Share

Bab 7. Mobil Baru

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2023-07-01 12:53:01

Setelah mandi dan bersiap kini aku akan berangkat keluar, tujuan pertamaku tentulah dealer mobil, namun sepagi ini mana mungkin buka, mungkin dealer baru akan buka pukul sepuluh nanti, jadi ku putuskan pagi ini aku akan ke rumah orang tua ku saja, jaraknya tak jauh sih, hanya satu jam perjalanan saja. 

"Vin, tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini? Bambang nggak ikut?" 

Bapak yang setiap pagi pasti duduk di teras sambil minum teh, menyapaku saat aku mencium punggung tangannya.

"Lagi mau ambil baju, Pak. Mas Bambang seperti biasa  sedang ke luar kota," jawabku kemudian segera masuk ke kamar.

Kebetulan di kamarku ini, ada lemari pribadiku, yang hingga kini kuncinya kubawa. Karena di sini berisi barang-barang yang kuanggap penting, dari sejak aku SD dulu hingga kini berusia dua puluh tujuh tahun. Segera ku taruh surat penting dan perhiasanku di sini dan kembali menguncinya.

Aku memang tak jadi menitipkan barang berhargaku ini di pegadaian, karena ku rasa lebih aman di sini.

"Ibu di mana, Pak? Kok nggak ada?"

"Ibu mu sedang ke pasar, tadi berangkat sama Vino," jawab Bapak.

"Loh, Mas Vino pulang?"

"Iya, kemarin malam dia baru sampai."

"Kok nggak bilang-bilang sih?" ucapku merajuk.

"Memang Vino itu sebenarnya mau ngasih kejutan ke kamu katanya."

Mas Vino adalah kakak angkatku, dia berusia tiga tahun diatasku, sama dengan Mas Bambang. Saat ini dia belum menikah, dan bekerja di sebuah perusahaan asing di Papua. Sudah sekitar dua tahun ini dia tak pulang, tentu aku kangen sekali dengannya.

"Ya sudah, Pak. Vivin pulang dulu ya."

"Loh kamu nggak nunggu ibumu dan Vino?"

"Nggak ah, besok saja aku ke sini lagi."

Aku pun segera melajukan motorku menuju dealer, bairlah besok saja aku ketemu dengan Mas Vino, karena hari ini ada sesuatu yang lebih penting.

Aku memilih menuju ke dealer mobil dengan logo huruf H, dan tentu saja pilihanku jatuh pada si cantik Jazzy.

"Aku mau beli yang ini, Mbak. Cash. Berapa harganya?" tanyaku pada seorang SPG di dealer itu.

"Mau yang ini? Yakin mau cash?" jawabnya dengan raut wajah jutek.

Aku tahu dia pasti meremehkanku, karena penampilanku yang amat sederana, atau yang di sebut gadis tengil itu  seperti pembantu.

"Iya, katakan saja berapa harganya? Dan akan segera ku transfer uangnya!"

"Ini harganya 298.500.000 loh!" 

"Oh, cuman segitu ya. Ya sudah aku minta nomer rekeningnya, biar di transfer suamiku," jawabku tenang.

Kemudian dia pun mengajakku duduk di sofa dan memberikan nomer  rekeningnya. Segera ku kirim chat pada Mas Bambang.

[Mas, ini mobilnya seharga tiga ratus juta rupiah. Cepet kamu kirim uangnya, habis ini ku kirim nomor rekeningnya.]

Tak sampai lima menit chat balasan dari suamiku itu pun kuterima bersama dengan bukti transfer sukses uang untuk beli mobil itu.

[Sudah ya Dek. Semoga kamu suka dengan mobil pilihanmu itu. Jangan lupa kursus mengemudi mobil lagi, kan kamu kurang lancar menyetirnya.]

[Siap, Mas. Terima kasih banyak ya.]

[Sama-sama, apa sih yang nggak buat kamu. Oh iya, aku mau ngabarin, mungkin aku akan di sini lebih lama, sekitar sepuluh hari atau lebih. Nggak apa-apa kan?]

[Nggak apa-apa lah, Mas. Yang penting kamu tetap jaga kesehatan ya.]

[Terima kasih ya, Dek. Kalau butuh uang lagi, jangan lupa langsung chat ya.]

Semakin lama kamu tak di rumah, itu akan lebih baik Mas. Saat nanti aku sudah menguras semuanya, barulah kamu bisa pulang.

