Aku langsung mengambil surat-surat itu, beserta persyaratan lain yang dibutuhkan, kemudian aku kembali pergi dari rumah.
Kali ini aku tidak akan meminjam uang di bank atau pegadaian, terlalu ribet syaartanya, aku akan menjaminkan surat-surat ini ke seorang rentenir asal Batak. Kebetulan aku mengenalnya lewat salah seorang temanku yang dulu sering menggadaikan mobilnya di sana.Sebenarnya aku tahu bahwa bunganya akan sangat besar jika pinjam di sini, namun itu juga nantinya bisa jadi senjata untuk menghancurkan Mas Bambang. "Aku hanya bisa meminjami uang senilai tujuh ratus lima puluh juta saja, dan hanya dalam waktu tiga bulan. Setelah tiga bulan uang itu harus kembali menjadi sembilan ratus juta.Jika lebih dari empat bulan, kamu tak bisa mengembalikan uang itu, maka semua tanah ini akan menjadi milikku."Wow sebuah perjanjian yang sangat menjerat 'kan? Namun tetap ku terima, yang penting aku dapat uang. Dari pada nanti semua malah di habiskan untuk para gundiknya.Setelah uang itu masuk ke rekeningku, aku kemudian menuju ke sebuah klinik kecantikan, untuk sejenak relaksasi dan sedikit membenahi penampilanku, sambil mencari tanah atau rumah yang sedang di jual.Baru saja aku mulai perawatan, sebuah panggilan masuk, ternyata dari Mas Vino."Ya Mas, ada apa? Jahat banget sih pulang nggak ngomong-ngomong," kataku membuka percakapan lewat telepon."Hahaha niatnya sih mau memberi kejutan, tapi nyatanya malah ketahuan duluan. Eh ni ada mobil baru, punyamu Vin?" tanya Mas Vino."Iya lah, biarin di situ dulu Mas. Besok kamu nggak repot kan? Ajarin aku nyetirlah.""Bukane kamu sudah bisa nyetir?""Sudah sih, tapi kan belum lancar. Lagian itu kan mobil baru, harus ekstra hati-hati bawanya, hehehe.""Oke, deh. Besok tak tunggu ya.""Siap Bos!"**************** ****************Pukul lima sore, semua perawatan yang kujalani usai, kebetulan aku juga telah menemukan dua rumah yang akan kubeli dari uang hasil gadai sertifikat itu.Karena jaraknya yang tak begitu jauh, maka sekalian juga, aku berangkat ke sana. Dua rumah itu, terletak di sebuah perumahan, kebetulan letaknya berdampingan. Tanpa banyak kata, langsung saja ku beli kedua rumah itu seharga delapan ratus juta rupiah. "Rumahnya nanti mau satu sertifikat atau dua, Bu? Mungkin yang satu mau pakai nama suami?" tanya pemilik rumah lama."Pakai nama saya keduanya, Pak. Suami saya nggak ada kok, udah mati, hehehe," jawabku kesal."Hahaha...baik, Bu. Senang berbisnis dengan Bu Vivin, gerak cepat tanpa banyak bicara. Terima kasih."Mungkin ini berkah dari si gadis tengil tadi, hingga tak di sangka-sangka, hari ini aku bisa membeli dua unit rumah dan mobil, hehehe.********************** ************************Malam ini aku pulang ke rumah dengan perasaan yang amat bahagia. Ah namun aku tak tahu, apakah ini bahagia yang sesungguhnya, atau malah hanya pura-pura bahagia. Meski berusaha kututupi, namun tak bisa kupungkiri aku patah hati. Bagaimana tidak, kehidupan pernikahan yang sudah kami jalin selama lima tahun ini, nyatanya hanya menjadi sia-sia belaka. Mungkin karena hal ini jugalah, hingga saat ini Allah belum memberikan kami momongan.Aku justru tak bisa membayangkan, seandainya saat ini kami telah memiliki buah hati, pasti aku dilema dan sulit mengambil kepututusan. Jika aku memiliko seorang anak, maka mungkin aku lebih memilih memaafkan Mas Bambang, karena bagaimana pun anak adalah prioritas utamaku.Malam ini aku harus memikirkan lagi cara untuk meminta uang lagi pada suamiku, enak saja, aku yang menemanimya dari nol, eh malah kini para perempuan-perempuan itu yang akan menikmatin hasilnya. Tiba-tiba sebuah chat masuk ke handphoneku, dari sebuah nomer tak dikenal sih, tapi kubuka saja, siapa tahu itu penting.