Beranda / Lainnya / Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko / Bab 1 : Kasus Kematian Ganda Berlatar Cinta Segi Empat

Share

Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko
Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko
Penulis: Ahmalia T

Bab 1 : Kasus Kematian Ganda Berlatar Cinta Segi Empat

Penulis: Ahmalia T
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 09:42:11

Ilbi mengambil laptop di kamarnya dan menunjukkan sesuatu pada Malik. Rahangnya mulai mengencang.

“Lihat ini. Kemarin aku dikirimi Pak Hito potongan berita yang perkara perlindungan saksinya diopor padaku. Kasus keracunan ganda.

"Kejadiannya di suatu desa dekat kecamatan Stabat, kabupaten Langkat. Kasusnya masih ditangani di Polsek setempat. Kejadiannya tiga hari yang lalu,” kata Ilbi sambil membuka layar berupa potongan berita.

“Pada kamis malam, 7 September 2023 di suatu perkampungan kecil dengan sebutan Kampung Rampai mengalami suatu tragedi mengerikan dimana dua pria dewasa meninggal keracunan diduga lewat minuman bandrek yang mereka konsumsi.

"Kejadian tepatnya saat mereka duduk bersama di tenda darurat yang dibuat di atas tanjakan tinggi jalan lalu lintas kampung tersebut.

"Adapun orang lain yang meminum bandrek dari jenis yang sama tidak mengalami hal yang aneh ataupun gejala keracunan. Sehingga diduga racun berasal dari botol minum yang dibawa satu korban, bernama Saba.

"Orang kampung menyebut tanjakan tersebut benteng. Tenda atau posko darurat dibangun lantaran banjir sudah menggenangi jalan kampung mereka selama dua hari dan mereka berjaga-jaga atas kemungkinan intensitas air banjir yang semakin tinggi.

"Korban yang meninggal yaitu Ahmad Saba, 29 tahun dan Adil Pras, 43 tahun. Total ada 15 orang yang berjaga di posko. Adapun hubungan antara kedua korban cukup menarik disimak.

"Lima tahun lalu Adil Pras bercerai dari Sasmita yang sekarang berusia 41 tahun dan menikah dengan mantan pacar Saba bernama Nurah saat gadis itu belum genap 19 tahun.

"Adapun Sasmita langsung tukar guling dengan menikahi Saba. Pada waktu kejadian Sasmita bersama ibu-ibu yang lain memasak bubur kacang hijau untuk diberi kepada orang-orang sekitar.

"Sementara Nurah bertugas memasak bandrek di sebuah dandang. Posko banjir itu sendiri diinisiasi oleh korban Adil Pras yang merupakan agen pengepul sawit...”

Malik mengerutkan kening sambil terus membaca artikel dan mencemooh.” Siapa yang menulis berita begini, ‘cukup menarik disimak’ dan ‘tukar guling’ lebih banyak memasukkan opini dan cenderung tidak sopan!”

"Biasalah penulis portal. Aku memutuskan tidak terlalu mengikuti kasus ini awalnya. Aku tidak berpikir akan ada yang salah tuduh untuk kita bela. Saat kejadian naas itu, banyak saksi mata dan mereka terkurung di antara banjir.

"Jika memang ada pembunuhan pelakunya harusnya berada di antara mereka semua yang ada di sana. Tapi jika yang terjadi adalah bunuh diri, bunuh diri ganda, harusnya akan segera terungkap juga.”

“Jika memang pembunuhan maka istri-istri korbanlah paling berpeluang masuk dalam daftar calon tersangka,” kata Malik setelah selesai membaca artikel.

"Latar belakang hidup mereka berempat ganjil. Bisa-bisanya dua korban duduk bersama. Kau mau pulang sekarang?"

“Iya. Nanti akan kuamati lagi berita terkait di rumah,” sambung Malik yang berniat mengakhiri kunjungannya. Ia mulai bangkit dari kursi.

"Bagaimana? Kau mau bergabung pada lembaga ini? Maaf, aku tak memberi tawaran yang bagus," ujar Ilbi dengan rasa tak enak.

Malik mengangguk. "Yah, memang tawaranmu kurang bagus jika memandang dari segi finansial. Tapi jujur saja aku sangat tertarik jika diberi kesempatan untuk berurusan dengan dunia kriminal sungguhan."

"Yang benar?"

