Share

BAB 7

Author: Anisah97
last update Last Updated: 2023-12-18 21:20:21

KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU

BAB 7

"Ridwan, jangan, Nak," cegah Ibu, membuat Mas Ridwan menghentikan langkahnya.

"Mereka harus ditegur, Bu."

"Kita tidak punya bukti kalau mereka yang melakukannya," ucap Ibu.

"Ibu benar, Mas, kita tidak punya bukti, kalau kamu nekad menegur mereka, mereka pasti akan marah dan menyebut kita telah memfitnah mereka," timpalku.

"Baiklah, Ridwan akan mencari bengkel, kalian tunggu saja di sini, kita akan langsung pergi setelah Ridwan kembali." Aku tersenyum seraya mengangguk cepat.

_______

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Mas Ridwan kembali juga. Kami pun berangkat menuju langsung ke rumah pemilik tanah tersebut.

"Tadi saat di bengkel, Mas ketemu dengan teman lama Mas, kebetulan teman Mas itu kepala tukang, jadi setelah membangun restoran nanti, baru lah rumah Ibu direnovasi," ucap Mas Ridwan sambil fokus menyetir mobil.

"Yang penting, tujuan kalian ingin membuka cabang di sini sudah terlaksanakan, urusan rumah Ibu bisa nanti-nanti," sahut Ibu.

"Insyaallah, dalam dua bulan ke depan rumah Ibu sudah harus direnovasi, tidak boleh ditunda-tunda lagi," ucap Mas Ridwan.

Setelah banyak berbincang-bincang, akhirnya kami pun sampai di depan rumah pemilik tanah itu. Pak Dito namanya, kedatangan kami disambut dengan baik.

"Ini, Pak Ridwan pengusaha sukses yang ada di majalah ini 'kan?" Seorang gadis berkacamata keluar dari dalam kamar sambil menunjuk foto Mas Ridwan yang terpampang di majalah.

"Sepertinya, iya, namanya saja juga Ridwan," timpal istrinya Pak Dito.

"Wah, ternyata yang ingin membeli tanah kita, adalah Pak Ridwan pengusaha dari Pekanbaru? Memang tidak diragukan lagi, tanah yang akan dibeli adalah tempat yang paling strategis untuk membuka usaha," sambung Pak Dito dengan semangat.

"Kita foto-foto dulu, Sindi mau mempostingnya di Facebo*k, pasti banyak yang komentar karena Sindi berfoto dengan seorang pengusaha sukses!"

Atas permintaan gadis bernama Sindi itu, kami semua pun berfoto dan terakhir Mas Ridwan befoto selfie dengan Sindi. Aku tidak menyangka kalau foto suamiku ada di majalah, ke mana saja aku selama ini?

"Kalau Sindi sudah lulus sekolah, nanti terima aku untuk kerja di restoran Pak Ridwan, ya? Sindi suka masak, jadi melamar jadi tukang masak di dapur saja," ucap Sindi. Gadis seusia Ranti itu sangat ramah dan sopan. Baru bertemu saja sudah seperti kenal lama.

"Sudah, kamu bawa temanmu ngobrol di depan, dari tadi nyerocos saja kerjaanmu." Sindi terkekeh kecil menanggapi ucapan ibunya, lalu membawa adikku Ranti dan Rindu menuju teras.

"Jadi, berapa harga tanah yang dijual itu, Pak?" tanya Mas Ridwan.

"Delapan puluh juta," jawabnya. Laki-laki yang sudah ditumbuhi rambut putih itu pun meminta istrinya untuk mengambil surat tanah di dalam kamarnya.

Kulihat Mas Ridwan tampak terkejut saat mendengar harganya.

"Kenapa murah sekali?" tanya suamiku. Aku pikir dia terkejut karena mahal, ternyata terkejut karena harganya murah.

"Biar cepat laku saja, karena sudah ada beberapa orang yang datang menanyakan harga, setelah dikasih tahu harga awal, semua jadi mundur teratur, jadi dengan kamu, Bapak jual delapan puluh juta saja," jelas Pak Dito.

"Saya beli dengan harga awal," ucap Mas Ridwan cepat.

"Tapi, harga awalnya seratus juta, Nak."