"Uangnya sudah masuk, Bu. Ini nanti mobilnya mau di setir sendiri atau di antar?" ucap SPG itu. 

"Di kirim aja Mbak, nanti kuberi alamat ya," jawabku.

Mobil ini nanti akan ku taruh di rumah orang tuaku, karena memang aku belum berani menyetirnya sendiri. Lalu aku akan minta di ajari lagi oleh Mas Vino, lumayan kan les nyetir gratis.

Setelah memberikan alamat dan mengurus administrasi aku pun pergi dari dealer itu. Tujuanku kini adalah kembali pulang ke rumah. Sejak Mas Bambang tadi bilang bahwa dia akan di luar kota lebih lama lagi, aku jadi punya ide baru lagi. 

Aku akan menggadaikan sertifikat rumah dan semua tanah atas nama Mas Bambang, lalu aku membeli sebuah rumah atas namaku sendiri. Dari pada harus membalik namakan sertifikat itu, pasti akan makan waktu dan juga ribet, mending cari praktisnya aja deh.

Lagian aku juga sudah malas banget tinggal di kompleks ini dengan tetangga-tetangga yang toxic itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 31. Ending (Takdir Yang Tak Terduga)

    Ending - Takdir Yang Tidak TerdugaEnding - Takdir Yang Tidak Terduga*Terima kasih sudah membaca, meski sedikit, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Mohon maaf jika ada salah kata, atau mungkin tak berkenan di hati teman-temab semuanya.Setelah melihat foto kiriman Bella yang menunjukkan Mas Bambang sedang sakit, aku langsung mencobaa meneelponnya, karena sepertinya saat ini suamiku itu sedang kritis, banyak selang di tancapakan pada tubuhnya. Satu kali panggilanku langsung diangkat oleh Bella, itu berarti dia saat ini pun sedang terjaga, mungkin sedang menunggui Mas Bambang. "Assalamualaikum, Bel. Mas Bambang kenapa? Maaf dari sore memang handphoneku mati, dan ini baru saja kunyalakan," ucapku cemas saat membuka percakapan melalui sambungan telepon ini."Waalaikumsalam Mbak. Mas Bambang saat ini sedang kritis Mbak. Tadi dia tadi sempat siuman dan memanggil nama kamu Mbak, kemudian kembali tak sadarkan diri," jawab Bella dengan suara parau mungkin habis memangis."

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 30. Mas Bambang Sakit

    Setelah menyelesaikan drama tidak jelas antara Feli dan Jonas tadi, aku pun langsung tancap gas pulang ke rumah, kebetulan waktu juga sudah pukul enam sore. Handphonekun yang dari tadi tertinggal di mobil ternyata habis baterainya, dan langsung kumasukkan ke dalam tas."Dari mana saja sih kamu itu, Vin? Seharian kok di rumah bentaran saja lalu pergi lagi, nggak capek kamu? Sudah sana pasti belum salat kan? Keburu waktunya habis!" Omel Ibu saat aku tiba di rumah."Ini tadi main ke supermarket sebentar, Bu. Eh ketemu teman, jadi tadi ngobrol bentar gitu Bu. Ini ada sedikit belanjaan buat Ibu. Aku salat dulu, ya," ucapku sambil berkedip pada Ibu."Ya sudah cepetan sana! Sudah besar kok masih kayak anak kecil kamu itu Vin. Setelah salat ngobrol sama Ibu dan Bapak di teras ya..." ucap Ibu yang hanya kujawab dengan anggukan.Aku pun kemudian masuk ke kamar, dan melaksanakan salat magrib, setelahnya aku langsung keluar untuk bercengkrama bersama orang tuaku di luar. Biasanya memang selepas

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 29. Kau Aman

    "Bu Vivin silahkan masuk!" ujar seorang perawat memanggil namaku.Aku segera masuk lagi ke ruangan dokter, tentunya dengan hati yang berdebar, menunggu hasil test tersebut. Kulupakan sejenak masalah Mas Bambang yang sempat kulihat di kamera pengintai itu. Karena sangat penting juga bagiku, untuk mengetahui apakah aku tehindar dari penyakit menular seks, karena Mas Bambang sudah sangat sering bergonta-ganti pasangan tanpa sepengetahuanku.Aku juga sempat berpikiran macam-macam dengan penyakit yang diderita oleh suamiku itu, adalah salah satu PMS yang dia dapat dari salah satu wanita yang pernah menjadi pasangan selingkuhannya."Alhamdulillah Bu Vivin, dari hasil tes pemeriksaan tadi, tak ada penyakit menular seksual yang berbahaya pada Ibu. Hanya Vaginosis Bacterial saja," ucap Bu dokter cantik itu sambil tersenyum."Alhamduliah. Eh maaf itu penyakit apaan ya Dok?" tanyaku polos."Vaginosis Bakterial adalah penyakit yang menyerang area kewanitaan, adalah suatu gejala klinis akibat p

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 28. Sakit Apa?