“Yah. Sekarang aku harus pulang. Waktunya mandi,” jawabnya sambil mengendus ketiak. Malik bahkan tidak tahan jika badannya mulai sedikit saja berbau.

Ilbi menatap Malik sekali lagi. “Bagaimana? Kau akan ikut membantuku mengawal kasus ini ?”

"Yah, sejauh ini sih aku tertarik. Kabari saja kalau kau akan bergerak."

***

Ilham Birsi nama panjangnya. Dua belas tahun lalu saat mereka kelas 12 SMA, Maliklah yang memanggilnya Ilbi dengan mengambil masing-masing dua huruf dari nama depan dan belakangnya.

Mereka di satu klub sekolah yang sama. Klub unik yang mendiskusikan perkara-perkara kriminal.

Ilbi sekarang bekerja sebagai pengacara di salah satu biro hukum terkenal di Medan milik Pak Hito Hutasoit. Ia juga menjadi bagian dari Tim Advokat Independen Mandiri (TIAM)yaitu lembaga sosial afiliasi dari firma hukum Pak Hito yang diperuntukkan untuk membela saksi atau korban dalam posisi rentan.

Semacam lembaga sosial yang juga cukup sering memberi perlindungan atau perwakilan hukum bagi warga ekonomi bawah. Lembaga itu dibangun Pak Hito demi meningkatkan citra baik firma hukumnya.

Lembaga TIAM banyak kehilangan tim lantaran lembaga tersebut lebih bisa disebut lembaga 'amal'. Tidak ada gaji memadai yang diperoleh, melainkan hanya pengalaman dan citra baik yang dibutuhkan calon pengacara.

Namun Malik yang sedang cuti tertarik dengan aktivitas yang sahabatnya lakukan di TIAM setelah ditawarinya.

Malik sedang berada di rumahnya Medan untuk rehat sejenak dari usaha jasa perdetektifan swasta yang berbasis di Jakarta.

Beberapa jenis kasus yang ditanganinya sebelumnya yaitu jasa pencarian jejak seorang yang menjadi target kliennya dan juga cukup sering untuk menyelidiki pasangan yang berselingkuh maupun kawin lagi.

Kasus terakhir yang diselesaikannya sebelum memilih mudik adalah berhasil menggagalkan pernikahan anak pengusaha garmen.

Diketiknya peristiwa keracunan di Kampung Rampai di laman pencarian G****e setelah pulang dari rumah Ilbi. Berita yang muncul hanya bersumber dari portal daerah.

Sama persis isinya seperti yang Malik dan Ilbi baca tadi siang. Ada satu tulisan yang agak berbeda dengan tambahan deskripsi mengenai keluarga korban.

Istri-istri yang ditinggalkan yaitu istri Saba yang bernama Sasmita(41) dan istri dari Adil bernama Nurahmania(23). Hubungan mereka berempat menjadi pergunjingan dan bahan gosip di desa mereka tinggal lantaran mirip drama-drama TV.

Lima tahun lalu Adil yang masih terikat pernikahan dengan Sasmita jatuh cinta dengan Nurah yang menjalin kasih dengan Saba.

Menurut berbagai cerita dari warga kampung sendiri Adil berkawan dengan Imran, ayah Nurah dan tahu bahwa dia banyak menanggung hutang termasuk dengan Adil sendiri. Bahkan mengagunkan satu petak sawah dan rumah mereka tinggal.

Naasnya Imran tiba-tiba meninggal karena pembuluh darah di kepalanya pecah dan tidak meninggalkan uang untuk melunasi hutang.

Adil kemudian menawarkan diri membersihkan hutang-hutangnya dengan syarat Nurah bersedia menjadi istri sirinya.

Adil bahkan berhasil membujuk Saba memutuskan hubungan. Saba juga yang akhirnya meyakinkan Nurah menerima pinangannya untuk menyelamatkan aset keluarga serta keluar dari jeratan hutang.

Singkat cerita mereka menikah dengan halangan Sasmita yang tak berpengaruh.

Almarhum Adil memiliki ruko dua lantai yang berseberangan langsung dengan usaha pengepulan sawitnya. Ruko itu menjalankan usaha jual beli pupuk serta halaman cukup lebar di belakang, yang kini menjadi milik Sasmita berkat perceraiannya enam bulan setelah Adil memperistri Nurah .

