Aku menutup wajah saat melihat beberapa baju tidur sexy yang telah kubeli bersama Rani di mall. Kuangkat baju berwarna merah berenda. Baju ini hanya terdiri dari celana dalam kecil dan bra yang dibuat berumbai, terkesan sangat sexy. Apalagi warna merah menyalanya yang terlihat menantang. “Ini ya yang namanya lingeri, terus gimana makenya?” Tanyaku pada diri sendiri. Kedua aku mengangkat baju berwarna putih tulang, baju ini terbuat dari bahan kain yang sangat lembut nan halus. Terlihat lebih masuk akal dari baju sebelumnya namun tetap saja terlihat sexy. “Nah ini belahan dadanya kok bisa turun banget.” Kemudian yang ketiga kuangkat sebuah lingeri lagi yang berwarna hitam. Baju ini sangat berani dia hanya menampilkan celana dalam kecil dan bra berenda. “Cuma pake gini doang apa enggak masuk angin”, kataku lagi hampir putus asa.
Aku merasa sangat jengkel dengan kelakuan Rani. Siapa lagi kalau bukan dia yang memilihkan semua baju-
“Fir, kok gak ada makanan sih. Bik Tuni kemana?” Tanya Endruw lagi. Dan sekali lagi, aku memang sangat bodoh.“Ndruw, makanannya sudah aku siapin di kamr. Kita makan di kamar aja yuk!” Ajakku yang kali ini aku mencoba untuk fokus dan tidak terjebak dengan kebodohan yang aku buat sendiri.Endruw tidak menjawab, dia hanya segera bergegas kembali ke atas untuk masuk ke kamar menuruti perintahku. Aku masuk ke dalam kamar, mencoba membuat suasana kamar seperti apa yang telah aku rencanakan.Di ujung pintu Endruw hanya berdiri tegak sambil melihat ke arah sekeliling, dia pasti bingung dengan apa yang terjadi. “Ada acara apa Fir?” Katanya sambil memasuki kamar. Kuberikan selembar kertas yang bertuliskan kata “Sorry” dengan hiasan-hiasan receh kepada Endruw sambil kujewer telingaku. Aku berharap Endruw mengerti kalau aku minta maaf atas pertengkaran kami tadi malam.Endruw membuka kertas itu dan membac
Dijalan Endruw mengendarai mobil dengan ugal-ugalan. Antara rasa lelah setelah seharian bekerja dan rasa cemas memikirkan Anita. Semua yang berada di posisi Endruw pasti akan mengalami hal yang sama. Terlihat jelas kantung mata di bawah kelopak mata Endruw yang menandakan dia sangat mengantuk, begitu pula dengan kecemasan yang tampak juga tersurat di wajahnya.“Ndruw pelan-pelan.” Kataku sambil mengeratkan pegangan tanganku. Endruw hanya menatapku sekilas tanpa membalas ucapanku. Namun dia sedikit menurunkan kecepatan mobilnya, mungkin dia tahu kalau aku sangat ketakutan dengan cara dia mengemudikan mobil malam ini.Sesampainya di rumah sakit Endruw segera berlari ke arah kamar Anita. Aku ikut berlari membelakanginya. Tampak Endruw menyalakan ponsel dan bersiap menghubungi seseorang, mungkin Endruw akan menghubungi Riri.Kamu dimana Ri?Oke aku segera kesanaEndruw berlari mendekati lift, dia masuk ke dalam lift yang kebet
Aku mengayunkan langkahku menyusuri koridor rumah sakit yang tampak menyeramkan. Di sebelah kanan dan kiri ada taman luas yang hanya diterangi lampu remang-remang. Sehingga tampak lebih meyeramkan. Entah mengapa aku tiba-tiba teringat adegan film yang suka dilihat mama, adegan menyeramkan di rumah sakit. Aku pun mempercepat langkahku. Namun langkahku tidak semakin cepat, malah seperti ada yang menarikku dari belakang. Bulu kudukku berdiri, mataku sengaja kupejamkan. Aku tetap berusaha untuk menggerakkan kakiku ke arah depan. “Padahal tadi berangkatnya biasa aja, ini kenapa sekarang balik lagi jadi gini sih?” Tanyaku pada diri sendiri sambil masih terus melangkah. Pasalnya aku memang bukan orang penakut. Saat keluar dari rumah sakit untuk menebus obat ini pun aku masih santai-santai saja.Tiba-tiba Brugg.. Tubuhku menabrak sesuatu. Memang wajar karena aku membiarkan mataku terpejam sambil berjalan. “Maaf Mas, maaf saya tidak sengaja.” Ucap
