Share

Bab 9. Gugatan Cerai

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2023-07-10 15:04:11

Dari salah satu foto yang di kirim oleh Feli, ternyata ada foto Mas Bambang yang sedang bermesran dengan Ria. Ternyata selama ini mereka bersandiwara di belakangku, dan hal itu mereka lakukan dengan sangat baik, hingga aku tak dapat mengendusnya.

[Dari mana kamu mendapatkan foto-foto ini? Dan sebenarnya siapa kamu?!]

[Foto itu, ku dapat dari galery handohone Mas Bambang. Aku adalah salah satu korban suamimu, sebenarnya bukan korban sih, tapi sama-sama butuh. Dia butuh kehangatan dan aku butuh uang. Sayangnya, dia itu tak bisa setia dengan satu wanita saja, dan itu tak bisa kuterima. Jujur saat ini aku sedang hamil anaknya, mangkanya aku terus-terusan mengejarnya. Meski dia playboy, namun aku tak mau anak di perutku ini lahir tanpa bapak.]

Astaghfirullahaladzim, berita baru apa lagi ini!? Ternyata sampai segitunya dia luaran, bahkan ada yang sampai hamil. Kalau aku tetap jadi istrinya, bisa-bisa aku kena penyakit kelamin karena hobinya yang  suka bergonta-ganti pasangan.

Besok aku harus mengajukan cerai padanya, tak mau aku berlama-lama dengan laki-laki itu, aku akan memakai jasa pengacara untuk memuluskan semua ini. 

[Mbak, kamu kok nggak balas chat ku sih? Jangan jadi bucin banget dong, aku ini nggak bohong. Suamimu itu pria nggak bener, sudah sono lepasin, biar nanti aku yang pungut. Masak kamu nggak kasihan sih dengan bayi di perutku ini?]

Ya ampun, meskipun tau kelakuan Mas Bambang seperti itu, ternyata  masih ada juga perempuan yang mengejarnya. Memang cocok sih, sama-sama sampah! Tapi untuk saat ini, aku akan pura-pura jadi bucin. Takutnya malah nanti dia jadi informan untuk Mas Bambang, bisa berabe dong nanti, hehehe.

[Suka-suka aku dong, ngapain kamu ikut campur urusanku! Udah ah, males ngladeni kamu, mending aku tidur. Met malem Feli.]

Segera ku taruh nakas handphoneku itu. Kali ini, aku harus mempersiapkan berkas yang besok akan kubawa ke pengadilan agama, di tambah dengan foto yang tadi dikirim Feli dan hasil rekaman video call kemarin, kurasa sudah cukup untuk mengajukan gugatan cerai.

********************** *********************

Pagi ini sebelum menuju ke pengadilan kusempatkan menelepon pengacara langganananku.  Sebuah ide kembali melintas di benakku. Segera ku telepon Mas Bambang, empat kali panggilanku diabaikan, aku yakin saat ini dia tengah kelelahan karena permainan haram dengan selingkuhannya itu, ini percobaan terakhirku, jika tak berhasil juga, maka biarlah akan kutelepon nanti malam saja. Namun teryata panggilanku kali ini langsung di jawabnya.

"Assalamualaikum, Dek. Maaf tadi aku lagi jalan-jalan di luar, dan handphonenya ketinggalan di kamar. Ada apa?"

Dengan suara sedikit serak, Mas Bambang membuka panggilan lewat udara ini.

"Waalaikumsalam..oh lagi jalan-jalan ya! Sama si? Semalam aku mimpi buruk loh, kamu selingkuh sama wanita lain!" 

Tentu saja kali ini aku sambil pura-pura merajuk. 

"Ya ampun, Dek. Mangkanya jangan suka pikiran macam-macam kalau mau bobok, jadinya mimpi buruk kan?"

"Iya juga sih. Tapi karena mimpi itu, aku sekarang jadi curiga ke kamu Mas, jangan-jangan kamu di sana memang sedang sama wanita lain! Sebel deh!"

"Ampun deh, kalau kamu kayak gitu aku jadi kepikiran terus nih, kerja nggak enak. Kira-kira kamu pingin apa sih, Dek? Agar bisa naikin moood kamu, dan nggak uring-uringan terus?"

Lah dapat kan akhirnya, ini yang kumau, jika aku pura-pura ngambek dan sedikit nyrempet masalah wanita lain, ujung-ujungnya pasti dia beliin apapun yang kumau.

"Aku pingim beli motor baru, yang lebih mahal dari punya si Ria. Dan kalau sekarang kamu beliin itu, janji deh aku nggak bakal mikir macem-macem Mas."