[Halo Mbak Vivin. Gimana kabarnya masih sehat 'kan?"]Siapa sih, tiba-tiba nanyain kabarku, sok akrab banget.[Alhamdilillah, kabarku baik banget. Ini siapa ya?][Oh iya tadi belum sempat kenalan kan. Aku Feli, yang tadi habis subuh datang ke rumah kamu itu loh! Masak sudah lupa?][Oh jadi kamu gadis tengil itu to. Ada apa lagi!?][Ih kok gadis tengil sih?! Gadis cantik dong! Jangan keburu emosi dong, nanti makin jelek loh! Aku mau ngasih kamu beberapa foto yang pastinya akan membuatmu percaya kalau Mas Bambangmu itu adalah buaya darat!][Ya sudah ceper kirim, nggak usah banyak cakap!]Sesaat kemudian, Feli mengirim beberapa foto Mas Bambang yang sedang bermesraan dengan beberapa cewek berbeda, diantaranya ada Feli, dan satu lagi, ada seorang yang sangat ku kenal. Kurang ajar, ternyata selama ini dia juga pernah jadi gundik suamiku!***kira-kira siapa sih wanita itu?Ending - Takdir Yang Tidak TerdugaEnding - Takdir Yang Tidak Terduga*Terima kasih sudah membaca, meski sedikit, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Mohon maaf jika ada salah kata, atau mungkin tak berkenan di hati teman-temab semuanya.Setelah melihat foto kiriman Bella yang menunjukkan Mas Bambang sedang sakit, aku langsung mencobaa meneelponnya, karena sepertinya saat ini suamiku itu sedang kritis, banyak selang di tancapakan pada tubuhnya. Satu kali panggilanku langsung diangkat oleh Bella, itu berarti dia saat ini pun sedang terjaga, mungkin sedang menunggui Mas Bambang. "Assalamualaikum, Bel. Mas Bambang kenapa? Maaf dari sore memang handphoneku mati, dan ini baru saja kunyalakan," ucapku cemas saat membuka percakapan melalui sambungan telepon ini."Waalaikumsalam Mbak. Mas Bambang saat ini sedang kritis Mbak. Tadi dia tadi sempat siuman dan memanggil nama kamu Mbak, kemudian kembali tak sadarkan diri," jawab Bella dengan suara parau mungkin habis memangis."
Setelah menyelesaikan drama tidak jelas antara Feli dan Jonas tadi, aku pun langsung tancap gas pulang ke rumah, kebetulan waktu juga sudah pukul enam sore. Handphonekun yang dari tadi tertinggal di mobil ternyata habis baterainya, dan langsung kumasukkan ke dalam tas."Dari mana saja sih kamu itu, Vin? Seharian kok di rumah bentaran saja lalu pergi lagi, nggak capek kamu? Sudah sana pasti belum salat kan? Keburu waktunya habis!" Omel Ibu saat aku tiba di rumah."Ini tadi main ke supermarket sebentar, Bu. Eh ketemu teman, jadi tadi ngobrol bentar gitu Bu. Ini ada sedikit belanjaan buat Ibu. Aku salat dulu, ya," ucapku sambil berkedip pada Ibu."Ya sudah cepetan sana! Sudah besar kok masih kayak anak kecil kamu itu Vin. Setelah salat ngobrol sama Ibu dan Bapak di teras ya..." ucap Ibu yang hanya kujawab dengan anggukan.Aku pun kemudian masuk ke kamar, dan melaksanakan salat magrib, setelahnya aku langsung keluar untuk bercengkrama bersama orang tuaku di luar. Biasanya memang selepas
