"Apa?"Jing Yue yang tengah menyiapkan makanan untuk anak-anaknya merasa sangat terkejut, saat pendengarannya menangkap nama anak lelakinya disebut. Wanita itu berlari secepat kijang menuju ke arah sumber suara keributan. "Ah Ling, ada apa dengan anakku?""Nyonyaaa! Tuan muda, Nyonyaaa!" Dari kejauhan Seorang pelayang wanita datang dengan berlari-lari hingga napasnya bagai hendak terputus.Jing Yue bergegas menghampiri wanita pelayan kediamannya. "Ada apa dengan Ah Ling?""Nyo-Nyo ... Nyonya!""Ah Ruo, katakan ada apa?" Jing Yue semakin merasa penasaran, hingga dia mendesak wanita yang sedang terengah-engah sembari memegangi dadanya.Su Ruo berusaha keras mengatur pernapasannya yang kacau dan terengah-engah. "Tu-tuan muda pi-pingsan!""Apa?" Jing Yue terkejut bukan buatan. "Pingsan? Ah Ling-ku pingsan?"Su Ruo menganggukan kepalanya dengan wajah cemas. "Benar, Nyonya. Para pengawal dari Keluarga Jing yang membawa Tuan Muda Jing Ling.""Pengawal Keluarga Jing? Itu artinya ....""Baiklah
Jing Ling merasa senang akan semua doa yang diucapkan oleh ibunya, meski dalam hati kecilnya dia berucap, "Banyak sekali doa ibuku. Apakah semua akan terwujud?""Benarkah itu, Ibu?" bertanya Jing Ling yang masih dalam pelukan ibunya. Dia sungguh berharap, jika doa ibunya akan benar-benar terwujud."Tentu saja itu benar. Doa baik seorang ibu untuk anaknya, pasti akan terkabul!" Jing Yue menjawab dengan penuh keyakinan, dia membelai rambut Jing Ling yang hitam, lebat, lurus dan panjang.Namun, dalam hati Jing Yue berkata, "Aku harus mengadakan perhitungan dengan pria itu! Apakah dia benar-benar tidak bisa menjaga anaknya, supaya bisa sedikit bersikap baik kepada kami? Benar-benar tidak bisa dibiarkan!"Pada saat itu juga, tiba-tiba Jing Yue teringat kepada dua tuan muda lainnya. "Ah Fei dan Ah Lin! Di mana mereka?""Kak Fei?" Sebarisan orang berseragam pengawal Keluarga Jing berjalan mengiringi Jing Yanxi sang tuan muda mereka. Barisan tersebut bergegas mengawal anak pertama dari keluar
"Oh, i-iya, iya ... Ayah!"Jing Yanxi memberanikan diri mengangkat wajahnya dan langsung menemukan kedua mata ayahnya yang terlihat melebar serta sangat menakutkan. Saat mereka benar-benar saling menatap, hati Jing Yanxi menjadi bergetar ngeri sambil berseru dalam hati. "Ayah sangat menakutkan!""Dari mana kau tahu cerita semacam itu? Kau bahkan baru berusia dua tahu saat itu!" Jing Cheng membentak anaknya dengan luapan amarah. Ditatapnya lekat-lekat wajah sang anak yang balik menatap sang ayah dengan rasa takut terpancar di matanya."Ibu yang menceritakannya padaku, Ayah. Dan ibu juga yang melarangku bergaul dengan Jing Ling!" Jing Yanxi menjawab dengan rasa sedikit gentar dalam hatinya."Ibumu?" Jing Feng terlihat terkejut dengan kejujuran anaknya ini. Pria itu bergumam dalam hati. "Jia Yan yang bercerita pada anak ini?""Jadi, sesungguhnya dia masih menyimpan perasaan dendam pada Pendekar Dewa Mabuk itu?" Jing Cheng terlihat serius kali ini. "Tidak bisa terus dibiarkan! Hal ini akan
"Tenanglah, Ah Lin! Kakak tidak akan marah pada mereka. Justru kakak akan menuntut pertanggungjawaban Jing Cheng atas apa yang telah dilakukan oleh anaknya." Jing Yue berbicara sambil menahan perasaan marah namun harus tetap berusaha tenang di hadapan anak-anak ini."Kakak akan menuntut keadilan untuk kalian!""Tapi, Bibi!" Hua Fei merasa keberatan dengan niat Jing Yue."Tapi, Bibi. Aku khawatir nantinya dia akan menjadi lebih mendendam kepada kami dan Adik Ling yang terus ditindas oleh anak itu," sahut Hua Fei yang merasa keberatan dengan rencana Jing Yue."Ah Fei, kalau anak manja dan sombong seperti si pongah itu tidak diberi pelajaran. Mungkin dia akan terus menindas siapa saja dengan sesuka hati. Kau ingatlah tentang Nona Xiao Lu! Dia juga kerap ditindas olehnya!"Hua Fei bergumam, "Nona Xiao Lu ...."Hua Fei masih ingat dengan sangat baik nasib nona bertubuh gemuk yang selalu mengejar-ngejar Jing Yanxi. Gadis itu selalu menerima hinaan dari anak lelaki yang disukainya. Namun, Xia
