4000 tahun yang lalu, bumi mencapai puncak keemasan, dan kedamaiannya, karena terus diberkati dewa-dewa yang memberikan banyak ilmu pengetahuan pada manusia.Namun saat Siluman muncul di bumi, dan membantai manusia, hingga manusia memasuki era kepunahan. Pada saat kondisi terlemah dalam sejarah bumi inilah muncul 9 orang yang diberkahi oleh dewa bernama Nawadewanata, dan berkumpul menciptakan kubah dinding yang tak terbatas.Kubah tersebut berhasil memisahkan benua sangakama, yakni benua manusia, alam dewa, dan alam siluman. Kubah dinding tak terbatas atau kubah Nawadewanata adalah sebuah perisai yang memiliki luas jutaan hektar, dan tak bisa ditembus oleh dewa maupun siluman dengan tingkat kekuatan sihir apapun.Selama ribuan tahun kubah Nawadewanata berhasil melindungi umat manusia sampai 1000 tahun lamanya.Akan tetapi akibat keserakahan manusia yang terus mengeksploitasi energi dari kubah Nawadewanata untuk dirinya sendiri, lambat laun kubah pelindung tersebut melemah. Pada akhir
Tubuh Angling Madangkara masuk ke dalam sebuah portal dan pandangannya mulai perlahan-lahan mulai gelap, baginya penglihatan terakhirnya adalah wajah gadis di dunia persilatan yang telah banyak membantunya menyusun kitab Arjuna Wiwaha yang melampaui kekuatan para dewa, dan bangsa siluman.“Apakah aku akan mati, dan gagal? Apakah ini yang namanya kematian?”Angling Madangkara rasanya ingin tertawa, karena merasa bodoh. Siapa yang coba ia bohongi? Begitu banyak penyesalan dalam dirinya, terutama melihat semua orang yang ia cintai telah gugur di medan perang, dan tak bisa menyelamatkan bumi. Namun menyesalinya pun sekarang merasa percuma.Sekarang Angling Madangkara berada di dalam kegelapan tanpa batas, karena tanpa disadarinya, ia berhasil memutar waktu ke seribu tahun yang lalu.“Guru, ayah … ibu, aku datang ….”Disaat Angling Madangkara sudah mencapai puncak titik kepasrahan dan merelakannya. Tiba-tiba sebuah cahaya emas muncul di hadapannya.“Oh, inikah alam baka?”Belum sempat Angl
Angling awalnya agak panik mendengar suara tersebut. Namun setelah melihat kepulan asap dari bom asap itu mereda, dan mendapati salah satu kepala anggota partai Kelabang Hitam atau Kelabang Iblis itu pecah, ia tetap tenang.Angling berjalan pelan sambil menelaah kondisi Empu Satria saat ini, “Apakah takdir berubah? Setahuku, guru hanya di fase pejuang bintang dua, bagaimana mungkin bisa mengalahkan salah satu dari anggota partai Kelabang Iblis?” gumamnya memicingkan mata.Empu Satria terduduk lemas di depan salah satu mayat anggota partai Kelabang Iblis dengan dada kembang kempis.“Guru …!”Angling berlari cepat sambil menghilangkan 9 jarum roh, dan benang roh yang telah ia keluarkan. Kemudian memapah Empu Satria, dan membawanya ke pusat Desa Pasir Merak untuk mendapatkan perawatan.“Angling, lebih baik tinggalkan aku. Mereka pasti kembali, dan akan memperlambat mu. Aku akan mentransfer semua tenaga dalam yang tersisa untuk menyempurnakan ajian Dasendria sampai ke tingkat ungu padamu
Tubuh Angling seperti terkelupas kulitnya. Setelah tangannya tiba-tiba menggenggam pusaka tingkat dewa, yakni seruling emas. Ia juga tak sengaja menarik kitab ajian serat jiwa yang sangat terlarang, dan energinya masuk ke dalam wadah induk miliknya.Energi metafisika yang berada di dalam gua terserap sangat cepat masuk ke dalam wadah induk tenaga dalamnya, dan menaikan fasenya ke fase pejuang bintang lima dalam sekejap.“Aaargh!” Angling Madangkara terus mengerang dengan seluruh urat otot menonjol besar di sekujur tubuh. Bahkan gua itu tak berhenti bergetar, membuat semua penduduk di desa Pasir Merak ketakutan, termasuk semua anggota partai Kelabang Iblis.“Huff … huff ….” Angling Madangkara berhasil menarik keluar sepenuhnya pusaka seruling emas, dan ia berlutut satu kaki dengan dada kembang-kempis, serta bulir-bulir keringat membasahi tubuhnya, “Huff … aku harus cepat keluar dari sini, dan menyelamatkan warga Desa Pasir Merak, karena esok hari mereka semua akan dieksekusi.”Angling
