Share

Bab-8 Ceroboh

Author: Sayap Uranus
last update Last Updated: 2023-09-21 17:09:39

Candra menangkis cakaran kedua tangan Angling dengan kedua pedangnya, dan membuat tubuh Angling terpundur dengan merangkak. Pria berambut hitam tersebut sudah berubah bentuk fisiknya seperti siluman Harimau yang memiliki kuku-kuku panjang, manik matanya merah darah, dan keempat gigi taringnya mencuat ke atas dan ke bawah, hingga meneteskan air liur.

Candra berlari cepat dengan membalikan posisi pedangnya ke bagian dalam, lalu melompati tubuh Angling, dan mendarat dengan sempurna setelah melakukan lompatan harimau. Setelah mendarat, Candra tidak basa-basi lagi menghantamkan kedua ujung gagang pedang ke tengkuk Angling, dan langsung membuatnya pingsan.

Bayanaka juga ikut pingsan, dan merubah panah pasopati tersebut menjadi sebuah sarung tangan besi dengan warna berbeda, warna merah di sebelah kiri, dan warna biru di sebelah kanan.

Candra menumpu tubuhnya dengan kedua pedang yang ditusukan ke permukaan lantai dalam keadaan dada kembang kempis, dan nafas tersengal.

“Dasar pendekar monster, hampir saja nyawaku melayang oleh mereka berdua,” keluh Candra dengan menyeringai kesal.

Tiba-tiba terdengar suara batu besar bergesekan, dan terlihat permukaan lantai yang berada di bawah tempat menaruh kotak emas bergeser.

Angling yang sudah kembali seperti semula bangkit dengan memegang tengkuknya yang masih sakit, “Ugh! Terima kasih Nona.”

Angling sudah mengetahui kalau dia akan kerasukan roh penjaga suci Maung Lodaya yang menjaga pusaka langit Pasopati. Karena di kehidupan sebelumnya pun seperti ini saat Pasopati berhasil direbut dari salah satu dewa sesat, dan diberikan kepada Bayanaka.

Maka dari itu Angling memberi perintah pada Candra untuk memukul tengkuknya, apabila tubuh Angling telah dirasuki roh penjaga binatang suci benua nusantara, yakni Maung Lodaya.

“Angling, ayo kita masuk kesana! Siapa tahu di dalam ada banyak harta karun?” ajak Candra.

“Kamu disini saja, Nona Candra. Aku takut ada hal yang berbahaya di bawah. Biar aku saja yang turun untuk melihatnya, sedangkan Nona Candra kembali saja ke atas bersama Bayanaka,” tolak Angling, karena ia khawatir akan terjadi insiden yang tak diinginkan lagi.

Candra yang sudah kagum dengan Angling menuruti saja perintahnya. Ia memapah Bayanaka untuk kembali ke atas menyusuri jalur yang sebelumnya mereka bertiga lewati.

Dengan langkah waspada Angling menuruni anak tangga yang memutar, suasananya lebih gelap dari jalur menuju ruangan rahasia Pasopati. Namun tiba-tiba obor nyala, setelah Angling tanpa sengaja menginjak anak tangga.

Angling secepatnya berlari cepat menuruni anak tangga, karena takut ada jebakan yang siap menghadangnya. Namun itu hanya prasangka Angling saja, dan nyatanya jebakan yang ia pikirkan dalam otaknya itu tidak ada.

Setelah sampai di dasar ruangan, mata Angling berbinar-binar karena melihat ruangan tersebut bercahaya, dan sangat silau oleh tumpukan koin emas yang sangat banyak.

Angling mengalirkan tenaga metafisikanya ke cincin ruang untuk mengidentifikasi berapa banyak barang yang bisa disimpan oleh cincin ruang tersebut.

“Semua harta karun tidak cukup, kalau aku menyimpan semuanya. Hmmm ….” Angling termenung sejenak sambil memikirkan cara, dan ia tiba-tiba menemukan cara, “Aku gunakan itu saja.”

Angling menggigit keras ujung jari telunjuk kanannya, dan mulai menuliskan pola-pola enkripsi kuno ke cincin ruang tersebut. Cincin ruang berwarna hijau tersebut berubah menjadi warna emas.

