Share

4. Nata Vampire

    Kanya mengusap perutnya yang terasa penuh, baru kali ini dia merasa kenyang setelah makan. Biasanya baru tiga suap Kanya berhenti saking malasnya mengunyah, itu terjadi kalau sedang tidak nafsu makan!

"Kita kayaknya belum kenalan?" celetuk Fajar membuat Kanya menatapnya dengan senyum canggung.

"Aku Kanya." kata Kanya pelan, dia tidak bisa ramah pada orang baru. 

Fajar mengulurkan tangan."Gue Fajar." setelahnya Fajar melempar senyum ramah.

Kanya meraih uluran itu lalu melepaskannya dan beralih pada Qiano.

"Qian.."

Kanya mengangguk dengan senyum canggung, Qiano tidak seramah Fajar.

"Kita dulu sering nginep di tempat Nata tapi semenjak lo ada kita ga ke sana lagi, takut ganggu." jelas Fajar yang membuat Kanya semakin canggung.

Ganggu? Memangnya dia dan Nata sibuk apa? Kesannya Kanya selalu menghabiskan waktunya dengan Nata pikir Kanya kesal.

Apa pemikiran Fajar sama dengan pemikiran orang lain? Menganggap dia selalu menghabiskan waktu bersama Nata? Jika iyah, sungguh sialan!

"Main aja, kita beda kamar, ga akan ganggu." serobot Kanya dengan tidak nyaman, agak kesal juga.

"Beneran?" tanya Qiano seraya melirik Nata.

Nata menyeruput jus jeruk yang di pesannya."Kalian bakalan ganggu waktu gue berduaan sama Kanya, jangan deh." tolaknya dengan begitu santai.

Kanya membolakan matanya lalu menepuk bahu keras milik Nata dengan kesal."Sembarangan! Kalian jangan salah paham, semua ga sesuai dengan yang kalian pikirin." kata Kanya kelabakan, dia mencoba meyakinkan.

Sungguh Nata, sialan!

Fajar dan Qiano melirik keduanya, baru kali ini Nata di pukul tidak marah. Biasanya ke senggol sedikit dia akan langsung marah tidak jelas. 

Nata biasanya dalam mode senggol bacok.

Fajar mengulum senyum penuh arti, senang rasanya Nata normal sedangkan Qiano terdiam menatap keduanya, Qiano seperti bukan melihat Nata yang selama ini di kenalnya.

Nata lebih cerah, lebih main ekspresinya walau kecuekan masih melekat pada sosoknya.

Haruskah Qiano senang?

"Santai aja, kita maklum kok." balas Fajar ramah lalu menyeruput jusnya.

Kanya hendak kembali bersuara namun tidak jadi, merasa percuma. Nata mengusap peluh di pelipis Kanya dengan tangannya. Kanya sontak menepis tangan Nata.

Nata melirik Fajar."AC ga nyala Jar?" tanya Nata seraya melirik AC di pojok ruangan.

Fajar menepuk jidatnya."Aduh Lupa gue." ringisnya merasa bodoh, dia bergegas berdiri dan menuju ke arah di mana AC berada.

Kanya mengusap keringat di kening dan lehernya, Pantas saja gerah. Nata ikut mengusap leher Kanya, Kanya mundur dengan menatap Nata tidak suka.

"Jangan pegang - pegang!" ketus Kanya galak.

Fajar terbahak pelan seraya kembali duduk."Dulu banyak banget cewek yang mau di pegang Nata, sekarang baru pertama kali gue liat ada yang nolak sentuhan seorang Nata, padahal dia dulu terkenal gay." terangnya masih di selingi tawa pelan.

Kanya tidak peduli, walau Nata tampan tetap saja di mata Kanya Nata sudah tercoreng jelek! Minusnya sudah terlalu banyak! Nata sungguh tidak lulus baginya!

Nata tersenyum kecil."Maka dari itu gue suka, Kanya. Dia beda, kayak ada manis - manisnya." aku Nata dengan begitu santai.

Fajar melongo dan agak geli mendengarnya. Sungguh horror!

Kanya mencebikkan bibirnya sebal, gombalan Nata tidak akan mempan!

Nata mengusap rambut Kanya yang lagi - lagi Kanya tepis."Please! Jangan banyak kontak fisik! Aku ga suka kamu deket - deket!" teriak Kanya kesal lalu beranjak meninggalkan Nata yang hanya menatap kepergiannya.

Fajar dan Qiano melongo kompak.

"Lo di tolak Nat?" tanya Fajar tak percaya lalu setelahnya terbahak.