Angling berlari cepat mengejar gadis cantik berpakaian kumal tersebut. Entah mengapa tubuhnya reflek begitu saja, dan saat ia sudah mendekat, Angling melompat untuk menerkamnya.Mereka berdua berguling-guling di permukaan tanah, dan kedua mata mereka saling memandang. Seakan-akan tatapan itu penuh arti.“Aishwarya Chandra?” gumam Angling dengan mata melebar, dan suara gumaman Angling dapat didengar oleh kedua telinga Chandra. Chandra menatap nyalang Angling masih dalam keadaan berguling-guling di permukaan tanah, dan menendang singkong premium milik pemuda berambut sebahu tersebut, “Dasar laki-laki mesum!”“Aakh!” pekik Angling dengan tubuh terpental beberapa meter, lalu berguling ke kiri, dan ke kanan sambil memegangi singkong premium miliknya.“Berani kau menyentuh tubuhku, hah?”“Bu-bukan, aku tidak bermaksud seperti i-itu,” sergah Angling mencoba bangkit berdiri, tetapi tetap tidak mampu karena singkong premiumnya masih merasakan ngilu setelah ditendang oleh Chandra.Secepat mung
Angling menangkis dengan seruling emasnya, lalu menendang kedua pedang tersebut sambil salto ke belakang. Begitu ada kesempatan, ia langsung menerobos dinding rumah yang terbuat dari bambu di belakang dengan gerakan lompat harimau, dan berhasil keluar.Sosok ninja berbaju hitam tersebut tidak membiarkan Aggling kabur, dia juga menerobos kobaran api yang sudah membesar. Rumah itu ambruk setelah diterobos oleh sosok ninja tersebut, hingga kobaran apinya hampir mengenai Angling. “Aku harus memancingnya ke dalam hutan. Aku butuh kedua pedang itu,” gumam Angling terus berlari ke dalam bagian luar hutan terlarang guna memancing sosok ninja tersebut untuk mengejarnya. Namun tetap saja sosok ninja tersebut lebih cepat gerakannya. Hanya dalam satu hembusan nafas, dia sudah berada di depan Angling dan melepaskan tebasan beruntun.“Mati kau! Ajian Candra Kembar!” serunya dengan tatapan nyalang.Angling kembali menangkis dengan seruling emas. Ketiga senjata itu berbenturan, dan keduanya terpun
Angling mengelus-elus kepalanya yang sakit setelah dipukul oleh Empu Satria, dan Candra. Lalu berjalan masuk ke dalam bangunan bekas istana Adipati kota Lotus Api tanpa meminta izin kepada orang yang sedari menawarkan bangunan itu seharga 100 koin emas. Sang penjaga istana Adipati Lotus Api membiarkan Angling begitu saja.“Aku telah menemukan penyebab wabah ini!” gumam Angling tanpa menoleh.Ketika ia sampai di depan sebuah dinding, tangannya mengelus pelan untuk menghilangkan debu yang menutupi dinding tersebut, dan tampak sebuah gambar yang tercetak di dinding tersebut, serta sangat dihafal Angling Madangkara dalam ingatannya.Angling menekan gambar Serigala mirip Abiyasa, dan gambar Rubah berekor 10. Seketika itu juga dinding itu bergerak ke atas, dan mengeluarkan suara gesekan batu yang sangat keras..Empu Satria, Candra, dan orang dari suku Dwaya yang menjual bangunan istana tersebut terkejut setengah mati. Mereka bertiga bertanya-tanya, bagaimana Angling bisa tahu bahwa ada pintu
Candra menangkis cakaran kedua tangan Angling dengan kedua pedangnya, dan membuat tubuh Angling terpundur dengan merangkak. Pria berambut hitam tersebut sudah berubah bentuk fisiknya seperti siluman Harimau yang memiliki kuku-kuku panjang, manik matanya merah darah, dan keempat gigi taringnya mencuat ke atas dan ke bawah, hingga meneteskan air liur.Candra berlari cepat dengan membalikan posisi pedangnya ke bagian dalam, lalu melompati tubuh Angling, dan mendarat dengan sempurna setelah melakukan lompatan harimau. Setelah mendarat, Candra tidak basa-basi lagi menghantamkan kedua ujung gagang pedang ke tengkuk Angling, dan langsung membuatnya pingsan.Bayanaka juga ikut pingsan, dan merubah panah pasopati tersebut menjadi sebuah sarung tangan besi dengan warna berbeda, warna merah di sebelah kiri, dan warna biru di sebelah kanan.Candra menumpu tubuhnya dengan kedua pedang yang ditusukan ke permukaan lantai dalam keadaan dada kembang kempis, dan nafas tersengal.“Dasar pendekar monster