"Gimana, Bu perempuan yang Ibu ceritain kemarin? Mau nggak dia menikah sama aku?" tanya Azmi saat ibunya baru saja pulang dari berbelanja di warung.Mendengar pertanyaan anaknya, Bu Rina hanya menghela nafas panjang lalu berlalu begitu saja menuju dapur dan meletakkan barang belanjaan di atas meja dapur dengan gerakan tak bersemangat. Melihat ekspresi ibunya, Azmi mengerutkan kening dengan heran."Ada apa, Bu? Kok Ibu diam saja? Gimana? Ibu sudah ketemu dan nanya kesediaan dia buat kenalan sama aku belum?" kejar Azmi lagi dengan perasaan yang mulai dipenuhi semangat.Tadi di kantor, ia sempat mencari tahu tentang kehidupan Mia saat ini. Lewat akun Instagram mantan istrinya itu, ia menemukan kenyataan bahwa Mia saat ini memang sudah berubah hampir seratus delapan puluh derajat dengan Mia yang dulu. Dan itu membuatnya makin merasa penasaran pada mantan istrinya itu.Selain sukses sebagai olshoper, ternyata Mia juga sukses meniti karier sebagai penulis buku. Itu membuatnya tiba-tiba mer
"Nggak usah. Biar aku bayar sendiri," tolak Mia buru-buru saat Azmi mengulurkan uang.Sesaat kasir ragu-ragu. Namun, saat Mia memberi isyarat agar wanita itu mengembalikan uang Azmi, sembari Mia mengulurkan uangnya sendiri, maka kasir pun segera menyerahkan kembali uang Azmi pada lelaki itu.Ya, Mia tak mau berhutang budi sedikit pun pada Azmi karena sedikit banyak ia sadar jika saat ini lelaki itu tengah melancarkan jurus ingin merayunya agar ia luluh kembali. Dan ia tak mau itu terjadi.Saat dekat, bau comberan. Sementara saat sudah jauh dan tak mungkin lagi dimiliki, berubah sewangi bunga. Begitulah mungkin peribahasa yang tepat untuk menggambarkan apa yang dirasakan Azmi saat ini terhadapnya. Pura-pura tak enak hati, Azmi menjadi salah tingkah sendiri. Namun, sesaat kemudian ia ambil juga uang dari tangan kasir yang membuat Mia tersenyum sinis di dalam hati. Ternyata cuma segitu saja keberanian seorang Azmi dalam berkorban. Untuk keperluan anak kandung sendiri saja masih hitung-
"Kita ke rumah sakit ya? Sepertinya kamu mau melahirkan, Mi. Sini belanjaannya, kita pergi dengan mobilku saja. Masih bisa jalan kan?" Azmi memapahnya sambil sebelah tangannya meraih kantong belanjaan berukuran besar berisi pakaian bayi di tangannya.Karena rasanya sudah tidak tahan lagi, Mia pun terpaksa menurut. Kalau dalam kondisi normal, walaupun demi anak mereka sama-sama, Mia tetap tak akan sudi pergi bareng dengan lelaki di sampingnya itu. Tetapi karena saat ini keadaannya sedang darurat, ia pun terpaksa menerima juga uluran tangan Azmi.Azmi melarikan mobilnya dengan kecepatan tinggi meski tetap hati-hati, menuju rumah sakit yang direkomendasikan sang dokter spesialis, saat Mia menelpon dalam kondisi kesakitan.Dokter pun menyatakan akan segera menuju rumah sakit tersebut untuk segera melakukan operasi karena bayinya tampaknya sudah tak sabar lagi ingin segera lahir ke dunia meski belum cukup bulan.Tiba di lobi rumah sakit, Azmi buru-buru memanggil petugas unit gawat darurat
"Assalamualaikum, Bu, Pak ... sudah selesai ya operasi Caesar Mia? Maaf, saya datang terlambat. Tadi macet di jalan." Rika muncul dengan wajah diliputi rasa khawatir saat bapak Mia hendak masuk kamar di mana Mia dirawat saat ini usai menolak Azmi masuk ke sana. Barusan Sindy memang memberi tahu gadis itu jika kakaknya saat ini sedang berada di rumah sakit hingga gadis itu pun buru-buru datang ke sana.Sebagai sahabat, Rika memang selalu ada saat Mia butuh pertolongan, begitu pun sebaliknya. Berdua, sahabat itu saling mendukung dan memperhatikan. Tak pernah lepas saling bantu satu sama lainnya. Namun, kedatangan Rika ke rumah sakit kali ini nampaknya sedikit terlambat karena sahabatnya itu ternyata sudah selesai dioperasi dan sudah dipindahkan ke kamar perawatan."Alhamdulillah, Nak Rika. Mia barusan memang sudah selesai dioperasi, tetapi bayinya masih dirawat di ruang perawatan bayi karena paru-parunya belum bisa bekerja secara sempurna karena lahir kurang bulan. Tapi kata dokter,
