Share

Dua

Kusembunyikan Kekayaanku Dari Suami dan Mertua Zalim (2)

 

"Mia! Apa yang kamu lakukan? Kamu barusan ngelawan Ibu lagi ya?" 

 

Belum sepuluh menit duduk istirahat, suara Azmi, suaminya terdengar dari arah ruang tengah.

 

Sosok suaminya muncul diiringi ibu mertua dan kedua adik iparnya yang memandanginya dengan tatapan menyalahkan.

 

"Ngelawan? Siapa yang ngelawan, Mas?" Mia bangun lalu mendekati suaminya hendak mengambil tas kerja lelaki itu, tetapi dengan gerakan tak suka, Azmi mengibaskan tangannya.

 

"Nggak usah pura-pura patuh kalau kenyataannya kamu selalu ngelawan Ibu, Mia. Ibu barusan cerita, dari tadi kamu disuruh bantu beresin rumah nggak mau, malah duduk-duduk aja, sementara Ibu repot sendirian. Benar begitu?" Azmi mendelik menatapnya tajam.

 

Mendengar ucapan suaminya, Mia mendongak kaget. Ia tahu Bu Rina tak pernah menyukai kedatangannya sebagai menantu di rumah ini sejak awal, tetapi untuk tega memfitnahnya, sungguh ia tak pernah menyangka.

 

"Ng-nggak benar itu, Mas. Dari pagi aku bantuin Mbak Yem masak buat acara arisan Ibu, kok. Ini juga baru istirahat sebentar karena aku capek banget. Aku malah belum makan dari pagi, padahal janin di perutku ini butuh asupan gizi Mas, tapi aku belum makan karena ... Ibu melarang," jelas Mia menerangkan keadaan sebenarnya.

 

Namun, mendengar pembelaan diri darinya, bukannya percaya, Azmi justru berdecak sebal. Begitu pun Bu Rani yang serta merta melotot lebar.

 

"Apa? Dari pagi belum makan karena ibu larang? Mau bikin fitnah kamu ya? Dasar menantu gak punya sopan santun, mana mungkin Ibu tega berbuat seperti itu sama menantu sendiri!" sergah Bu Rina marah, membuat Azmi makin terlihat kesal.

 

"Terlalu kamu Mia, berani menuduh Ibu yang tidak-tidak! Cepat minta maaf dan kerjakan apa yang Ibu suruh! Jangan berhenti sampai semuanya beres!" hardik lelaki itu kembali dengan keras.

 

"Tapi, Mas ...?"

 

"Nggak ada tapi-tapi! Cepat kerjakan apa yang Ibu perintahkan baru boleh istirahat!" tukas suaminya dengan tajam lalu Azmi membalikkan punggung dan meninggalkannya diiringi tatapan sinis yang lain. Pun ibu mertua yang sempat menghadiahinya dengan tonyoran di kepala. 

 

Ingin rasanya Mia menangis dan berteriak kencang untuk meluapkan rasa sakit di dalam hatinya tapi ia tahu itu percuma saja. Akhirnya setelah mengganjal perutnya dengan sisa kue di meja sofa, ia kembali mengerjakan apa yang diperintahkan ibu mertua padanya dengan terpaksa.

 

*****

 

Selesai membereskan semua pekerjaan rumah yang tadi diperintahkan sang mertua, Mia masuk ke dalam kamar. Tubuhnya terasa letih, pinggangnya sakit tak karuan.

 

Azmi, sang suami yang tadi sudah pulang kerja, sekarang entah ke mana. Biasanya sih sore-sore begini laki-laki itu jalan atau kongkow bersama teman-temannya di kedai kopi hingga larut malam. Tanpa pamit atau pun sekedar memberi tahu. Jangankan ingat salat, ingat istri yang sedang hamil muda pun tidak, keluh Mia pilu.

 

Perkawinan yang tak pernah ia bayangkan akan setragis ini dulu.

 

Berawal dari perkenalan tak sengaja saat ia kehujanan di jalan lalu lelaki itu memberinya tumpangan. Tak lama setelah itu Azmi pun melamarnya. Semua terjadi begitu cepat. Azmi yang ia kenal sebagai laki-laki lembut dan penyabar membuat ia percaya menyerahkan hidup dan cintanya pada lelaki itu hingga ia pun akhirnya menerima lamaran Azmi dengan penuh suka cita dan rasa bahagia. 

 

Sayang, lambat laun sifat asli lelaki itu mulai terkuak, kedok siapa dirinya pun terbongkar. Pun sikap ibu mertua yang ternyata tak pernah menyetujui pernikahannya sejak awal. Tetapi karena kekerasan hati Azmi untuk meminangnya, maka Bu Rina pun terpaksa mengalah. Namun, itu membuat mertuanya dendam dan menjadikan dirinya pembantu di rumahnya ini.

 

Dengan alasan berasal dari keluarga miskin yang tak akan bisa memberikan andil bagi kesuksesan hidup sang anak, Bu Rina memperlakukan Mia bak babu yang bisa disuruh-suruh dan diperintah seenaknya untuk melakukan apa saja di rumah ini tanpa boleh menolak, meskipun sedang hamil. Beda dengan penghuni atau pun menantu yang lain.

 

Setelah tinggal satu rumah, barulah Mia tahu siapa Azmi dan ibunya sebenarnya. Azmi yang termyata tak pernah sungguh-sungguh mencintainya melainkan menikahinya hanya demi membalas sakit hati dan menjadikan dirinya pelarian setelah ditinggal menikah kekasihnya lebih dahulu, membuat lelaki itu lambat laun mulai berubah sikap, tak lagi sehangat dan seromantis awal menikah dahulu.

 

Sayang, tak mungkin baginya meminta cerai  secepat ini dari lelaki itu. Saat ini dirinya sedang mengandung anak dari Azmi dengan usia kandungan yang masih sangat muda, baru tiga bulan. 

 

Tak mungkin ia pulang ke rumah orang tuanya dalam keadaan hamil muda dan bercerai dari suaminya. Apa kata kedua orang tuanya nanti? Apalagi bapaknya memiliki riwayat penyakit jantung yang tidak main-main. Beban pikiran sedikit saja bisa membuat penyakit sang bapak kambuh.

 

Itu sebabnya, Mia terpaksa menahan semua derita dan sakit hatinya sementara ini sampai bayi yang dikandungnya lahir dan telah memiliki legalitas agar kelak ia tak perlu bingung jika sesuatu terjadi dengan pernikahannya. 

 

Setelah itu ia akan berusaha bangkit perlahan-lahan dan mulai menunjukkan pada suami, mertua dan keluarganya bahwa ia sebenarnya tidaklah selemah, sebodoh dan semiskin yang mereka pikirkan dan mereka kira selama ini.

 

 

 

 

 

 

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Eriyanti Eriyanti
kok di ulang2 yaaa..jd males mau lanjutin baca, udh 2 bab di ulang2 trs, biar apa cobaa... malesin bgt klw curang gini, drpd rugi nnti baca bab yg terkunci ternyata msh di ulang2, rugi koin cuyy...
goodnovel comment avatar
Nur Sidik Senksonk
Anjiiirrrr, diulang2 terus.. Jangan2 ini novel tujuan'y nguras koin pembaca cuyyy
goodnovel comment avatar
Nophie Ayyu
kok double2 ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status