"Iya, saya beli harga segitu," ucap Mas Ridwan. Pak Dito langsung mengucap syukur sambil berdo'a untuk kesehatan dan kelancaran rezeki Mas Ridwan.

"Aamiin, do'a yang sama untuk Bapak Dito sekeluarga," kata Mas Ridwan.

Setelah melihat keaslian surat tanah, kami pun mau pamit undur diri. Beberapa langkah lagi tanah itu akan resmi menjadi milik Mas Ridwan.

"Ini ada dodol sama kue nastar, bawa pulang ya? Di terima jangan ditolak," ucap istrinya Pak Dito.

"Terima kasih, maaf kalau kedatangan kami merepotkan." Ibu menerima bungkusan pemberian dari istrinya Pak Dito.

Aku suka dengan keluarga ini, baik dan sangat ramah sekali. Kalau saudara ibuku seperti ini, alangkah indahnya dunia ini.

_______

Sepulangnya dari rumah Pak Dito. Kami mampir ke toko dealer motor.

"Mau ngapain ke sini?" tanya Ibu padaku.

"Mas Ridwan mau membelikan Rindu motor, Bu," jawabku sambil mengikuti langkah Mas Ridwan yang sedang mengitari motor.

Ibu menahan langkahku.

"Jelita, bilang sama Ridwan, jangan seperti ini, Ibu tidak enak hati kalau suamimu sampai habis-habisan di sini, kalian juga perlu uang, Nak," ucap Ibu yang merasa tidak enak hati atas perlakuan baik Mas Ridwan kepada anak-anaknya ini.

"Bu, Mas Ridwan tidak mungkin membelinya kalau tidak memiliki rezeki yang lebih, Ibu jangan khawatir."

"Kalau seperti ini, Tante Dira, Tante Nur dan semuanya akan tahu yang sebenarnya, Ibu takut kalau mereka akan meminjam uang dan kemudian membuat persoalan yang tidak diinginkan, ditambah Ridwan ini orangnya sangat baik, kamu masih ingat 'kan? Hutang mereka dengan almarhum ayahmu saja tidak dibayar hingga sekarang," terang Ibu.

"Mas Ridwan tidak sama seperti Ayah, Bu. Percayalah," ucapku.

"Rindu, sini, kamu pilih mau motor yang mana?" tanya Mas Ridwan setelah memanggil Rindu untuk mendekat ke arahnya.

Rindu mendekatiku seraya berkata. "Kak, ini beneran? Bukan prank, 'kan?" Rindu tampak ragu, mungkin Rindu tidak percaya. Mas Ridwan yang katanya cuek dan pendiam itu mau membelikannya motor baru.

"Pergi lah, pilih motornya, kesempatan tidak datang dua kali, pergi sana cepat!"

"Ya ampun, ini beneran? Ya Allah, mimpi apa aku tadi malam?" Rindu memelukku erat sejenak, lalu pergi melangkah menuju ke arah Mas Ridwan.

Motor Vario keluaran terbaru pun menjadi pilihan Rindu. Rindu langsung menaikinya seraya mengucapkan syukur dan terima kasih kepada abang iparnya itu.

Mas Ridwan langsung membayar uang tunai kepada pemilik toko motor. Syukurlah, tidak ada drama seperti saat aku ingin membeli sepatu bayi waktu itu.

"Tolong antar ke alamat ini, ya, Mas?" pinta Mas Ridwan.

"Agak sorean dikit tidak apa-apa ya, Mas? Kalau supir yang mengantarnya sudah datang, akan segera kami antar ke alamatnya." Mas Ridwan mengangguk menanggapi.

Keluarnya dari toko dealer motor, kami pun berpapasan dengan Zahra. Zahra langsung melengos membuang pandangan tanpa melihat ke arahku.

Langkahnya langsung masuk ke dalam toko emas yang tidak jauh dari dealer motor.

Bagus lah, seperti itu lebih baik dari pada bertegur sapa, yang ujung-ujungnya pasti menghina dan meremehkanku.

"Mas Sultan lama banget narik uangnya, katanya mau beliin aku cincin emas, apa mungkin narik uangnya banyak? Sepertinya begitu, makanya lama!" ucap Zahra.

