Beranda / Lainnya / Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko / Bab 2 : Penemuan Racun Di Gudang

Share

Bab 2 : Penemuan Racun Di Gudang

Penulis: Ahmalia T
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 11:18:32

Adapun masing-masing dari pasangan tersebut tidak memiliki anak.

Nurah memiliki paras yang cantik namun Sasmita yang meski telah kepala empat pun termasuk menawan dan awet muda...

Malik berhenti membaca dan menggulir layar untuk mencari tahu apakah tertulis kronologi kejadian. Tapi tak ada tulisan rincian yang mendetail.

Polisi masih belum mengeluarkan pernyataan dan kenyataannya semua berita bersumber dari portal lokal.

Kejadiannya sudah lewat tiga hari dan kemungkinan banjir sudah mulai surut. Pemeriksaan polisi terhadap saksi baru dimulai kemarin. Mayatnya tidak diautopsi lantaran pemeriksaan terhadap sisa bandrek di dalam tumbler telah keluar.

Ada kandungan racun potasium sianida di dalamnya dengan jumlah hampir satu gram. Namun pihak berwajib belum mengeluarkan pengumuman apakah ini merupakan kasus pembunuhan.

Malik mencari-cari lagi nama-nama terkait di laman mesin pencari. Dua gambar korban semasa hidup ditampilkan pun juga gambar masing-masing istri mereka.

Hanya terdiri dari satu foto untuk masing-masing istri dan itu pun dengan sudut seolah si objek foto menolak untuk diambil gambarnya.

Deskripsi tentang penampilan fisik kedua perempuan itu kelihatannya benar. Yang akan dihadapi Malik dan Ilbi jika jadi merisik kasus ini adalah dua perempuan berpenampilan menarik.

Lewat jam sebelas malam Ilbi menelepon Malik.

“Besok jam 08.00 kita berangkat. Pak Hito menghubungiku lagi untuk memberi perlindungan terhadap Nurah, karena saat rumah Adil digeledah mereka menemukan racun potas di gudang belakang rumah. Aku akan ke rumahmu kurang dari jam itu.”

“Baiklah,” jawab Malik singkat lalu Ilbi menutup telepon.

Jam tujuh pas Ilbi tiba di rumah Malik. Ilbi memberi salam dan berbincang sedikit dengan ibunda Malik, Adah.

Sambil turun dari loteng samar-samar Malik mendengar Adah menanyakan apakah Ilbi punya kerabat perempuan untuk dikenalkan padanya.

Malik sendiri telah siap berangkat. Ia memakai jaket parasut dengan dalaman kemeja lengan pendek.

Ilbi telah duduk di ruang tamu dengan basa-basi Adah yang membujuk agar Ilbi mau dihidangkan teh meski Ilbi telah menekankan bahwa ia telah minum di rumah sebelum berangkat kemari.

Begitu menyadari putranya mendekat, Adah langsung berujar, dengan nada yang dilebih-lebihkan sambil menatap Ilbi.

“Aduh, enaknya kalau sudah punya istri, ada yang menyediakan dan menyeduh teh di pagi hari.”

Ilbi tersenyum simpul. “Sebenarnya saya lebih sering memasak sarapan, juga cukup sering membeli nasi lemak ataupun lontong sayur di depan rumah. Untuk menyeduh teh pun saya lebih sering melakukannya,” ujar Ilbi yakin tak yakin dengan alasan mengapa ia harus menjelaskan detail rutinitas paginya.

Adah nampak tak menyerah melontarkan sindiran halus. “Kau tentu melakukannya, karena istrimu harus banyak istirahat dalam periode menyusui.”

Ilbi yang masih dengan senyum tersungging menggeleng. “Tidak juga, istri saya memang bukan tipe yang rajin memasak.”

“Oh, begitu.” Adah jadi tak punya amunisi untuk betul-betul mengarahkan sindiran terarah pada Malik.

Mendengar jawaban Ilbi, memberi wejangan pada Malik untuk mencari istri agar bisa disiapkan sarapan menjadi tidak relevan untuk disampaikan.

Malik lekas mengalihkan pandangan dan berkata kepada Ilbi bahwa ia sudah siap berangkat. Namun Ilbi berujar ada hal yang ingin didiskusikannya dulu.

Adah pun berlalu ke belakang dan tak mendebat lagi tamunya mau dihidangkan teh atau apa pun.

“Mamakku mulai sering merepotkan kapan aku menikah,” ujarnya seraya duduk. "Apa lagi saat tahu kau sudah dikaruniai anak."

“Aku sudah bilang tak perlu kuatir karena anak lelakinya pria yang memesona dan berkarisma.” Mereka berdua tergelak.