Angling bernafas tersengal-sengal, karena ia hampir saja menghabiskan energi tenaga dalamnya untuk menaikan tingkatan cincin ruang ke tingkat nirwana,, “Huff-huff … Hampir saja kehabisan, untung saja aku tepat waktu.”

Cincin ruang nirwana tersebut dipakaikan lagi ke jari manis kirinya, lalu diarahkan ke tumpukan koin emas. Semua koin emas, batu-batu kristal, kitab-kitab kuno masuk ke dalam cincing ruang nirwana tersebut hanya dalam sekejap mata.

“Hahaha …. Koin emasnya sangat banyak. Kini aku tidak khawatir lagi untuk membangun padepokan di kota Lotus Api,” kata Angling dengan tertawa girang.

Dia pun langsung bergegas lari menaiki anak tangga. Namun ia tak sengaja menekan tombol rahasia di dinding. Saat Angling berjarak 5 meter dari pintu masuk, pintu ruangan rahasia itu perlahan tertutup.

Angling segera melompat dengan lompatan harimau, dan hampir saja kaki belakangnya tertindih pintu batu tebal tersebut yang sedikit lagi tertutup.

Suara pintu batu tebal tersebut sangat keras saat menyentuh permukaan lantai, hingga membuat guncangan cukup besar di ruangan rahasia Pasopati.

Debu, dan pasir mulai berjatuhan dari atap ruangan rahasia, dan semakin lama semakin deras arus pasirnya.

“Aku harus kabur secepatnya! Kalau tidak aku bisa terkubur disini hidup-hidup,” monolog Angling dengan raut muka panik.

Langkah kakinya segera mengayun cepat untuk kembali menaiki anak tangga yang lurus ke atas. Aliran pasir mulai mengejarnya, dan yang membuat Angling bertambah tegang adalah saat muncul pasir berwarna merah yang memiliki suhu panas yang sangat tinggi.

“Guru! Tolong aku!”

Angling sudah panik, dan tak ingat apa-apa. Padahal ia bisa memanggil Karbara Abiyasa untuk membawanya keluar secepat mungkin. Namun ide tersebut tidak ada sama sekali setelah melihat gelombang pasir merah yang terus mengejarnya.

Adrenalin Angling semakin terpacu saat jalur pintu Karbara Abiyasa itu dari bagian atap jalurnya turun hujan pasir hitam yang sangat beracun. Pasir-pasir tersebut memiliki sifat korosif, dan Angling terkena kedua bahu Angling.

“Aaakh! Guru, tolong!” teriak Angling semakin berlari kencang sampai terkencing-kencing.

Bagaimanapun juga Angling saat ini masih lemah, dan baru berada di fase Kayu bintang dua. Suhu panas, dan efek korosif seperti itu masih berpengaruh ke tubuhnya.

“Grrr … roaar!” 

Terdengar raungan di dalam pikiran Angling saat dirinya sudah hampir keluar dari dalam jalur ruangan rahasia.

Dia mengira raungan tersebut dari dalam jalur ruangan rahasia Pasopati. Maka dari itu ia bergegas melompat, supaya bisa lebih cepat menjangkau pintu masuk ruangan rahasia pasopati, dan kembali menutupnya.

Angling berhasil keluar, tetapi tiba-tiba seruling emas keluar, dan menempel ke mulutnya. Secara otomatis mulut Angling meniup seruling tersebut, tetapi suara melodinya sangat berbeda dari cara Angling memanggil Karbara Abiyasa.

Dari dalam ujung lubang seruling emas keluar sebuah bola cahaya berwarna jingga, lalu membentuk Harimau berbulu jingga dengan garis loreng putih setinggi 5 meter, dan panjang tubuhnya 10 meter dengan urat otot yang menonjol besar di sekujur tubuhnya.

“Groaar …!”

Maung Lodaya meraung sambil membuka mulutnya lebar-lebar, dan tampak bagian dalam rahang atasnya dipenuhi gigi taring berwarna merah yang memiliki suhu 1000 derajat celcius.

Wilayah Istana Adipati Lotus Api bergetar, dan dari dalam pintu ruangan rahasia yang sudah berhasil ditutup kembali oleh Angling tersebut keluar gelombang pasir hitam, pasir coklat, dan pasir merah.

