Share

Bab 6b

POV Lisa

Kedua bola mataku memutar dengan malas, "Ih, Mama cerewet amat! Lagian Lisa baru minggu ini."

"Kata siapa? Dari dulu, sejak kamu masih sekolah, Mama yang beresin kamarmu. Coba kalau kamu bantuin Mama, mungkin Mama tidak akan kecapekan terus setiap hari."

"Kenapa sih, Mak, akhir-akhir ini bawel banget!"

"Kamu tuh diberitahu malah marah balik. Cepat ke dapur bantuin Mama!"

"Ogah, ah. Kita mesan aja, Ma, lewat online. Tadi, Lisa lihat status di aplikasi ijo ada yang lagi post ketoprak. Ketoprak Mas Siswo selalu habis kalau kita tidak mesan segera. Minggu lalu Mas Adnan udah ngirimin duit 'kan?"

"Lisa! Sampai kapan kamu gini terus? Kemarin kamu sudah mesan. Kamu itu harus membiasakan diri untuk memasak dan menyiapkan makanan. Kalau kamu nikah, gimana mau nyiapin makanan untuk suami dan anak-anakmu nanti."

"Aduh, Mak. Itu perkara gampang! Lisa tinggal mesan lewat online. Ribet amat! Lagian Lisa bisa belajar nanti. Udah, ah, mana duitnya Lisa udah mesan. Makanannya udah mau tiba."

Ibu melangkah sangat berat, seolah kakinya ditindih oleh beton.

"Cepatan, Mak! Abang Ojol mau tiba, gak lama lagi." Dengan mendorong punggung ibu agar bergegas ke kamarnya.

"Kalau kau dapat lelaki yang kaya, kalau tidak, gimana?"

"Cari sampai dapat yang pas, dong, Mak. Minimal kayak Mas Adnan yang royal dengan keluarga."

"Lelaki jugalah milih cewek yang bisa ngurusin rumah dan keluarganya, gak hanya ngurusin muka."

"Duh, iya, Mama Dedeh! Udah deh, buruan Ceramahnya nanti lagi. Tuh, Abang ojolnya udah datang." Sambil menunjuk ke arah Bang Ojol yang baru saja tiba di depan rumah.

Aku bergegas membuka pintu.

"Ini Mba, pesanannya."

"Makasih, ya, Mas. Tunggu sebentar, ya!" Aku berbalik melihat ibu yang belum juga keluar dari kamarnya. "Mak ... Mak ... Buruan, Bang Ojol nungguin bayarannya."

Tak berapa lama, ibu keluar dengan menyerahkan tiga lembar uang berwarna ungu, sesuai dengan nominal pesananku yang baru saja kuberitahu ke ibu.

"Makasih, ya!"

"Sama-sama, Mas."

Senyumku mekar dan mengembang sempurna. Aromanya saja sudah menusuk hidung, membuat nafsu makanku meronta-ronta.

"Ayuk Mak, kita makan! Mama duduk di sini. Kok, Mama lemas amat! Nih, cepatan makan biar gak lemas." Aku menyodorkan sebungkus nasi ketoprak yang telah aku buka.

Setelah membuka sebungkus milikku, aku langsung melahapnya tanpa menunggu lama. Perutku sudah keroncongan karena meladeni ibu yang sedari tadi mengoceh yang tidak jelas.

"Dimakan, Mak!" ucapku sambil mengunyah makanan yang masih di mulut.

"Pokoknya hari ini terakhir kali. Mulai besok kau harus membantu Mama memasak dan seterusnya."

"Iya, mulai besok Lisa bantuin memasak."

"Gak hanya memasak, mencuci pakaian dan juga beres-beres rumah."

"Banyak amat!"

"Gak boleh protes!"

"Huf ...."

"Mama gak makan?" Ibu berdiri entah ke mana. Aku tak tahu kenapa wajahnya terlihat tidak ceria.

Kalau aku perhatikan, ibu selalu terlihat muram semenjak Mba Jihan ke rumah ini. Padahal aku sudah memberitahunya agar tetap tenang. Tapi sama saja, penjelasanku seolah-olah tidak memuaskan telinganya.

Mungkin karena faktor usia. Tapi, dari dulu ibu selalu begitu, tak pernah tenang kalau ada sesuatu yang tidak baik atau mendengar kabar tentang saudaranya di kampung maupun di perantauan.

"Mau ke dapur, Mama gak bisa makan beginian terus, bisa-bisa kolesterol dan asam lambung Mak makin meningkat."

"Trus, ini punya Mama siapa yang habisin?"

"Kamu aja yang makan atau beri tetangga. Atau simpan aja untuk Mba Jihan sama Naya."

"Mama mau ngapain di dapur?"

"Nyiapin sarapan untuk Mama dan bapak. Lis, ingat badan, ya, rajin timbang badan dan kurangi banyak makanan berlemak."

"Iya, Mak dokter," ucapku dengan sedikit mengerucutkan bibir.

Mereka di mana, ya? Dari tadi belum kelihatan.

Apa mungkin Mba Jihan gak jadi pulang hari ini?

Kalau mereka belum pulang juga, berarti aku belum bisa tenang di rumah. Wanita itu pintar, tapi kadang juga begok. Kok, tidak peka dengan ucapanku kemarin?

Untuk apa harus berlama-lama di sini?

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
penulis g fokus. alur cerita g jelas dan bertele2
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Kok ndak ada adegan dia teriak kaget sh si jihan aneh
goodnovel comment avatar
Yuni Nurwahyuni
bingung, bentar mama, bentar ibu, bentar mak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status