"Janji ya nggak bakal mikir macem-macem lagi?"

"Iya deh, janji!"

"Oke, apa sih yang nggak buatmu, Dek. Kamu mau minta motor apa? Atau gini saja kamu minta uang berapa?"

"Aku mau beli motor matic yang buatan Italia itu loh, yang warna silver. Harganya sekitar lima puluh jutaan deh, Mas."

"Oke, bentar lagi aku transfer ya. Ingat jangan mikir aneh-aneh lagi loh."

"Iya-iya. Ya sudah buruan di transfer, aku sudah nggak sabar nih ingin naik motor baru." 

Tanpa menunggu jawabannya, panggilan suara itu pun segera kuakhiri, tak sampai sepuluh menit, sudah ada notifikasi uang masuk sejumlah yang kumau tadi.

Langsung aku menuju ke pengadilan agama, dan di sana pun sudah ada Pak Farhan, pengacara yang kusewa untuk mempermulus perceraianku ini. Sekitar satu jam, permohonan ceraiku pun dikabulkan, tinggal menunggu panggilan sidang pertama saja. Dan ini tentu akan menjadi kejutan bagimu saat kembali pulang nanti, Mas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 31. Ending (Takdir Yang Tak Terduga)

    Ending - Takdir Yang Tidak TerdugaEnding - Takdir Yang Tidak Terduga*Terima kasih sudah membaca, meski sedikit, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Mohon maaf jika ada salah kata, atau mungkin tak berkenan di hati teman-temab semuanya.Setelah melihat foto kiriman Bella yang menunjukkan Mas Bambang sedang sakit, aku langsung mencobaa meneelponnya, karena sepertinya saat ini suamiku itu sedang kritis, banyak selang di tancapakan pada tubuhnya. Satu kali panggilanku langsung diangkat oleh Bella, itu berarti dia saat ini pun sedang terjaga, mungkin sedang menunggui Mas Bambang. "Assalamualaikum, Bel. Mas Bambang kenapa? Maaf dari sore memang handphoneku mati, dan ini baru saja kunyalakan," ucapku cemas saat membuka percakapan melalui sambungan telepon ini."Waalaikumsalam Mbak. Mas Bambang saat ini sedang kritis Mbak. Tadi dia tadi sempat siuman dan memanggil nama kamu Mbak, kemudian kembali tak sadarkan diri," jawab Bella dengan suara parau mungkin habis memangis."

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 30. Mas Bambang Sakit

    Setelah menyelesaikan drama tidak jelas antara Feli dan Jonas tadi, aku pun langsung tancap gas pulang ke rumah, kebetulan waktu juga sudah pukul enam sore. Handphonekun yang dari tadi tertinggal di mobil ternyata habis baterainya, dan langsung kumasukkan ke dalam tas."Dari mana saja sih kamu itu, Vin? Seharian kok di rumah bentaran saja lalu pergi lagi, nggak capek kamu? Sudah sana pasti belum salat kan? Keburu waktunya habis!" Omel Ibu saat aku tiba di rumah."Ini tadi main ke supermarket sebentar, Bu. Eh ketemu teman, jadi tadi ngobrol bentar gitu Bu. Ini ada sedikit belanjaan buat Ibu. Aku salat dulu, ya," ucapku sambil berkedip pada Ibu."Ya sudah cepetan sana! Sudah besar kok masih kayak anak kecil kamu itu Vin. Setelah salat ngobrol sama Ibu dan Bapak di teras ya..." ucap Ibu yang hanya kujawab dengan anggukan.Aku pun kemudian masuk ke kamar, dan melaksanakan salat magrib, setelahnya aku langsung keluar untuk bercengkrama bersama orang tuaku di luar. Biasanya memang selepas

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 29. Kau Aman

    "Bu Vivin silahkan masuk!" ujar seorang perawat memanggil namaku.Aku segera masuk lagi ke ruangan dokter, tentunya dengan hati yang berdebar, menunggu hasil test tersebut. Kulupakan sejenak masalah Mas Bambang yang sempat kulihat di kamera pengintai itu. Karena sangat penting juga bagiku, untuk mengetahui apakah aku tehindar dari penyakit menular seks, karena Mas Bambang sudah sangat sering bergonta-ganti pasangan tanpa sepengetahuanku.Aku juga sempat berpikiran macam-macam dengan penyakit yang diderita oleh suamiku itu, adalah salah satu PMS yang dia dapat dari salah satu wanita yang pernah menjadi pasangan selingkuhannya."Alhamdulillah Bu Vivin, dari hasil tes pemeriksaan tadi, tak ada penyakit menular seksual yang berbahaya pada Ibu. Hanya Vaginosis Bacterial saja," ucap Bu dokter cantik itu sambil tersenyum."Alhamduliah. Eh maaf itu penyakit apaan ya Dok?" tanyaku polos."Vaginosis Bakterial adalah penyakit yang menyerang area kewanitaan, adalah suatu gejala klinis akibat p

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 28. Sakit Apa?