“Ngomong- ngomong bagaimana urusan dengan Nurah, istri dari almarhum Adil? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Malik.

“Kesaksiannya masih didalami dan polisi tidak sampai menahannya. Pagi ini dia juga akan memberi keterangan berikut beberapa keterangan saksi lain yang berada di posko malam itu. Termasuk juga Sasmita.

"Sebelumnya kau harus tahu bahwa Pak Hito merupakan kuasa hukum dari Adil Pras. Adil Pras adalah klien di kantor notarisnya tempat surat wasiat milik Adil disimpan. Pria itu jadi lebih memperketat segala urusan mengenai hartanya sejak Sasmita mendapat harta gono-gini.

"Karena kejadian ini Pak Hito menunda pembacaan surat wasiat dari mendiang sebelum apa yang terjadi kepada kliennya benar-benar terang, apalagi ada indikasi perbuatan kriminal.”

Malik mengangguk paham. "Pantas saja kau langsung membahas kasus ini kemarin. Ku kira kau akan mengurusnya karena keinginanmu."

Ilbi hanya mengiyakan dengan singkat.

Malik lanjut bertanya, "Kau punya informasi mengenai kronologi kejadian saat itu?”

“Belum. Tapi satu petugas resepsionis Polsek yang merupakan sepupu jauhku memberi informasi bahwa tumbler milik Saba yang mengandung bandrek beracun tersebut terdapat tiga jenis sidik jari milik si korban sendiri yaitu Saba, Nurah, dan juga Sasmita.”

“Wah, menarik sekali. Aku ingin tahu, apakah Pak Hito yang menjadi penasihat hukum saat Adil menceraikan Sasmita?”

“Tidak. Orang lain. Baru setelah resmi bercerai dia bertemu Pak Hito. Oh iya, almarhum Adil juga langsung mengurus dan mencatatkan perkawinannya dengan Nurah setelah perceraiannya. Nurahlah yang rencananya kita dampingi melalui lembaga TIAM.”

Malik terdiam sejenak. Ia tak bertanya lebih jauh karena kronologi kejadian pun masih belum diketahui Ilbi. Alih-alih dia bertanya, “Seandainya Adil bukan klien Pak Hito apakah kita akan melibatkan diri dengan kasus ini?”

“Kemungkinan iya. Ini kasus serius yang terjadi di jangkauan kita. Sebagai tambahan, meski dikatakan akan memberi bantuan hukum memadai pada Nurah, namun bukan berarti langsung memutuskan melindungi dan memberi pembelaan baginya.

"Akan beda urusannga jika kuat indikasi dia menjadi tersangka. Jangan khawatir. Lembaga ini memang independen tapi dijamin negara asal dalam koridor yang tidak mengganggu kemaslahatan.

"Bahkan Komnas Ham pun mengakui kredibilitas lembaga lokal ini,” terang Ilbi dengan semangat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 54 : Adian

    Kemudian saat mereka memarkirkan motor masing-masing di halaman, tampaklah sebuah mobil suv melaju memasuki halaman seberang. Haida keluar dari kursi penumpang dan memasuki rumah. Tak berapa lama kemudian Adian juga muncul dan melihat-lihat ke arah mereka. Pandangannya tertumbuk pada mereka berdua. Sersan Feri melambaikan tangan dibalas juga dengan gerakan yang sama oleh Adian.“Mari kita ke sana sebentar,” ajaknya. Malik serta merta mengikuti langkah Sersan Feri menyeberang.“Anda dari mana Pak Adian?”“Saya dan Ibu baru saja menjenguk Nizam dan Sasmita. Sebenarnya Ibu berencana untuk ikut mendampingi mereka berdua sampai besok. Tapi kondisi kesehatannya sendiri tidak terlalu baik. Jadi beliau minta dijemput saja.” Adian lalu melirik Sersan Feri dan Malik bergantian. Tatapannya memancarkan keheranan melihat mereka berdua layaknya rekan kerja yang berdampingan.“Sebenarnya kami juga akan segera mengirim seorang petugas untuk berjaga di sana. Tapi, apakah tidak apa-apa tidak ada yang

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 53 : Selesai Dari Warung Nurah

