"Rik, hari ini kamu libur kerja 'kan? Temani aku yuk, rencana pengen lihat-lihat rumah nih," ujar Mia sembari menatap Rika yang sedang melahap sarapan paginya di meja makan. Sementara ia sudah duluan makan karena sudah lapar dari tadi. Kodrat ibu hamil memang mudah sekali lapar, seperti Mia.
Hari ini hari Sabtu. Rika libur kerja, jadi Mia bermaksud meminta bantuan sahabatnya itu untuk menemani dan mengantarnya melihat lihat kompleks perumahan cluster baru yang sudah masuk daftar list-nya kemarin.
"Rumah? Kamu mau beli rumah?" Alih-alih menjawab pertanyaannya, Rika justru berseru kaget dengan ekspresi tidak percaya.
Sungguh, ia tak pernah menyangka. Sang sahabat yang kemarin masih kebingungan karena mendadak diusir dari rumah mertua, sementara ia tak punya tempat tinggal, sekarang malah mau beli rumah baru. Wah, cepat sekali kemajuannya, pikir Rika kagum.
"Alhamdulillah, Rik. Bukan aku nggak betah di sini ya, tapi rasanya nggak mungkin aku mau ngerep
Mendengar pertanyaan sahabatnya, Mia menggelengkan kepala dengan ekspresi kaget seolah tiba-tiba baru menyadari hal itu. "Iya ya, Rik? Mestinya sih sudah selesai diurus, soalnya mas Azmi kan mau nikah lagi sama selingkuhannya itu, tapi nggak tahu kenapa, sampai sekarang kok belum juga ada kabarnya ya? Gimana ini, Rik?"tanya Mia dengan nada sedikit cemas.Ya, tiba-tiba saja ia jadi kepikiran soal surat cerai yang belum juga ada informasinya."Kamu nggak usaha hubungin dia? Tanyakan sampai sejauh mana sudah proses perceraian kalian? Jangan berlarut-larut. Takutnya nanti dia berbalik pikiran. Ya siapa tahu aja sih, soalnya lelaki pelit dan mertua materialistis begitu pasti nggak bisa lihat menantu banyak duit kayak kamu, bisa-bisa mereka nanti maksa kamu balikan lagi. Siapa tahu lho ...." ujar Rika kembali, mencoba memberikan analisa dan peringatan pada Mia supaya tak lengah dan segera mengantisipasi keadaan agar tidak dirugikan oleh statusnya yang masih menggantung terse
Mia tersenyum haru penuh kerinduan saat sepasang netranya menangkap sosok ibu, bapak, juga adiknya, Sindy baru saja turun dari bus antar kota antar propinsi yang baru saja tiba di terminal.Tadinya ia hendak menyusul mereka dengan menggunakan mobil carteran yang bisa disewa dari sini, tetapi kedua orang tuanya mencegah dan mengusulkan agar mereka saja yang menyusul ke kota ini menggunakan bus AKAP supaya lebih hemat pengeluaran. Dan Mia pun akhirnya setuju saja.Ia dan Rika buru-buru mendekat sembari memberi kode dengan panggilan hingga akhirnya ketiga sosok yang baru saja turun dari bus itu pun melihat keduanya dan berjalan mendekat.Orang tua dan anak pun saling berangkulan penuh haru saat tak ada lagi jarak yang memisahkan di antara mereka."Alhamdulillah, Nduk. Akhirnya ketemu juga sama kamu. Ibu pikir kamu kenapa kok nggak pulang-pulang. Ibu mau ke sini juga takut merepotkan suami sama mertua kamu, akhirnya ndak jadi ke sini. Oh ya kandungan kamu sud
"Rik, hari ini kamu libur kerja 'kan? Temani aku yuk, rencana pengen lihat-lihat rumah nih," ujar Mia sembari menatap Rika yang sedang melahap sarapan paginya di meja makan. Sementara ia sudah duluan makan karena sudah lapar dari tadi. Kodrat ibu hamil memang mudah sekali lapar, seperti Mia.Hari ini hari Sabtu. Rika libur kerja, jadi Mia bermaksud meminta bantuan sahabatnya itu untuk menemani dan mengantarnya melihat lihat kompleks perumahan cluster baru yang sudah masuk daftar list-nya kemarin."Rumah? Kamu mau beli rumah?" Alih-alih menjawab pertanyaannya, Rika justru berseru kaget dengan ekspresi tidak percaya.Sungguh, ia tak pernah menyangka. Sang sahabat yang kemarin masih kebingungan karena mendadak diusir dari rumah mertua, sementara ia tak punya tempat tinggal, sekarang malah mau beli rumah baru. Wah, cepat sekali kemajuannya, pikir Rika kagum."Alhamdulillah, Rik. Bukan aku nggak betah di sini ya, tapi rasanya nggak mungkin aku mau ngerep
Mia tersenyum haru penuh kerinduan saat sepasang netranya menangkap sosok ibu, bapak, juga adiknya, Sindy baru saja turun dari bus antar kota antar propinsi yang baru saja tiba di terminal.Tadinya ia hendak menyusul mereka dengan menggunakan mobil carteran yang bisa disewa dari sini, tetapi kedua orang tuanya mencegah dan mengusulkan agar mereka saja yang menyusul ke kota ini menggunakan bus Antar Kota Antar Propinsi supaya lebih hemat pengeluaran. Dan Mia pun akhirnya setuju saja.Ia dan Rika buru buru mendekat sembari memberi kode dengan panggilan hingga akhirnya ketiga sosok yang baru saja turun dari bus itu pun melihat keduanya dan berjalan mendekat.Orang tua dan anak pun saling berangkulan penuh haru saat tak ada lagi jarak yang memisahkan di antara mereka."Alhamdulillah, Nduk. Akhirnya ketemu juga sama kamu. Ibu pikir kamu kenapa kok nggak pulang pulang. Ibu mau ke sini juga takut merepotkan suami sama mertua kamu, akhirnya ndak jadi ke sini. Oh ya kandungan kamu sudah berapa
