Share

Bab 8. Perjanjian

Aku langsung mengambil surat-surat itu, beserta persyaratan lain yang dibutuhkan, kemudian aku kembali pergi dari rumah. 

Kali ini aku tidak akan meminjam uang di bank atau pegadaian, terlalu ribet syaartanya, aku akan menjaminkan surat-surat ini ke seorang rentenir asal Batak. Kebetulan aku mengenalnya lewat salah seorang temanku yang dulu sering menggadaikan mobilnya di sana.

Sebenarnya aku tahu bahwa bunganya akan sangat besar jika pinjam di sini, namun itu juga nantinya bisa jadi senjata untuk menghancurkan Mas Bambang. 

"Aku hanya bisa meminjami uang senilai tujuh ratus lima puluh juta saja, dan hanya dalam waktu tiga bulan. Setelah tiga bulan uang itu harus kembali menjadi sembilan ratus juta.

Jika lebih dari empat bulan, kamu tak bisa mengembalikan uang itu, maka semua tanah ini akan menjadi milikku."

Wow sebuah perjanjian yang sangat menjerat 'kan? Namun tetap ku terima, yang penting aku dapat uang. Dari pada nanti semua malah di habiskan untuk para gundiknya.

Setelah uang itu masuk ke rekeningku, aku kemudian menuju ke sebuah klinik kecantikan, untuk sejenak relaksasi dan sedikit membenahi penampilanku, sambil mencari tanah atau rumah yang sedang di jual.

Baru saja aku mulai perawatan, sebuah panggilan masuk, ternyata dari Mas Vino.

"Ya Mas, ada apa? Jahat banget sih pulang nggak ngomong-ngomong," kataku membuka percakapan lewat telepon.

"Hahaha niatnya sih mau memberi kejutan, tapi nyatanya malah ketahuan duluan. Eh ni ada mobil baru, punyamu Vin?" tanya Mas Vino.

"Iya lah, biarin di situ dulu Mas. Besok kamu nggak repot kan? Ajarin aku nyetirlah."

"Bukane kamu sudah bisa nyetir?"

"Sudah sih, tapi kan belum lancar. Lagian itu kan mobil baru, harus ekstra hati-hati bawanya, hehehe."

"Oke, deh. Besok tak tunggu ya."

"Siap Bos!"

**************** ****************

Pukul lima sore, semua perawatan yang kujalani usai, kebetulan aku juga telah menemukan dua rumah yang akan kubeli dari uang hasil gadai sertifikat itu.

Karena jaraknya yang tak begitu jauh, maka sekalian juga, aku berangkat ke sana. Dua rumah itu, terletak di sebuah perumahan, kebetulan letaknya berdampingan. Tanpa banyak kata, langsung saja ku beli kedua rumah itu seharga delapan ratus juta rupiah. 

"Rumahnya nanti mau satu sertifikat atau dua, Bu? Mungkin yang satu mau pakai nama suami?" tanya pemilik rumah lama.

"Pakai nama saya keduanya, Pak. Suami saya nggak ada kok, udah mati, hehehe," jawabku kesal.

"Hahaha...baik, Bu. Senang berbisnis dengan Bu Vivin, gerak cepat tanpa banyak bicara. Terima kasih."

Mungkin ini berkah dari si gadis tengil tadi, hingga tak di sangka-sangka, hari ini aku bisa membeli dua unit rumah dan mobil, hehehe.

********************** ************************

Malam ini aku pulang ke rumah dengan perasaan yang amat bahagia. Ah namun aku tak tahu, apakah ini bahagia yang sesungguhnya, atau malah hanya pura-pura bahagia. Meski berusaha kututupi, namun tak bisa kupungkiri aku patah hati. Bagaimana tidak, kehidupan pernikahan yang sudah kami jalin selama lima tahun ini, nyatanya hanya menjadi sia-sia belaka. Mungkin  karena hal ini jugalah, hingga saat ini Allah belum memberikan kami momongan.

Aku justru tak bisa membayangkan, seandainya saat ini kami telah memiliki buah hati, pasti aku dilema dan sulit mengambil kepututusan. Jika aku memiliko seorang anak, maka mungkin aku lebih memilih memaafkan Mas Bambang, karena bagaimana pun anak adalah prioritas utamaku.

Malam ini aku harus memikirkan lagi cara untuk meminta uang lagi pada suamiku, enak saja, aku yang menemanimya dari nol, eh malah kini para perempuan-perempuan itu yang akan menikmatin hasilnya. Tiba-tiba sebuah chat masuk ke handphoneku, dari sebuah nomer tak dikenal sih, tapi kubuka saja, siapa tahu itu penting.

[Halo Mbak Vivin. Gimana kabarnya masih sehat 'kan?"]

Siapa sih, tiba-tiba nanyain kabarku, sok akrab banget.

[Alhamdilillah, kabarku baik banget. Ini siapa ya?]

[Oh iya tadi belum sempat kenalan kan. Aku Feli, yang tadi habis subuh datang ke rumah kamu itu loh! Masak sudah lupa?]

[Oh jadi kamu gadis tengil itu to. Ada apa lagi!?]

[Ih kok gadis tengil sih?! Gadis cantik dong!  Jangan keburu emosi dong, nanti makin jelek loh! Aku mau ngasih kamu beberapa foto yang pastinya akan membuatmu percaya kalau Mas Bambangmu itu adalah buaya darat!]

[Ya sudah ceper kirim, nggak usah banyak cakap!]

Sesaat kemudian, Feli mengirim beberapa foto Mas Bambang yang sedang bermesraan dengan beberapa cewek berbeda, diantaranya ada Feli, dan satu lagi, ada seorang yang sangat ku kenal. Kurang ajar, ternyata selama ini dia juga pernah jadi gundik suamiku!

***kira-kira siapa sih wanita itu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status