Kedua usaha tersebut terletak berseberangan dengan dipisah jalan untuk umum selebar tiga meter.

Adil memilih memperkerjakan Saba yang sudah merelakan Nurah menjadi istrinya. Bahkan ia bebas memilih pekerjaannya meski yang ringan sekalipun dengan bayaran lumayan.

Pada waktu yang singkat, Saba ditempatkan menemani Sasmita berjualan di ruko lantaran lelaki itu tidak terlalu bisa bekerja dengan tenaga sementara tidak mungkin menempatkannya di bagian pembukuan.

Lalu entah bagaimana mulanya Sasmita ketahuan berselingkuh dengan Saba yang dua belas tahun lebih muda darinya. Adil marah dan menceraikan Sasmita.

Namun perceraian tersebut seperti sudah diprediksi oleh pasangan Sasmita dan Saba. Sasmita memperoleh harta gono gini berupa ruko beserta usaha pupuk atas namanya berikut halaman belakang rumah.

Sasmita pun menikah dengan Saba dan tetap mendiami ruko dan bahkan membuat satu kolam ikan di halaman belakangnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 54 : Adian

    Kemudian saat mereka memarkirkan motor masing-masing di halaman, tampaklah sebuah mobil suv melaju memasuki halaman seberang. Haida keluar dari kursi penumpang dan memasuki rumah. Tak berapa lama kemudian Adian juga muncul dan melihat-lihat ke arah mereka. Pandangannya tertumbuk pada mereka berdua. Sersan Feri melambaikan tangan dibalas juga dengan gerakan yang sama oleh Adian.“Mari kita ke sana sebentar,” ajaknya. Malik serta merta mengikuti langkah Sersan Feri menyeberang.“Anda dari mana Pak Adian?”“Saya dan Ibu baru saja menjenguk Nizam dan Sasmita. Sebenarnya Ibu berencana untuk ikut mendampingi mereka berdua sampai besok. Tapi kondisi kesehatannya sendiri tidak terlalu baik. Jadi beliau minta dijemput saja.” Adian lalu melirik Sersan Feri dan Malik bergantian. Tatapannya memancarkan keheranan melihat mereka berdua layaknya rekan kerja yang berdampingan.“Sebenarnya kami juga akan segera mengirim seorang petugas untuk berjaga di sana. Tapi, apakah tidak apa-apa tidak ada yang

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 53 : Selesai Dari Warung Nurah

    Sasmita tak tahu harus berkata apa. Meski ia menutup tirai di sebelah kiri harusnya omelan Haida bisa tercuri dengar pasien sebelahnya. “Maaf karena merepotkan kalian. Aku sungguh menyesal karena kecerobohanku.”Haida tak menanggapinya. Kerutan mukanya bertambah-bertambah. Diyuntaskannya sendokan terakhir ke mulut Nizam. Nizam hanya sanggup menghabiskan separuh nasinya dan Haida memilih tak memaksa Nizam menghabiskan makanannya.“Kalau begitu cepatlah makan. Kau harus segera pulih,” katanya menoleh pada Sasmita.Sasmita menurut dan membuka paket makan siangnya. Ia teringat kunjungan Sersan Feri dan Malik sebelum Haida tiba.“Kira-kira jam 10.00 tadi kami dikunjungi seorang petugas dan satu dari tim pengacara Nurah. Apakah mereka juga mendatangi Ibu?”“Tidak tahu. Seingatku yang terus datang dan menanyai adalah para wartawan. Sebenarnya aku tak keberatan jika satu atau dua wartawan yang menanyai. Tapi mereka membentuk kerumunan dan berkeliaran. "Sesekali mereka mengungkapkan simpati

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 52 : Ocehan Haida

    Adil melihat kesempatan atas kebangkrutan ayah Nurah sebagai peluang untuk mendapatkan si anak gadis? Sasmita merana karena kebutaan dan kebodohannya. Jika ia bisa curiga lebih awal, bisakah hubungan Adil dan Nurah tidak berlanjut? Ia tahu ia bisa menjadi tegas dan bertekad bulat tanpa berpikir tentang risiko. Ia tahu potensi dirinya. Tapi segalanya terlalu mengagetkan. Waktu itu Sasmita memilih menjauh sementara dan mengabaikan toko. Selang seminggu kepergian Sasmita, bukannya menyadari kekhilafan, Adil malah tampak tak terganggu akan sikap berontak istri sahnya. Yang ada Adil benar-benar menikahi Nurah secara siri dan memboyong Nurah ke rumah utama. Dan informasi ini lagi-lagi didapat dari salah satu petani langganan pupuk saat Sasmita kembali lagi membuka toko. Saat itu hanya Nizam seorang yang menguatkannya. Demi menghargai ibunya, ia bahkan juga tak menginjakkan kaki pada beberapa hari jadwal liburnya semenjak Nurah menjadi penghuni rumah. Namun Sasmita tak ingin sang anak i