Sesaat setelah turun dari mobil, kedua orang tua Mia menatap penuh kekaguman pada rumah bergaya minimalis di depan mereka. Untuk ukuran mereka, bangunan itu sangat mewah dan modern, membuat keduanya juga putri bungsunya menjadi terharu dan bahagia."Ini rumah kamu, Nduk? Baru dibangun ya? Masya Allah, bagus banget rumahnya, tamannya juga. Ibu suka. Alhamdulillah, berarti kamu sudah sukses sekarang ya, Nduk?""Alhamdulillah, Bu. Mari masuk ...." Mia membuka pintu depan dengan kunci yang diambil dari dalam tas lalu membantu kedua orang tuanya itu masuk sembari membantu membawa barang bawaan mereka ke dalam rumah."Wuih, Mbak Mia keren. Rumah ini bersih banget dan modelnya kayak di teve-teve, suka deh. Oh ya, Mas Azmi mana sih, Mbak? Kok dari tadi nggak kelihatan?" "Hmm ... Mas Azmi ... " Mia terdiam, begitu pun Rika yang menunggu ia menyelesaikan kalimatnya. Sedari kemarin, sahabatnya itu memang menyarankan padanya untuk terus terang soal hubungannya yang sudah kandas dengan Azmi teta
"Ya, sudah ke depannya kamu hati-hati saja kalau mau memilih jodoh lagi ya, Nduk. Apalagi nantinya status kamu janda dengan satu anak. Semoga ada laki-laki baik yang berkenqn menerima kamu dan anak kamu dengan baik pula ya.""Iya, Bu. Aamiin ...."*****Pagi ini Azmi tengah bersiap-siap untuk menuju ke kampung halaman Mia bersama ibu dan kedua adiknya. Hari ini dan besok merupakan hari libur kerja jadi Azmi bisa bepergian ke luar kota seperti rencana mereka semula.Dari semalam ibunya sudah tak sabar lagi hendak menjemput mantan istrinya itu untuk diajak rujuk dan kembali lagi ke rumah mereka. Jadi, pagi-pagi sekali semua anggota keluarga sudah siap-siap berangkat untuk menjemput Mia.Azmi sudah menghubungi mantan istrinya itu berkali-kali tapi entah mengapa nomor telepon yang biasa Mia pakai tersebut tidak bisa dihubungi lagi. Jadi, Azmi memutuskan untuk berangkat tanpa pemberitahuan karena ia yakin Mia pasti ada di rumah orang tuanya di kampung sang mertua.Entahlah, apa Mia sudah m
Di mobil dalam perjalanan pulang kembali lagi ke kota, Bu Rina masih saja tak habis pikir. Berkali-kali ia menelan ludah dan menghembuskan nafas kuat-kuat. Benak wanita itu merasa gundah, memikirkan keberadaan Mia yang belum diketahui saat ini.Selama ini ia mengira, usai pergi dari rumah, Mia pasti pulang ke kampung dan hidup sulit bersama kedua orang tuanya yang miskin.Ya, itu sudah suratan nasibnya. Makanya ia ingin mengajak kembali wanita itu ke rumahnya, meski tinggal di kontrakan, tapi masih lebih layak daripada gubuk orang tuanya di desa.Sayang, saat tiba di sini, ia justru mendapatkan kenyataan yang berbanding terbalik dengan pikirannya selama ini. Mia rupanya bukan kembali ke kampung halamannya melainkan masih menetap di kota dan kemungkinan mengontrak di sana. Tapi darimana Mia mendapatkan uang untuk membayar kontrakan, itu yang terus dipertanyakan dalam benak Bu Rina."Az, kamu sama sekali nggak tahu kabar Mia? Gimana sih, dia kan masih istri kamu? Kalian kan belum resmi
Lelaki itu memang punya praduga kuat jika Rika pasti mengetahui keberadaan sahabatnya itu. Selama ini kalau ada apa-apa, Mia pasti menghubungi Rika. Jadi, gadis itu pasti tahu di mana rumah Mia saat ini."Mia? Kok nanya sama aku? Bukannya dia istri kamu? Kok nanya kabar dia sama aku? Nggak salah?" Rika pura-pura tidak tahu soal keberadaan Mia. Ia tak mau Azmi macam-macam dan melakukan hal buruk pada Mia. Pria tak punya akhlak seperti Azmi memang bisa saja berlaku sesukanya karena sudah hobinya suka mempermainkan wanita dan membuat perempuan menjadi tersiksa karenanya."Nggak usah pura-pura, Rik. Aku tahu kamu pasti tahu di mana Mia saat ini. Kami sudah berpisah selama empat bulan. Tapi ternyata ia tak pernah pulang ke kampungnya melainkan masih ada di kota ini. Jadi, siapa lagi coba yang akan membantunya dan memberinya tempat tinggal kalau bukan kamu?" tanya Azmi lagi tanpa tedeng aling-aling.Mendengar ucapan Azmi, sontak Rika merasa kaget. Sungguh ia tak tahu jika Azmi mengetahui bi