“Semuanya lari!” teriak Angling panik.

Semua warga Desa Pasir Merak, Empu Satria, Candra, dan Bayanaka yang sudah sadar dari pingsannya berlari secepat mungkin. 

“Jangan lari! Pasir itu akan mengejar kalian!” teriak penjaga Istana Adipati dari suku Dwaya.

Para warga tidak memperdulikannya, dan benar saja gelombang pasir campuran yang berhasil menjebol pintu batu tebal ruangan rahasia Pasopati tersebut mengejar mereka.

Maung Lodaya melompat ke depan gelombang pasir, lalu mengaum sekeras-kerasnya, hingga membuat semua warga Desa Pasir Merak yang bukan seorang pendekar pingsan.                             

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kaisar Seruling Emas   Bab-12 Kutukan Maung Lodaya Bereaksi

    Angling segera bereaksi dengan melayangkan pukulan ke dahi Putri Dyah Ayu menggunakan seruling emas, dan membuatnya memekik kesakitan, hingga terpundur beberapa langkah.Namun Putri Dyah yang sudah melepaskan cengkramannya di leher Angling kembali menyerang dengan lompat harimau untuk menumbuk perut Angling, dan merobeknya dengan cakaran kedua tangannya.“Auuu!”Abiyasa membesarkan tubuhnya, dan langsung melompat untuk menghalau serangan Putri Dyah Ayu. Alhasil gadis bertubuh seksi yang terbuka belahan gunung kembarnya tersebut, dan hampir lepas kain yang menutupi bagian tersebut, tubuhnya terpental setelah menabrak kepala Abiyasa.“Jangan ada yang masuk!” teriak Angling dari dalam kamar dengan suara panik. Sebab dia tidak mau ada yang terluka oleh amukan Putri Dyah Ayu yang sedang kerasukan siluman yang cukup ganas.“Hahaha …. Lebih baik kau serahkan tubuhmu untuk aku makan, hahaha …,” kata Putri Dyah Ayu dengan tertawa menyeringai.Abiyasa yang kesal melompat ke arah Putri Dyah Ayu

  • Kaisar Seruling Emas   Bab-11 Kesepakatan

    Angling menyelesaikan pembuatan pil pemulihan nirwana dengan sangat cepat. Pil berwarna biru pudar tersebut segera disimpan ke dalam cincin nirwana miliknya dengan gerakan cepat. “Abiyasa, cepat! Kita harus menolongnya!” seru Angling sambil menunjuk ke arah pria berbadan kekar dengan kumis tipis dan memakai baju keraton berwarna emas yang sedang menaiki kuda. Lalu bergegas menaiki punggung Karbara Abiyasa, dan Serigala berbulu hitam runcing tersebut berlari cepat ke arah Patih Winda Basudara yang sedang menyeret tubuh Kakek Segala Tahu dengan kudanya menjauh dari pintu gerbang benteng kota raja Pringgandani.Para pengawal Patih Winda Basudara yang sedang berlari di depan kuda sang patih langsung berhenti. Kemudian melepaskan tusukan tombak ke arah Abiyasa. Tubuh Serigala hitam yang hendak berhenti tersebut terpundur ke belakang, dan hampir saja terjungkal.“Grrr ….”Dengan tatapan tajam Abiyasa menggeram keras, dan bersiap menyerang para pengawal sang patih.“Tenang Abiyasa! Ini han

  • Kaisar Seruling Emas   Bab-10 Kakek Segala Tahu

    Anak panah itu diselimuti kobaran api yang sangat besar. Pasukan Rasputi yang sedang menaiki kuda segera mundur dengan berlari sejauh mungkin.Benar saja saat anak panah itu mengenai permukaan tanah, ledakan dahsyat terjadi. Bahkan membuat 13 anak buah Rasputi terpental dari punggung kuda yang sedang dinaikinya.Ledakan itu menciptakan kobaran api yang sangat besar disertai gelombang kejut yang sangat dahsyat, dan mampu meluluhlantakkan wilayah dalam radius 200 meter.“B*d*b**! Siapa yang berani melakukan ini pada pasukan elit milikku?” berang Rasputi dengan menggertakkan gigi, dan gada besar yang sudah diangkat ke udara.Pasukan Lotus salju juga yang berjaga di atas menara depan gerbang masuk kota Lotus Api segera menembaki Rasputi dengan ratusan anak panah secara bertubi-tubi.“Ajian Triwikrama!” seru Rasputi, dan membuat tubuhnya menjadi raksasa setinggi 20 meter. Lalu mengayunkan gada raksasa tersebut untuk menghempaskan ratusan anak panah yang segera mengenai hampir seluruh bagia

