sisil sinis."Mendengar ucapan Sisil barusan, tahulah Sekar, jika gadis yang sekarang menjadi teman satu kamarnya itu, tak menyukai dirinya."Satu lagi, kamu jangan pernah kegenitan atau godain Mas Denis! karena Mas Denis itu pacar aku!!" ucap gadis berambut pendek itu, bersedekap, dan menatap wajah cantik Sekar, yang sepertinya bisa menjadi sebuah ancaman baginya.Sekar sedikit terkejut mendengar itu, ia tak menyangka, kalau ternyata pelayan sepertinya, bisa berpacaran dengan anak majikan."Saya disini cuma mau
"Syukurlah Tania mau membuka diri pada gadis itu, Raya." ucap Oma, yang juga tampak bahagia, melihat cicit nya mulai terlihat ceria lagi.Ketika Mama Tania meninggal, waktu itu Tania baru berusia 4 tahun.Hampir 3 bulan lamanya, semenjak Mamanya pergi, gadis kecil itu setiap hari menangis mencari Mamanya, dan selalu berlari kesana kemari, mencari sang Mama.Tak ada yang tak menangis, melihat gadis kecil itu, begitu kehilangan sosok sang Mama.Setiap pengasuh yang datang, tak ada satupun yang bisa merebut kembali hati bocah itu.Bu Raya menyusut air matanya, karena bahagia, akhirnya cucunya bisa tersenyum lagi.Niko hanya diam saja menyaksikan itu, walau dalam hati kecilnya, dia sungguh merasa sangat bersyukur, akhirnya ada orang yang bisa mengasuh Putri semata wayangnya itu.Sisil yang menyaksikan itu semua, merasa sangat kesal, apalagi saat di lihatnya, Denis kekasihnya juga menatap kagum ke arah Sekar."Adududuhhhh..jangan keras-keras donk pijitnya, kan sakit !" seru Oma, memecah ke
"Kata Oma buburnya gak enak Nyonya." jelas Novi, yang hendak mengambilkan makanan baru untuk Oma."Kok bisa??" Bu Raya segera menatap ke arah Sisil, yang hendak membuang bubur ke tempat sampah."Tunggu, jangan di buang dulu, tadi sudah kamu icipi belum? terus kamu bikinnya sesuai dengan resepnya kan??" tanya bu Raya, menatap tajam, ke arah gadis yang memanyunkan bibirnya itu."Sudah kok." jawab Sisil, tampak sedikit gugup."Coba sekarang kamu cicipi bubur itu!" perintah bu Raya tegas."Tapi tadi sudah saya icip kok Nyah!" Sisil tampak tidak mau, untuk mencicipi bubur buatannya sendiri."Sudah, sekarang coba kamu icip lagi!" Dengan berat hati, akhirnya Sisil menyuap satu sendok kecil, bubur yang dia buat tadi."Huekkk! " dengan langkah tergesa, dia segera berlari menuju kamar mandi belakang, ingin muntah.Bu Raya tampak geram melihat itu."Bagaimana rasanya??" tanya perempuan paruh baya itu, begitu Sisil telah keluar dari kamar mandi. "Eng..gak enak Nyonya." jawab Sisil, nyengir tan