    Sasmita tak tahu harus berkata apa. Meski ia menutup tirai di sebelah kiri harusnya omelan Haida bisa tercuri dengar pasien sebelahnya. “Maaf karena merepotkan kalian. Aku sungguh menyesal karena kecerobohanku.”Haida tak menanggapinya. Kerutan mukanya bertambah-bertambah. Diyuntaskannya sendokan terakhir ke mulut Nizam. Nizam hanya sanggup menghabiskan separuh nasinya dan Haida memilih tak memaksa Nizam menghabiskan makanannya.“Kalau begitu cepatlah makan. Kau harus segera pulih,” katanya menoleh pada Sasmita.Sasmita menurut dan membuka paket makan siangnya. Ia teringat kunjungan Sersan Feri dan Malik sebelum Haida tiba.“Kira-kira jam 10.00 tadi kami dikunjungi seorang petugas dan satu dari tim pengacara Nurah. Apakah mereka juga mendatangi Ibu?”“Tidak tahu. Seingatku yang terus datang dan menanyai adalah para wartawan. Sebenarnya aku tak keberatan jika satu atau dua wartawan yang menanyai. Tapi mereka membentuk kerumunan dan berkeliaran. "Sesekali mereka mengungkapkan simpati

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 52 : Ocehan Haida

    Adil melihat kesempatan atas kebangkrutan ayah Nurah sebagai peluang untuk mendapatkan si anak gadis? Sasmita merana karena kebutaan dan kebodohannya. Jika ia bisa curiga lebih awal, bisakah hubungan Adil dan Nurah tidak berlanjut? Ia tahu ia bisa menjadi tegas dan bertekad bulat tanpa berpikir tentang risiko. Ia tahu potensi dirinya. Tapi segalanya terlalu mengagetkan. Waktu itu Sasmita memilih menjauh sementara dan mengabaikan toko. Selang seminggu kepergian Sasmita, bukannya menyadari kekhilafan, Adil malah tampak tak terganggu akan sikap berontak istri sahnya. Yang ada Adil benar-benar menikahi Nurah secara siri dan memboyong Nurah ke rumah utama. Dan informasi ini lagi-lagi didapat dari salah satu petani langganan pupuk saat Sasmita kembali lagi membuka toko. Saat itu hanya Nizam seorang yang menguatkannya. Demi menghargai ibunya, ia bahkan juga tak menginjakkan kaki pada beberapa hari jadwal liburnya semenjak Nurah menjadi penghuni rumah. Namun Sasmita tak ingin sang anak i

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 51 : Masa Lalu

    Jika diingat lagi masa bagaimana ia dan Adil berjuang setelah Nizam lahir dan mertua lelakinya meninggal, Sasmita diam-diam kagum pada diri sendiri, atas kemampuannya turut menaikkan taraf hidup perekonomian mereka. Usaha pupuk yang laris, lalu mulai membuka pabrik pengepulan sawit, juga berhasil membeli beberapa petak tanah. Pada masa itu Sasmita hanya suka bekerja keras dan berbisnis. Ia sebenarnya tak terlalu mengharapkan lebih dan selalu memikirkan risiko terburuk. Sasmita melarang Adil untuk pergi ke dukun jika hendak memulai suatu usaha seperti lazimnya yang dilakukan beberapa kenalan wiraswastanya. Baginya pergi ke cenayang sekedar meminta wejangan atau pelaris usaha merupakan hal konyol. Mengapa dukun tersebut tidak duduk-duduk saja dan menggunakan pelarisnya sendiri untuk memperkaya dirinya. Sasmita bukanlah orang yang religius, tapi ia tak percaya dengan hal begituan. Dan Adil mendengar nasihatnya. Juga selalu mendengar pendapatnya jika hendak memulai sesuatu.Lalu Haida

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 50 : Haida Yang Cerewet

    Nurah terlihat ragu dan tak langsung menjawab. Petugas ini bisa saja berkata tak ada penggeledahan namun jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya tentuIah ia takkan segan membawanya. Namun tentu Nurah tak perlu terlalu memikirkannya. Memangnya apa yang bisa ditemukan dari benda-bendanya? Nurah agak berdebar lalu melirik sekilas pada Malik dan Malik mengangguk pelan. Nurah bangkit dan menuntun keduanya masuk ke kamarnya. Kamar Nurah cukup sempit dan sederhana berukuran empat kali tiga meter. Ranjang singlebednya berupa kasur berisi kapuk yang mulai kehilangan kepadatannya. Di sudut terdapat nakas tempat kosmetik disusun lalu kaca petak sedang bingkai kayu bercat oranye di sangkutkan pada paku pinggir yang sekaligus sebagai tempat gorden jendela dikaitkan. Terdapat lemari portabel dengan tutup resleting. Masing-masing benda tampak dikumpul bersesakan namun cukup harmonis dan efisien. Sungguh kontras dengan kamar lamanya bersama Adil yang lima kali luasnya dari kamar ini. Sersan

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 49 : Berkunjung Ke Tempat Nurah