  • Kaisar Seruling Emas   Bab-9 Kutukan Maung Lodaya

    Angling panik, sebab mengira Maung Lodaya akan menerkam warga desa Pasir Merak yang pingsan untuk dilahapnya. Kemudian ia melompat ke arah Maung Lodaya yang sedang mengaum untuk menghentikan gelombang pasir Gandiwa.Namun usaha salah paham dari Angling itu berbuah manis, Maung Lodaya berhasil dihantam kepalanya dengan seruling emas.Perlahan tubuh Maung Lodaya lenyap, tetapi sebelum tubuh Harimau berwarna jingga tersebut lenyap, mulutnya terbuka, dan menghisap semua pasir Gandiwa.“Aku mengutukmu, Angling Madangkara! Kau akan merasakan haus darah ketika bulan purnama, dan hanya bisa sembuh kalau kau menemukan pasir Gandiwa!”Suara menggelegar tersebut adalah suara Maung Lodaya yang tak terima dirinya dihantam seruling emas, dan membuat tubuhnya kembali tersegel di dalam seruling emas.“Apa? A-aku salah paham terhadap Maung Lodaya?” Angling matanya membulat, karena apa yang dilakukannya pada Maung Lodaya justru jadi bumerang baginya.Empu Satria yang mengetahui pasir Gandiwa yang sanga

  • Kaisar Seruling Emas   Bab-8 Ceroboh

    Candra menangkis cakaran kedua tangan Angling dengan kedua pedangnya, dan membuat tubuh Angling terpundur dengan merangkak. Pria berambut hitam tersebut sudah berubah bentuk fisiknya seperti siluman Harimau yang memiliki kuku-kuku panjang, manik matanya merah darah, dan keempat gigi taringnya mencuat ke atas dan ke bawah, hingga meneteskan air liur.Candra berlari cepat dengan membalikan posisi pedangnya ke bagian dalam, lalu melompati tubuh Angling, dan mendarat dengan sempurna setelah melakukan lompatan harimau. Setelah mendarat, Candra tidak basa-basi lagi menghantamkan kedua ujung gagang pedang ke tengkuk Angling, dan langsung membuatnya pingsan.Bayanaka juga ikut pingsan, dan merubah panah pasopati tersebut menjadi sebuah sarung tangan besi dengan warna berbeda, warna merah di sebelah kiri, dan warna biru di sebelah kanan.Candra menumpu tubuhnya dengan kedua pedang yang ditusukan ke permukaan lantai dalam keadaan dada kembang kempis, dan nafas tersengal.“Dasar pendekar monster

  • Kaisar Seruling Emas   Bab-7 Kesurupan Maung Lodaya

    Angling mengelus-elus kepalanya yang sakit setelah dipukul oleh Empu Satria, dan Candra. Lalu berjalan masuk ke dalam bangunan bekas istana Adipati kota Lotus Api tanpa meminta izin kepada orang yang sedari menawarkan bangunan itu seharga 100 koin emas. Sang penjaga istana Adipati Lotus Api membiarkan Angling begitu saja.“Aku telah menemukan penyebab wabah ini!” gumam Angling tanpa menoleh.Ketika ia sampai di depan sebuah dinding, tangannya mengelus pelan untuk menghilangkan debu yang menutupi dinding tersebut, dan tampak sebuah gambar yang tercetak di dinding tersebut, serta sangat dihafal Angling Madangkara dalam ingatannya.Angling menekan gambar Serigala mirip Abiyasa, dan gambar Rubah berekor 10. Seketika itu juga dinding itu bergerak ke atas, dan mengeluarkan suara gesekan batu yang sangat keras..Empu Satria, Candra, dan orang dari suku Dwaya yang menjual bangunan istana tersebut terkejut setengah mati. Mereka bertiga bertanya-tanya, bagaimana Angling bisa tahu bahwa ada pintu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status