"Bibi bawa saja ke balai pengobatan dan mintalah paman Wuxue untuk mengawetkannyaaa!" Hua Lin kembali berseru dari kejauhan seraya mengangkat salah satu tangannya."Oh, baiklah." Gadis pelayan itu bergidik geli saat harus mengangkat keranjang bambu yang kotor oleh darah ular. "Menjijikan sekali!"Sementara itu, Hua Lin dan Hua Fei segera kembali ke kamar masing-masing. Hua Fei sendiri langsung mendapatkan perawatan atas luka-lukanya. Sebagai salah seorang dari tiga tuan muda Keluarga Yang, dia memang sangat diistimewakan. Begitu pula dengan Hua Ling yang juga mendapatkan perlakuan sama dengan dua tuan muda lainnya.Di tempat lain .... "Ah Cheeeeng! Keluar kau!" Jing Yue berteriak di depan paviliun yang menjadi kediaman yang ditempati oleh Jing Cheng saudara sepupu lelakinya.Beberapa pria pengawal segera mengepung wanita cantik yang telah menghunus pedangnya. Tatapan Jing Yue menyiratkan kemarahan yang telah berkobar."Nyonya Yue, bisakah Anda bersikap sedikit baik dan tidak membuat k
"Hentikan!" Sebuah suara membuat para pengawal menurungkan niat menyerang wanita secantik bidadari yang juga telah bersiap melancarkan serangannya. "Dia adalah tuan rumah dan kita adalah tamu. Mengapa sikap kalian seperti itu padanya?"Demi mendengar teriakan dari Jing Yue disertai kegaduhan yang ditimbulkan oleh sepupu wanitanya ini, Jing Cheng segera keluar dari dalam bilik kediaman milik Keluarga Hua. Pria itu cukup tahu dirinya saat ini hanyalah seorang tamu yang harus menghormati tuan rumah. Namun, perbuatan anak lelakinya sungguh membuat kepala pria itu terasaseperti hendak pecah. Tak ada jalan lain baginya selain daripada mendinginkan sikap Jing Yue."Tuan Besar!" Para pengawal segera berlutut sembari mengepalkan kedua tangannya di depan wajah mereka yang seketika tertunduk."Maaf, Tuan Besar! Kami hanya menjalankan tugas dari Tuan Besar!" menjawab pengawal berbadan paling besar."Baiklah, aku mengerti. Segeralah minta maaf pada saudaraku ini!" Jing Cheng memberi perintah yang t
Sungguh teramat kejam pandangan mereka terhadap wanita dan putranya yang selama ini juga sangat mendendam kepada ayah kandung dari Jing Ling . Hal itu pulalah yang membuat Jing Yue bertekad menjadikan anak lelakinya sebagai pendekar terkuat di rimba persilatan yang akan datang. Ya! Itulah niat dan tujuan Jing Yue dalam hidupnya, melatih sang anak sejak usia dini."Yue, dia hanyalah anak kecil yang belum mengerti apa-apa. Kuharap kau maafkanlah dia!" Jing Cheng berucap sembari menuang air teh ke dalam cawan dan memberikan pada saudara perempuan yang sekarang duduk di hadapannya. "Bagaimanapun juga, Yanxi hanyalah anak kecil.""Anak kecil katamu?" Jing Yue tersenyum sinis."Benar, dia memang masih kecil. Tapi mulutnya lebih buas daripada moncong serigala! Kupikir, kaulah yang tidak becus mendidiknya!" Jing Yue bicara dengan nada tajam. Dia bahkan tak melirik barang sedikit pun pada cawan teh yang masih menggantung di udara dalam genggaman tangan Jing Cheng."Baiklah, aku juga bersalah d
Jing Yue merasa orang ini terlalu bertele-tela, dia pun membentak, "Aku tidak peduli!""Ingatlah suatu hal, Ah Cheng! Kalau sampai Hua Fei tidak lolos dalam ujian yang akan diadakan lima hari lagi, maka tujuanmu datang ke mari hanya akan menjadi kesia-siaan belaka!" Jing Yue meneguk teh yang menghangat dalam kepalan tangannya."Hua Yan tidak akan membiarkan begitu saja, seseorang yang telah menggagalkan ujian masuk keponakan kesayangannya itu, berhasil menjadi sebagai besan kami.""Jadi, kau sudah tahu akan tujuanku datang berkunjung ke mari?" Jing Cheng cukup terkejut mendengar penuturan Jing Yue.Jing Yue tersenyum kecil penuh misteri. "Di dunia ini, apa yang tidak diketahui oleh Jing Yue?""Tentu saja, itu karena kau adalah Persik Gunung Naga. Sebelum kau menikah dengan Wang ... maksudku, sebelum kau memiliki Jing Ling. Kau adalah salah satu dari anggota pasukan teliksandi khusus Keluarga Jing." Jing Cheng menyesap teh yang mulai sedikit mendingin.Jing Yue pada masa gadisnya meman