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 51 : Masa Lalu

    Jika diingat lagi masa bagaimana ia dan Adil berjuang setelah Nizam lahir dan mertua lelakinya meninggal, Sasmita diam-diam kagum pada diri sendiri, atas kemampuannya turut menaikkan taraf hidup perekonomian mereka. Usaha pupuk yang laris, lalu mulai membuka pabrik pengepulan sawit, juga berhasil membeli beberapa petak tanah. Pada masa itu Sasmita hanya suka bekerja keras dan berbisnis. Ia sebenarnya tak terlalu mengharapkan lebih dan selalu memikirkan risiko terburuk. Sasmita melarang Adil untuk pergi ke dukun jika hendak memulai suatu usaha seperti lazimnya yang dilakukan beberapa kenalan wiraswastanya. Baginya pergi ke cenayang sekedar meminta wejangan atau pelaris usaha merupakan hal konyol. Mengapa dukun tersebut tidak duduk-duduk saja dan menggunakan pelarisnya sendiri untuk memperkaya dirinya. Sasmita bukanlah orang yang religius, tapi ia tak percaya dengan hal begituan. Dan Adil mendengar nasihatnya. Juga selalu mendengar pendapatnya jika hendak memulai sesuatu.Lalu Haida

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 50 : Haida Yang Cerewet

    Nurah terlihat ragu dan tak langsung menjawab. Petugas ini bisa saja berkata tak ada penggeledahan namun jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya tentuIah ia takkan segan membawanya. Namun tentu Nurah tak perlu terlalu memikirkannya. Memangnya apa yang bisa ditemukan dari benda-bendanya? Nurah agak berdebar lalu melirik sekilas pada Malik dan Malik mengangguk pelan. Nurah bangkit dan menuntun keduanya masuk ke kamarnya. Kamar Nurah cukup sempit dan sederhana berukuran empat kali tiga meter. Ranjang singlebednya berupa kasur berisi kapuk yang mulai kehilangan kepadatannya. Di sudut terdapat nakas tempat kosmetik disusun lalu kaca petak sedang bingkai kayu bercat oranye di sangkutkan pada paku pinggir yang sekaligus sebagai tempat gorden jendela dikaitkan. Terdapat lemari portabel dengan tutup resleting. Masing-masing benda tampak dikumpul bersesakan namun cukup harmonis dan efisien. Sungguh kontras dengan kamar lamanya bersama Adil yang lima kali luasnya dari kamar ini. Sersan

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 49 : Berkunjung Ke Tempat Nurah

    Suara knalpot berdegum dari motor Sersan Feri membuat penghuni di dalam rumah memancing pandangan lewat jendela nako. Menyadari siapa yang tiba, Nurah buru-buru menuju pintu dan menyambut keduanya. Warung ibunya sedang kehadiran beberapa orang yang membeli mi sop untuk dibawa pulang. Jadi tidak terlalu sesak untuk Malik dan Sersan Feri makan di tempat. Nurah ikut membantu menyiapkan makan siang mereka. Ibu Nurah terlihat sesekali melirik kedua tamunya. Tersirat rasa takut, sungkan, dan penuh pertanyaan dari kelopak matanya yang turun. Sersan Feri juga minta sepiring nasi putih yang walau tak disediakan sebagai menu di warung. Jadi Nurah pergi ke dapur dan kembali dengan semangkok besar nasi. Ia bermaksud menyediakan tambahan ekstra untuk Malik. Malik sendiri tidak menyentuh nasi tersebut lantaran sulit baginya saat ini mengunyah lebih banyak dari semangkok mi. Ada yang lebih penting dari sekedar mengenyangkan perut. Nurah tidak bertanya tentang siapa satu tamunya lagi. Namun ia b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status