    Suara knalpot berdegum dari motor Sersan Feri membuat penghuni di dalam rumah memancing pandangan lewat jendela nako. Menyadari siapa yang tiba, Nurah buru-buru menuju pintu dan menyambut keduanya. Warung ibunya sedang kehadiran beberapa orang yang membeli mi sop untuk dibawa pulang. Jadi tidak terlalu sesak untuk Malik dan Sersan Feri makan di tempat. Nurah ikut membantu menyiapkan makan siang mereka. Ibu Nurah terlihat sesekali melirik kedua tamunya. Tersirat rasa takut, sungkan, dan penuh pertanyaan dari kelopak matanya yang turun. Sersan Feri juga minta sepiring nasi putih yang walau tak disediakan sebagai menu di warung. Jadi Nurah pergi ke dapur dan kembali dengan semangkok besar nasi. Ia bermaksud menyediakan tambahan ekstra untuk Malik. Malik sendiri tidak menyentuh nasi tersebut lantaran sulit baginya saat ini mengunyah lebih banyak dari semangkok mi. Ada yang lebih penting dari sekedar mengenyangkan perut. Nurah tidak bertanya tentang siapa satu tamunya lagi. Namun ia b

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 48 : Motif Itu

    “Dua bulan lalu ada kasus seorang istri yang membakar rumah selingkuhannya. Kemarin ada berita seorang anak yang meminta orang tuanya membelikan ponsel mahal dan karena ditolak, si anak membakar rumah. Dan juga seminggu lalu, ada seorang mantan pekerja di pabrik roti yang membakar pabriknya lantaran sakit hati dipecat sepihak. "Ke semuanya didorong oleh rasa marah dan sakit hati. Apakah orang yang membakar ruko merupakan pihak yang memiliki sakit hati pada Sasmita? Anda mendengar sendiri dia seperti menujukan tuduhan tak langsung dengan menyebut-nyebut Nurah. Bagaimana menurut Anda?”Malik mengedikkan bahu. “Saya akan berusaha tidak bias. Menurut keyakinan saya sementara, saya kira Nurah takkan melakukannya. Lagi pula Sasmita hanya mengatakannya secara tersirat. Dia juga tak yakin Nurah melakukannya. "Kenapa Nurah akan melakukan hal nekat yang makin mengarahkan perhatian polisi padanya? Dia sudah dicurigai sebagai tersangka pembunuhan Saba dan Adil. Saya yakin dia takkan malah menam

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 47 : Mencari Motif Pembakaran Ruko

    Sersan Feri lalu tersenyum kecut. “Saya akui. Kali ini saya cukup gugup dan kewalahan dalam menghadapi yang terjadi pada keluarga ini. Anda tahu betapa menyebalkannya pemberitaan di televisi meskipun saat kasus bandrek beracun tidak terlalu gencar diberitakan. "Dan sekarang orang-orang jadi menaruh perhatian lagi dan pasti akan mengarang-ngarang menurut versi mereka sendiri. Siapa lagi yang akan menjadi sasaran tumpuan? "Tentunya kami-kami ini yang harus lompat ke sana kemari. Sementara orang-orang pers pencari berita itu, kau lihat sendiri dibanding membantu mereka lebih suka membuat sesak TKP,” ujar Sersan Feri lalu mendengus kencang. Malik diam saja mendengarnya. Sersan Feri lanjut bicara.“Saya rasa sebentar lagi penyidik dari Polda akan mengambil alih kasus beruntun ini. Bahkan sebelum peristiwa ini terjadi sudah amat sulit kami para penyidik melacak jejak yang tepat. Bukannya tak ada titik terang, tapi segala sesuatunya harus ditindaki secara menyeluruh. Saya sendiri pasti

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 46 : Pembicaraan Di Pondok

    Sersan Feri menepuk pundak Firmansyah sebelum berbalik kembali lagi ke arah tempat tong.“Kita akan melihat apakah pelaku itu lewat belakang atau tidak,” ujarnya pada Malik yang saksama memperhatikan lingkar dalam tong tersebut. Sersan Feri melirik Malik.“Sudah tidak ada yang bisa di dapat di dalamnya. Salah satu anggota tim subuh tadi telah membawa beberapa serpihan yang sekiranya berguna untuk kelengkapan bukti.” Malik mengangguk.“Anda akan melihat rekamannya sekarang? Saya rasa penjaga kasir itu pegawai yang dimaksud Sasmita.” Malik memperhatikan kasir yang berdiri di pinggir bekas pintu.Sersan Feri langsung menuju ke arah kasir yang tempo hari sempat diajak Malik berbincang. Saat melihat Malik, tatapannya mirip dengan cara Sasmita melihat Malik yang muncul di rumah sakit. Si Kasir yang duluan menyapa.“Bu Sasmita bilang saya harus menunjukkan pada petugas rekaman CCTV.” Si Kasir bersama mereka berdua masuk ke ruko melewati bagian depan yang sebagian hancur dan naik ke lantai d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status