    [Justru yang telat tahunya itu kamu, Fel. Karena yang memberitahukan pada warga saat mereka berdua berzina, itu aku. Gimana, yakin masih ingin menikah dengan suamiku itu?][Bingung sih, aku Mbak. Bisa nggak sih Mas Bambang itu suatu saat nanti berubah? Atau bakal seperti itu terus sampai menua dan mati?][Wah, aku nggak tahu tentang hal itu, Fel. Itu 'kan rahasia Allah. Kalau kamu emang sudah mantap ya sudah jalanin saja, eh tapi jangan-jangan dia dinikahkan sama Ria oleh warga? Apa kamu nggak ingin cari tahu tentang hal itu? Masak iya kamu kalah sama janda jablay macam Ria itu?]Aku kini menggoda Feli, bisanya jika terpantik ucapan seperti itu, dia pasti langsung melakukan hal yang sedikit diluar kontrol, dan itu juga lucu untukku.[Waduh bisa jadi tuh, Mbak. Kenaoa aku nggak kepikiran kayak gitu ya?! Ya sudah deh kalau begitu aku mau balik ke kompleksmu sekarang juga, dah Mbak Vivin!][Yoi, hati-hati ya. Rebut Mas Bambang dari wanita mana pun yang mendekatinya, singkirkan sebelum di

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 27. Sedikit Bimbang di Hati

    Aku akhirnya sampai lagi di rumah dengan perasaan bahagia sekali. Entahlah, apakah aku ini termasuk wanita yang jahat, karena telah berbahagia atas kesedihan yang menimpa suami dan tetanggaku itu? Ah terserahlah mau di bilang apa, yang penting aku bahagia dan puas. Sesungguhnya ini bukan menjadi rencanaku, tapi mereka sendirilah yang membuat ulah, dan tak bisa menahan hawa nafsu setannya, jadi yah sukurin! Kapokmu kapan!"Kamu dari mana to, Vin? Kok pulang-pulang cengengesan gitu?" tanya Ibu yang menghampiri ke kamar."Ah, Ibu ini mesti kepo deh, hehehe. Aku amat sangat bahagia sekarang, Bu. Karena Allah telah mempermudah jalanku," ucapku sambil memeluk Ibu dari samping."Hemmm...memang ada apaan sih...?""Tau nggak, Bu. Barusan, Mas Bambang dan tetangga depan rumahku, Ria. Di grebek warga, dan di arak keliling kampung!" ujarku bersemangat."Ah jangan bercanda kamu, Vin!" ucap Ibu kaget sambil mengurai pelukanku, dan kini kami jadi duduk berhadap-hadapan."Ih Ibu nggak percayaan sih

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 26. Penggerebekan

    Kutengok jam di dinding, saat ini sedang menunjukkan pukul enam pagi, dan Ria datang tadi ke kamar Mas Bambang, sekitar pukul empat pagi. Aku putuskan untuk melihat lagi hasil kamera pengintai itu, dan mengaturnya menjadi waktu saat ini.Ternyata sesuai dugaanku, kedua makhluk berlainan jenis itu, kini masih terlelap dengan kondisi kamar yang berantakan akibat pertempuran mereka tadi subuh. Mereka tidur berpelukan tanpa menggunakan sehelai pakaianpun untuk menutupi tubuh polos mereka.Aku harus bergegas, menuju ke sana, aku akan mengajak para warga untuk menyaksikan pemandangan yang amat menjijikan antara suamiku dan tetangga depan rumahku itu."Vin, kamu mau ke mana? Masih pagi ini, sarapan dulu nanti baru keluar," kata Ibu saat tahu aku sudah siap keluar."Sarapan bisa nanti Bu, ini hal penting sekali, dan harus di selesaikan pagi ini juga, Bu. Doakan agar hasilnya sesuai dengan apa yang kupikirkan ya Bu . Assalaamualaikum.""Iya...pasti! Ya sudah kamu hati-hati loh. Nyetirnya jang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status