Qiano hanya diam, melirik Nata yang biasa saja.

*** 

Kanya menghela nafas penuh kelegaan, setelah mencuci muka dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur membuatnya nyaman.

Setidaknya stressnya berkurang.

"Saatnya pakai pelembab supaya saat pagi kulit kenyal, lembut dan tidak kusam." monolog Kanya dengan antusias ala model kosmetik. Beberapa jemarinya mengetuk kulit pipi.

"Lucu banget sih."

Kanya menjerit kaget, suara Nata membuatnya mendadak jantungan rasanya.

"Ngapain kamu di kamar aku, Nata!" amuk Kanya dengan nafas terengah menahan kesal dan kagetnya.

Tatapan Kanya terlihat tajam dan penuh rasa waspada.

Nata bangun dari rebahannya."Salah kamu yang ceroboh! Pintu engga di kunci saat kamu mandi! Kalau aku masuk ke kamar mandi gimana?" tanya Nata seraya melangkah mendekati Kanya lalu berhenti dua langkah di depan Kanya

"Cabul!" gumam Kanya dengan kesal.

Kanya merutuki kebodohannya karena tidak bisa menghilangkan kebiasaan buruk itu. Kanya terbiasa tidak mengkunci kamarnya saat di rumah.

Kanya menghela nafas pendek."Em, yaudah keluar! Aku mau tidur." usir Kanya dengan wajah di tekuk muram, dia harus mengontrol emosi. Bisa cepat tua kalau dia terus marah - marah, jangan sampai banyak kerutan di wajahnya.

"Bohong." kata Nata dengan kekehan pelan.

Kanya menautkan alisnya."Apasih! Bohong apa? Emang bener mau tidur juga!" ketus Kanya dengan mendelik judes, bodo amatlah dengan keriput!

Nata menjitak pelan kening Kanya."Katanya mau pake pelembab!" gemasnya.

Kanya meringis pelan, lagi - lagi terlihat bodoh di depan Nata."Itu bukan urusan kamu ya! Kamu keluar sana." paksa Kanya seraya mendorong tubuh yang terasa berat itu.

Dasar batu!

Nata membalik badannya lalu mengusap leher Kanya yang wangi Vanilla itu sekilas."Selamat malam, selamat tidur." ucap Nata lalu berlalu meninggalkan Kanya yang menggeram kesal.

Lagi - lagi dia di sentuh sembarangan!

***

Kanya memicingkan matanya curiga. Apa mungkin Nata itu Vampire? kenapa sangat suka sekali dengan lehernya.

Mata Kanya membola, kaget dengan pemikirannya. Apa jangan - jangan setelah pacaran nanti atau bahkan menikah nanti, Nata akan menggigit lehernya lalu merubahnya menjadi vampire seperti dirinya?

Kanya berdecak lalu terkekeh pelan, tidak percaya dengan apa yang di pikirkannya.

"Ga usah berlebihan! Apaan sih." gumam Kanya lalu beranjak untuk mematikan lampu.

Setelah mematikan lampu Kanya masuk ke dalam selimut, menarik nafas panjang lalu mulai memejamkan matanya dengan rileks.

Mencoba berpikir positif.

tok tok tok!

Kanya membuka matanya, baru saja akan menjemput mimpi! Dengan kesal Kanya turun dari kasur, menyalakan lampu lalu membuka pintu.

"Ap—"

"Surat pemberitahuan dari sekolah." potong Nata lalu berlalu.

Kanya menatap surat di tangannya dengan penasaran. Kanya menutup pintu lalu membuka surat itu.

"Pemberitahuan tentang eum, APA?! Liburan dalam acara ulang tahun sekolah? Asyik!" pekik Kanya dengan berjoget - joget tidak jelas lalu mematikan lampu dan menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Dia akan cepat tidur malam ini karena auranya sungguh positif.

"Yes! Pokoknya besok harus siap - siap, aduh senengnya akan ke pantai." sambung Kanya dengan begitu histeris. Kedua kakinya menendang - nendang selimut yang tidak berdosa, berguling - guling hingga kelelahan.

Nata yang berada di balik pintu hanya mengulum senyum, merasa rencananya berhasil. 

Ide liburan ini memang idenya yang tidak bisa di tolak oleh keluarganya maupun pihak sekolah karena Nata anak satu - satunya yang akan mewarisi semua aset keluarga Giofar. Selama ini tidak ada yang pernah menolak keinginannya.

Sultan mah bebas, yakan?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
privilege mah bebassss
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status