Babak Belur Pernikahanku

Babak Belur Pernikahanku

last updateLast Updated : 2025-10-22
By:  Ayri AsterUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
110Chapters
807views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ayra Putri Diandra, putri sulung dari keluarga Diandra, keluarga konglomerat nomer satu di kota Lumia, memutuskan menikah muda dengan Revan Adiguna, kekasih yang hanya 1 tahun menjalani hubungan dengannya. Ternyata kehidupan rumah tangga yang dijalani Ayra tidak semanis janji Revan saat merayunya. Revan ternyata seorang laki-laki pemalas dan kasar yang suka mabuk dan bermain judi online. 10 tahun Ayra selalu menutupi kesalahan suaminya dengan alasan cinta dan bertahan untuk kedua anak mereka. Sampai pada akhirnya Ayra tau bahwa ternyata Revan juga berani bermain api dengan mantan kekasihnya. Ayra memutuskan pergi meski dengan berat hati dia meninggalkan kedua anaknya yang ditahan oleh Revan dan tidak boleh bertemu dengannya.

View More

Chapter 1

Godam Besar

"Sayang, aku kangen. Jadi ketemu kan hari ini?" sebuah pesan dari kontak bernama RD.

Ayra membaca sekali lagi notifikasi pesan di layar ponsel yang masih terkunci milik Revan, suaminya. Tubuhnya menegang, dia tak memegang benda pipih itu, hanya tak sengaja melihat layar yang tiba-tiba menyala karena sebuah notifikasi saat dirinya membersihkan barang-barang yang berserakan.

Layar menggelap bersamaan dengan khawatir yang dirasakan Ayra. Rasa penasaran mulai menyelimuti pikirannya. Tapi dia tidak akan bertanya dengan blak-blakan pada suaminya.

Beberapa detik kemudian, Revan muncul dari balik pintu kamar dengan rambut yang basah. Handuk menyelimuti tubuh bagian bawahnya. Wajahnya terlihat segar khas orang baru selesai mandi. Ayra langsung bersikap biasa saja dan melanjutkan kesibukannya.

Revan mengambil ponselnya dan duduk di tepi ranjang. Dia mulai sibuk mengetik sesuatu di sana. Ayra mengamati ekspresi suaminya dengan seksama, dan dia tahu ada senyum sangat samar disana.

"Mana bajuku? Aku mau keluar, lagi ada urusan," tanya Revan sambil meletakkan ponselnya kembali ke atas ranjang.

"Mau kemana mas? Ada yang nawarin kerja?" tanya Ayra sambil berjalan ke arah lemari mengambil baju yang diminta oleh Revan.

Sudah 3 tahun terakhir Revan memang tidak bekerja setelah PT tempatnya bekerja tutup dengan alasan pailit. Dan selama itu Revan hanya di rumah, bermalas-malasan dan mengandalkan gaji Ayra yang bekerja sebagai accounting officer di sebuah hotel ternama di kota Lumia.

"Bukan. Urusan sama temen lama. Eh, minta uang bensin sama kopi ya." Revan langsung memakai baju yang diberikan oleh Ayra.

"Jangan nongkrong-nongkrong gak jelas mas. Mending nyari info kerjaan."

"Ah berisik. Gak usah kamu suruh aku juga udah nanya sana-sini, tapi ya emang belum nemu aja. Aku juga bosen dirumah terus, kamu kan lagi libur, giliran lah aku yang refreshing, kamu yang jaga rumah sama anak-anak."

"Tapi tiap hari aku pergi keluar juga bukan seneng-seneng mas, aku kerja."

"Trus kenapa? Kamu mau bilang kamu kerja aku enggak? Kamu yang nyari uang sedang aku di rumah aja? Kamu capek aku enggak? Gimana pun aku ini suamimu ya, mau setinggi apapun jabatan sama gaji kamu, kamu tetep harus tunduk sama aku. Paham?" Revan menunjuk tepat di depan muka Ayra.

"Iya, paham, Mas." Ayra tidak mau melanjutkan debat, dia sudah sangat hafal dengan watak suaminya. Lebih baik diam untuk menghindari pertengkaran yang panjang.

Pernah Ayra membantu mencarikan pekerjaan, tetapi Revan menolak dengan alasan tidak cocok dengan bidangnya. Pernah juga Ayra mendaftarkan di sebuah aplikasi ojek online, tapi setelah resmi diterima, Revan hanya mengaktifkan aplikasinya selama 2 hari. Selanjutnya aplikasi itu tidak pernah dipakainya lagi.

"Sudah, aku mau berangkat. Mana uangnya?" Revan benar-benar meminta uang.

"Berapa mas?"

"500 ribu. Cepat!" Revan mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka Ayra dengan tidak sabar.

"Hah? Banyak banget mas." Ayra kaget mendengar jumlah uang yang diminta oleh Revan.

"Ya buat makan, bensin, rokok sama jajan yang lain juga. Namanya juga nongkrong sama temen."

"Gak ada, Mas. Aku cuma megang 200 ribu. Itu juga mau buat belanja keperluan dapur sebentar lagi." Ayra mencoba membuka dompetnya perlahan.

Dengan gesit Revan merebutnya dan mengeluarkan isinya dengan tergesa. Dia mengambil semua uang yang ada di dalamnya tanpa tersisa lalu melemparkan dompet kosong itu ke wajah Ayra.

"Jangan diambil semua, Mas. Mungkin anak-anak juga minta beli sesuatu." Ayra memungut dompet yang sudah terjatuh di lantai sambil mengelus hidungnya yang sedikit nyeri.