“Ma, mama dimana?” Teriakku memanggil orang yang sangat aku sayangi. “Cepet banget sih mama perginya, mama..” Teriakku lagi. Aku sekarang berada di sebuah tempat yang sangat indah. Aku berada di pinggir sungai yang yang sangat jernih, dikelilingi oleh bukit yang nampak teduh. Pohon-pohon yang berjajar rapi dengan daun lebat yang hijau. Suara burung yang berkicauan menambah teduhnya hati ini. Aku mencari mama, pasalnya tadi mama berada di sebelahku. Kudekap erat mamaku, seperti anak kecil yang takut ditinggal ibunya. Mama membelai kepalaku lembut, sampai aku terbuai dengan kasih sayangnya. Dan saat mataku mulai terpejam mama pun pergi. Entah kemana mamaku pergi. Aku mencarinya kesana kemari namun tidak kutemukan. Dalam pencarianku, aku melihat seorang laki-laki menaiki kudanya. Laki-laki yang terlihat sangat berwibawa dengan pakaian kerajaan di tubuhnya. Dia mengarahkan kuda itu untuk mendekatiku, semakin dekat sampai aku mengetahui dengan jelas
Kubuka pintu rumahku, kulihat sekeliling. Terlihat bersih dan rapi. Dua hari sekali Siti memang datang ke sini untuk bersih-bersih. Kuletakkan tasku di kursi ruang tamu. Kursi yang menjadi saksi saataku mencuru-curi pandang kepada Endruw saat pertama kali dai datang ke rumah ini. Pandanganku beralih ke sebuah bufet, disana berjajar rapi foto-fotoku dan foto mama. Kuambil sebuah figura fotoku dan mama. “Ma, Firza kangen sama mama.” Kataku sambil memeluk figura itu.Tiba-tiba di luar terdengar saura bising. Aku mendongakkan kepalaku keluar, kudengar suara Siti dari arah luar. Aku berjalan ke arah pintu. Terlihat Siti sedang berbicara dengan seorang bapak-bapak. “Oh mungkin bapak-bapak itu yang mau menyewa rumah ini.” Batinku. Aku berjalan ke arah luar.“Mbak FIrza, sudah lama disini mbak?” Tanya Siti.“Belum”, jawabku sambil memandang Siti dan bapak itu bergantian.“Ini mbak, ada bapak-bapa
Keluar dari kamar mandi aku dikejutkan dengan suara ramai di depan. “Ada apa di luar sana?” Fikirku sambil mengintip di balik gorden jendela kamar. Kulihat Rani sedang berdebat dengan salah satu ibu-ibu tetanggaku. “Dasar Si burung beo, kebiasaan deh. Apa lagi itu ulahnya?” Segera kulepaskan handukku dan kuganti dengan baju yang masih ada di lemariku. Bajuku memang masih tersisa banyak di rumah ini. Sehingga aku tidak bingung jka harus mandi dan bermalam disini.Setelah selesai aku berlari ke luar rumah. Seraya bertanya-tanya ulah apa lagi yang telah sahabatku itu lakukan. Pasalnya tidak hanya sekali Rani membuat ulah di rumahku. Pernah mamaku sampai menjemput Rani di balai desa tempatku karena dia bertengkar dengan salah satu warga sini. Alasannya sepele, karena Rani tidak terima saat ada ibu-ibu yang menyapanya dan bilang kalau dia gendutan. Selain itu ada juga ulahnya saat dia sedang belajar menyetir yang berakhir dengan menabrak pagar
“Hhm.. Gila.. Gila emang bener-bener ini nasi goreng. Pedesnya gila.”“Sejak kapan kamu doyan pedes Fir?”“Sejak saat ini.”“Eh, mending udahan deh kamu makannya. Aku enggak mau ya abis ini nganter-nganter kamu ke rumah sakit gara-gara sakit perut.”“Ih, enggak. Aku sehat.”“Emang orang kalau frustasi kayak gini ya. Duh nyusahin banget deh. Habis ini pasti ke UGD. Aduh mama, anaknya nyusahin deh.”Saat ini kami berdua sedang makan malam di salah satu kafe favorit kami, favorit Rani pastinya. Karena di kafe ini semua menu makanannya adalah kesukaan Rani. Mulai dari nasi goreng setan, mie goreng setan, dan aneka setan-setan yang lain. Sejak jaman dia masih bayi Rani adalah pecinta pedas. Sedangkan aku dari kecil sama sekali tidak bisa makan pedas. Tiap makan pedas perutku selalu bergejolak, hingga UGD adalah jalan keluarnya. Tapi entah kenapa malam ini aku be
“Siti, Rani dimana? Tanyaku kepada Siti yang sedang mengepel lantai.“Sudah berangkat kerja katanya tadi Mbak.”“Ih, kok aku enggak dibangunin sih. Main pergi aja.”“Tadi Mbak Rani pergi sekitar jam delapan habis sarapan.”“Jadi tu burung beo masih nyempetin buat sarapan, kamu yang masakin?”“Iya Mbak Firza, tadi mbak Rani nya minta dimasakin yang cepet-cepet aja sama saya.”“Dasar burung beo”, umpatku untuk Rani.Aku segera masuk kamar untuk mandi. Aku sudah menyiapkan rencana-rencana yang akan aku lakukan hari ini.***“Bunda..” Panggilku pada seorang perempuan paruh baya yang sedang menyiram bunga. Perempuan yang sudah aku anggap seperti ibuku sendiri, mertuaku.“Firza..” Teriaknya sambil membalikkan badan dan tersenyum bahagia. Aku berlari mendekatinya, kupelak erat perempuan yang kini akan menjadi mantan mert