"Bu Vivin silahkan masuk!" ujar seorang perawat memanggil namaku.Aku segera masuk lagi ke ruangan dokter, tentunya dengan hati yang berdebar, menunggu hasil test tersebut. Kulupakan sejenak masalah Mas Bambang yang sempat kulihat di kamera pengintai itu. Karena sangat penting juga bagiku, untuk mengetahui apakah aku tehindar dari penyakit menular seks, karena Mas Bambang sudah sangat sering bergonta-ganti pasangan tanpa sepengetahuanku.Aku juga sempat berpikiran macam-macam dengan penyakit yang diderita oleh suamiku itu, adalah salah satu PMS yang dia dapat dari salah satu wanita yang pernah menjadi pasangan selingkuhannya."Alhamdulillah Bu Vivin, dari hasil tes pemeriksaan tadi, tak ada penyakit menular seksual yang berbahaya pada Ibu. Hanya Vaginosis Bacterial saja," ucap Bu dokter cantik itu sambil tersenyum."Alhamduliah. Eh maaf itu penyakit apaan ya Dok?" tanyaku polos."Vaginosis Bakterial adalah penyakit yang menyerang area kewanitaan, adalah suatu gejala klinis akibat p
[Justru yang telat tahunya itu kamu, Fel. Karena yang memberitahukan pada warga saat mereka berdua berzina, itu aku. Gimana, yakin masih ingin menikah dengan suamiku itu?][Bingung sih, aku Mbak. Bisa nggak sih Mas Bambang itu suatu saat nanti berubah? Atau bakal seperti itu terus sampai menua dan mati?][Wah, aku nggak tahu tentang hal itu, Fel. Itu 'kan rahasia Allah. Kalau kamu emang sudah mantap ya sudah jalanin saja, eh tapi jangan-jangan dia dinikahkan sama Ria oleh warga? Apa kamu nggak ingin cari tahu tentang hal itu? Masak iya kamu kalah sama janda jablay macam Ria itu?]Aku kini menggoda Feli, bisanya jika terpantik ucapan seperti itu, dia pasti langsung melakukan hal yang sedikit diluar kontrol, dan itu juga lucu untukku.[Waduh bisa jadi tuh, Mbak. Kenaoa aku nggak kepikiran kayak gitu ya?! Ya sudah deh kalau begitu aku mau balik ke kompleksmu sekarang juga, dah Mbak Vivin!][Yoi, hati-hati ya. Rebut Mas Bambang dari wanita mana pun yang mendekatinya, singkirkan sebelum di
Aku akhirnya sampai lagi di rumah dengan perasaan bahagia sekali. Entahlah, apakah aku ini termasuk wanita yang jahat, karena telah berbahagia atas kesedihan yang menimpa suami dan tetanggaku itu? Ah terserahlah mau di bilang apa, yang penting aku bahagia dan puas. Sesungguhnya ini bukan menjadi rencanaku, tapi mereka sendirilah yang membuat ulah, dan tak bisa menahan hawa nafsu setannya, jadi yah sukurin! Kapokmu kapan!"Kamu dari mana to, Vin? Kok pulang-pulang cengengesan gitu?" tanya Ibu yang menghampiri ke kamar."Ah, Ibu ini mesti kepo deh, hehehe. Aku amat sangat bahagia sekarang, Bu. Karena Allah telah mempermudah jalanku," ucapku sambil memeluk Ibu dari samping."Hemmm...memang ada apaan sih...?""Tau nggak, Bu. Barusan, Mas Bambang dan tetangga depan rumahku, Ria. Di grebek warga, dan di arak keliling kampung!" ujarku bersemangat."Ah jangan bercanda kamu, Vin!" ucap Ibu kaget sambil mengurai pelukanku, dan kini kami jadi duduk berhadap-hadapan."Ih Ibu nggak percayaan sih
Kutengok jam di dinding, saat ini sedang menunjukkan pukul enam pagi, dan Ria datang tadi ke kamar Mas Bambang, sekitar pukul empat pagi. Aku putuskan untuk melihat lagi hasil kamera pengintai itu, dan mengaturnya menjadi waktu saat ini.Ternyata sesuai dugaanku, kedua makhluk berlainan jenis itu, kini masih terlelap dengan kondisi kamar yang berantakan akibat pertempuran mereka tadi subuh. Mereka tidur berpelukan tanpa menggunakan sehelai pakaianpun untuk menutupi tubuh polos mereka.Aku harus bergegas, menuju ke sana, aku akan mengajak para warga untuk menyaksikan pemandangan yang amat menjijikan antara suamiku dan tetangga depan rumahku itu."Vin, kamu mau ke mana? Masih pagi ini, sarapan dulu nanti baru keluar," kata Ibu saat tahu aku sudah siap keluar."Sarapan bisa nanti Bu, ini hal penting sekali, dan harus di selesaikan pagi ini juga, Bu. Doakan agar hasilnya sesuai dengan apa yang kupikirkan ya Bu . Assalaamualaikum.""Iya...pasti! Ya sudah kamu hati-hati loh. Nyetirnya jang