"Cukup, Azmi! Saya ucapkan terima kasih atas bantuan kamu telah mengantarkan anak saya ke sini, tapi tolong mengertilah. Jangan ganggu Mia lagi. Kalian sudah bukan suami istri lagi, jadi jangan pernah usik dia lagi!""Tidak Pak, saya mohon ....""Keluarga Nyonya Mia?" Kata-kata Azmi terputus saat dari arah lorong kamar perawatan, dua orang petugas rumah sakit berpakaian putih-putih, tiba-tiba datang mendekat dengan langkah tergopoh-gopoh."Benar, Bu. Ada apa?" Bapak Mia menyahut dengan kening mengernyit."Maaf, Pak kami hendak menyampaikan kabar jika bayi Nyonya Mia tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran karena paru-parunya tidak bisa berkembang dengan baik, begitu pun organ yang lain sehingga ... .""Sehingga apa, Bu? Cucu saya kenapa?" sergah bapak Mia tak sabar karena petugas di depannya tiba-tiba menjeda ucapannya."Bayi Nyonya Mia tidak bisa diselamatkan, Pak. Maaf, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapi Tuhan ternyata berkehendak lain."Degg! Lutut lelaki paruh baya i
Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Mia sudah diperbolehkan untuk pulang kembali ke rumah.Dokter menyarankan agar Mia banyak-banyak bergerak agar otot dan syaraf yang luka akibat tindakan operasi, bisa segera pulih kembali. Mia mengiyakan nasehat dokter tersebut sembari tak lupa mengucapkan banyak terima kasih karena telah menyelamatkan ia dan bayinya.Pada dokter dan perawat yang menangani Mia, kedua orang tuanya memang sudah meminta agar mereka tidak membicarakan lebih dahulu soal kondisi bayinya yang sudah meninggal dunia pada Mia, sehingga sampai hari terakhir di rumah sakit, Mia belum juga mengetahui kabar jika putri yang barusan ia lahirkan ternyata sudah tiada.Mia hanya tahu jika bayinya masih perlu perawatan intensif lebih lanjut demi memulihkan kondisinya yang lahir prematur, bukan meninggal akibat tidak bisa diselamatkan lagi.Bapak, Ibu, Sindy dan Rika bergegas mengemasi barang-barang yang dibawa saat menemani Mia melewati masa perawatan di rumah sakit ini
"Mi, lagi ngapain? Di luar ada Nak Yusuf tuh nyari kamu. Temuin sana," tegur ibu Mia dari balik pintu kamar saat wanita itu sedang konsentrasi menulis demi melanjutkan beberapa cerita bersambung yang tertunda ia lanjutkan sebab harus melahirkan dan merawat lukanya pasca operasi Caesar kemarin.Mendengar ucapan ibunya, Mia tersenyum lalu mengangguk kecil.Barusan Yusuf memang mengirim pesan whatsapp padanya jika hendak silaturahmi ke rumah. Katanya sih hendak memberikan penghasilannya bulan kemarin dari berjualan online produk dari toko pakaian lelaki itu padanya.Meski sedikit heran karena tak biasanya lelaki itu memberikan secara langsung penghasilannya padanya, melainkan biasanya akan memberikan gajinya lewat transfer via mobile banking, Mia setuju saja saat lelaki itu minta izin ingin mengantarnya langsung ke rumah.Ya, mungkin sekali-kali Yusuf ingin memberikannya sendiri sebagai penghargaan atas kerja sama dagang mereka.Sebelum keluar dari kamarnya untuk menemui Yusuf, Mia mempe
Sinta tak henti-hentinya mematut penampilannya di cermin. Kebaya pengantin berwarna krem tampak membalut tubuh rampingnya dengan pas. Sebuah untaian melati nan indah juga tampak menghiasi kepala, membuat penampilannya terlihat semakin cantik dan sempurna.Hari ini hari pernikahannya bersama Tony akan digelar. Sedari pagi ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Pokoknya, tak akan ia sia-siakan momen spesial bersanding dengan seorang manager perusahaan perkebunan ini berlalu begitu saja tanpa penampilan cetar membahana yang akan diingat semua orang seumur hidupnya.Tukang rias telah dikirim ke rumahnya oleh Tony untuk menghias penampilannya supaya terlihat cantik mempesona di hari spesial ini. Begitu juga ibu dan adiknya, Mila. Karena sesuai rencana, pesta pernikahan akan dilangsungkan di kediaman mewah ibunya Tony, maka penampilan mereka pun harus dijaga dengan sempurna, demi tidak memalukan dan mengecewakan keluarga besar Tony yang merupakan salah satu orang terkaya di kota ini. Me