    [Justru yang telat tahunya itu kamu, Fel. Karena yang memberitahukan pada warga saat mereka berdua berzina, itu aku. Gimana, yakin masih ingin menikah dengan suamiku itu?][Bingung sih, aku Mbak. Bisa nggak sih Mas Bambang itu suatu saat nanti berubah? Atau bakal seperti itu terus sampai menua dan mati?][Wah, aku nggak tahu tentang hal itu, Fel. Itu 'kan rahasia Allah. Kalau kamu emang sudah mantap ya sudah jalanin saja, eh tapi jangan-jangan dia dinikahkan sama Ria oleh warga? Apa kamu nggak ingin cari tahu tentang hal itu? Masak iya kamu kalah sama janda jablay macam Ria itu?]Aku kini menggoda Feli, bisanya jika terpantik ucapan seperti itu, dia pasti langsung melakukan hal yang sedikit diluar kontrol, dan itu juga lucu untukku.[Waduh bisa jadi tuh, Mbak. Kenaoa aku nggak kepikiran kayak gitu ya?! Ya sudah deh kalau begitu aku mau balik ke kompleksmu sekarang juga, dah Mbak Vivin!][Yoi, hati-hati ya. Rebut Mas Bambang dari wanita mana pun yang mendekatinya, singkirkan sebelum di

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 27. Sedikit Bimbang di Hati

    Aku akhirnya sampai lagi di rumah dengan perasaan bahagia sekali. Entahlah, apakah aku ini termasuk wanita yang jahat, karena telah berbahagia atas kesedihan yang menimpa suami dan tetanggaku itu? Ah terserahlah mau di bilang apa, yang penting aku bahagia dan puas. Sesungguhnya ini bukan menjadi rencanaku, tapi mereka sendirilah yang membuat ulah, dan tak bisa menahan hawa nafsu setannya, jadi yah sukurin! Kapokmu kapan!"Kamu dari mana to, Vin? Kok pulang-pulang cengengesan gitu?" tanya Ibu yang menghampiri ke kamar."Ah, Ibu ini mesti kepo deh, hehehe. Aku amat sangat bahagia sekarang, Bu. Karena Allah telah mempermudah jalanku," ucapku sambil memeluk Ibu dari samping."Hemmm...memang ada apaan sih...?""Tau nggak, Bu. Barusan, Mas Bambang dan tetangga depan rumahku, Ria. Di grebek warga, dan di arak keliling kampung!" ujarku bersemangat."Ah jangan bercanda kamu, Vin!" ucap Ibu kaget sambil mengurai pelukanku, dan kini kami jadi duduk berhadap-hadapan."Ih Ibu nggak percayaan sih

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 26. Penggerebekan

    Kutengok jam di dinding, saat ini sedang menunjukkan pukul enam pagi, dan Ria datang tadi ke kamar Mas Bambang, sekitar pukul empat pagi. Aku putuskan untuk melihat lagi hasil kamera pengintai itu, dan mengaturnya menjadi waktu saat ini.Ternyata sesuai dugaanku, kedua makhluk berlainan jenis itu, kini masih terlelap dengan kondisi kamar yang berantakan akibat pertempuran mereka tadi subuh. Mereka tidur berpelukan tanpa menggunakan sehelai pakaianpun untuk menutupi tubuh polos mereka.Aku harus bergegas, menuju ke sana, aku akan mengajak para warga untuk menyaksikan pemandangan yang amat menjijikan antara suamiku dan tetangga depan rumahku itu."Vin, kamu mau ke mana? Masih pagi ini, sarapan dulu nanti baru keluar," kata Ibu saat tahu aku sudah siap keluar."Sarapan bisa nanti Bu, ini hal penting sekali, dan harus di selesaikan pagi ini juga, Bu. Doakan agar hasilnya sesuai dengan apa yang kupikirkan ya Bu . Assalaamualaikum.""Iya...pasti! Ya sudah kamu hati-hati loh. Nyetirnya jang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status