Volume suaranya seperti sengaja diperbesar agar kami ikut mendengarnya.

"Mau beli? Ayo." Mas Ridwan ingin mengajakku untuk masuk ke toko emas.

"Aih, masih banyak urusan lain. Nanti saja buat dia semakin kepanasan."

Aku dan Mas Ridwan terkekeh geli. Kami pun kembali masuk ke dalam mobil menuju arah pulang.

BERSAMBUNG...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   Akhir kebahagiaan

    "Janin kembarnya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, beratnya normal, semua sehat dan normal, bulan depan jangan lupa datang lagi, ya? Bulan depan sudah bisa ditentukan tanggal berapa operasi sesarnya," ucap Dokter, yang menangani kelahiran anak pertamaku dulu.Dua tahun pernikahanku dengan Mas Azka, aku pikir, aku akan lama hamilnya, seperti hamil Yusuf, yang memakan waktu bertahun-tahun untuk menunggu kehadirannya di dalam rahimku.Mas Azka tidak pernah menanyakan soal anak. Dia sangat perhatian dan pengertian, tidak pernah menuntut dan memaksa keinginan.Sekarang, aku sudah hamil lagi, kehamilan kembar yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan. Mas Azka menggenggam jemariku, mengucap syukur saat aku memberitahu tentang kehamilanku waktu itu."Rumah pasti akan semakin ramai setelah bayi kita lahir," ucap Mas Azka seraya mengusap perutku.Sepulangnya dari rumah sakit, Mas Azka mengajakku untuk singgah di warung pinggir jalan. Warung menjual mie ayam bakso adalah makanan kegem

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 32

    37PoV author."Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya ibunya Ranti. Saat Teguh mengantar mereka pulang ke rumah setelah makan malam bersama di rumah eyangnya."Habis lebaran ini, gimana?" sahut Ranti sambil menatap Teguh dari pantulan cermin."Aku ikut saja," kata Teguh sambil fokus menyetir mobil."Iya, habis lebaran ini saja menikahnya, Ibu tidak mau ya? Kalau Teguh bawa kamu ke sana ke sini dengan enaknya, lebih cepat kalian menikah maka lebih baik," sambung ibunya Ranti."Ibu setuju secepat itu karena apa? Apa karena tadi Eyang bilang mobil ini dan rumah tadi adalah milik Teguh?" tanya ayahnya Ranti."Bapak mikir apa? Apa Bapak pikir, Ibu ini mata duitan dan harta gitu? Wajarlah Ibu bersikap seperti tadi, Ibu hanya tidak mau anak kita satu-satunya jatuh ketangan duda kere, makanya Ibu ingin memastikan yang sebenar-benarnya," sahut ibunya Ranti."Jadi, butuh berapa banyak uang untuk membuat pesta pernikahan kami?" tanya Teguh, setelah mobilnya berhenti tepat didepan rumah calon me

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 31

    BAB 36PoV Teguh.Drtt!Ponselku bergetar di atas nakas, aku menggeser tombol hijau untuk menerima. Karena malas memegangnya, aku mengaktifkan pengeras suara. Aku tidak khawatir siapa pun yang mendengarnya, karena hanya aku yang ada di rumah ini."Assalamualaikum, Mas, kamu sibuk?" "Wa'alaikumsallam, tidak, ini lagi rebahan di ranjang." "Baiklah, Mas. Oh, ya, kapan kamu mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Mas?" tanya Ranti, wanita yang sudah kukenal lama dari dunia maya dan kami mulai dekat dalam dua bulan terakhir ini. Setelah memutuskan untuk ketemuan agar kami saling mengenal. Yang pastinya, setelah berpisah dari Marni.Aku berniat ingin menikah lagi, menikah secara resmi. Kesalahan masa lalu tidak akan kuulangi lagi, menikah dibawah tangan tanpa sepengetahuan keluarga."Kalau kamu mau, malam ini juga boleh, kita buka puasa di rumah Eyangku, kalau di rumahku, tidak ada siapa-siapa," jawabku."Baiklah, sore nanti jemput aku ke rumah, aku mau berbuka puasa dengan keluargamu."

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 30

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 29

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 28

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status