"Banyak omong." Revan berlalu meninggalkan kamar dan segera mengambil kunci motor dan helm. Dia langsung keluar dan menggas motornya melesat pergi dari rumah.

Ayra mengambil ponselnya dengan segera lalu membuka sebuah aplikasi yang terhubung dengan ponsel Revan. Dia melacak kemana suaminya pergi. Aplikasi ini sudah lama dia simpan di ponselnya, tapi sangat jarang dipakai.

Sambil terus menghidupkan aplikasi, Ayra mengambil makan untuk kedua anaknya dan menyuapi mereka. Matanya sesekali melirik ke arah ponselnya yang menunjukkan sebuah titik merah yang terus bergerak. Titik itu adalah lokasi akurat dari suaminya saat ini.

Sekitar 15 menit kemudian titik merah itu berhenti bersamaan dengan kegiatan Ayra menyuapi kedua anaknya. Ayra menyipitkan mata membaca area lokasinya. Sebuah komplek perumahan. Dia memperbesar layar menggunakan dua jarinya. Blok L.

-----

Ayra mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia sudah memasuki gerbang perumahan dimana Revan berada. Sambil terus melirik ke arah ponselnya untuk mengikuti titik lokasi suaminya, dia memperhatikan dengan seksama area perumahan yang dilewatinya. Perumahan biasa, tidak tergolong elit menurutnya.

Tadi selesai menyuapi kedua anaknya, Ayra langsung bergegas pergi karena rasa penasaran atas apa yang sedang dilakukan Revan. Dia tidak pernah senekat ini sampai tadi membaca sendiri pesan mencurigakan di ponsel suaminya. Dia harus melihat dan membuktikan sendiri untuk melegakan hatinya. Kedua anaknya diajak serta karena dia tidak punya pilihan mau dititipkan kemana.

Sampailah Ayra di area blok L. Titik lokasi Revan juga semakin dekat. Ayra semakin memelankan laju mobilnya sambil terus menoleh ke kanan kiri mencari keberadaan motor suaminya.

Dan akhirnya dia melihat motor milik Revan sedang terparkir di garasi sebuah rumah berlantai dua dengan cat tembok warna biru muda. Rumah nomor L20. Ayra mencari tempat yang aman untuk memarkirkan mobilnya.

Berjarak 2 rumah setelahnya ada sebuah lapangan bulu tangkis yang sedang kosong. Ayra menepikan mobilnya di sana dan menasehati kedua anaknya untuk menunggu sebentar di dalam mobil.

Ayra segera turun dari mobil dan melangkah cepat ke arah rumah biru muda tersebut. Sesampainya di depan pagar, Ayra memperlambat jalannya. Mengamati rumah tersebut cukup bagus dan besar meski tidak sebesar rumah orang tuanya.

Dia masuk dengan sangat perlahan dan sengaja tidak mengucap salam. Dia terus melangkah masuk hingga ke teras dan melihat alas kaki suaminya di depan pintu. Pintu terbuka setengah dan terdengar sayup-sayup orang sedang mengobrol.

Ayra terus mendekat dan mulai mendengarkan obrolan orang-orang di dalam. Ayra tidak tahu ada berapa orang di ruang tamu rumah tersebut, tapi mendengar suara laki-laki dan perempuan.

"Kita dulu pacaran sampai 7 tahun, aku juga udah pernah hamil sama kamu. Tapi kenapa sih kamu malah nikah sama Ayra itu."

Deg. Ayra siapa yang sedang dibicarakan?

"Keluargaku kan gak ada yang setuju sama hubungan kita. Waktu pacaran sama Ayra, keluargaku langsung suka. Apalagi tau keluarga Ayra itu kaya raya. Dia juga pinter ngambil hati orang tuaku."

Itu suara Revan. Ayra sangat mengenali suara laki-laki yang sudah hidup bersamanya selama 10 tahun itu.

"Jadi dia lebih baik dari aku?"

"Enggak, Sayang. Kamu lebih cantik dan seksi. Meski sudah lama menikah sama Ayra, begitu kamu datang lagi, duniaku langsung beralih ke kamu lagi. Aku langsung ingat kenangan-kenangan kita dulu."

"Kamu kangen sama aku?"

"Kangen dong, Sayang. Buktinya sekarang aku datang nemuin kamu. Ayok ah kita kangen-kangenan. Udah gak sabar aku daritadi lihat badan kamu yang makin seksi ini."

"Sayang, kita udah 4 bulan balikan. Kamu cepat ceraikan saja Ayra itu. Aku capek nunggu. Capek sembunyi-sembunyi kayak gini."

"Iya, Sayang, aku cari alasan dulu buat cerai sama dia. Biar kita bisa sama-sama lagi. Sekarang ayok kita senang-senang dulu."

Deg. Ayra memegangi dadanya yang berdegup kencang. Kepalanya serasa dipukul godam besar. Setelahnya dia mendengar suara jeritan manja dari perempuan itu.

Dia berjalan menjauh dari pintu karena merasa jijik dengan apa yang didengarnya. Sambil tetap memegangi dadanya, Ayra terus mengucap istighfar, berkali-kali menghirup dan menghembuskan nafas dengan cepat. Paru-parunya butuh oksigen lebih banyak agar otaknya bisa berpikir dengan jernih.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Bocil Bocil
MANTAP. LEBIH KEREN LAGI YAA
2025-07-12 19:11:02
1
user avatar
Ayri Aster
Mohon dukungan dan saran agar semakin semangat berkarya
2025-07-12 09:49:17
1
default avatar
Silent
bagus thor.lanjutkan.semoga tidak terlalu panjang dan bertele²
2025-07-12 02:33:07
1
110 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status