Beranda / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 36. Kiriman Foto

Share

Bab 36. Kiriman Foto

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 21:46:57

Ketukan di pintu kembali terdengar. Alma menahan napas, jemarinya masih menggenggam mouse. Ia melangkah pelan ke arah pintu, menempelkan mata ke celah kaca buram yang menampakkan siluet seseorang berdiri di luar.

“Siapa ya malam-malam begini?” Alma membuka sedikit daun pintu, cukup untuk melihat sosok di luar.

“Permisi, Dok,” ujar seorang petugas keamanan sambil mengangkat kantong kertas berlogo nama salah satu restoran ternama. “Ini ada titipan makanan untuk Dokter Alma.”

Alma mengerutkan dahi. “Dari siapa?”

Security tersenyum. “Tadi yang nganter bilang ini dari Pak Felix. Katanya jangan lupa dimakan, ada kartunya juga, Dok.”

"Felix?"

Alma tertegun sejenak, sebelum mengambil kantong itu sambil mengucap terima kasih. Begitu pintu ditutup kembali, ia berjalan pelan menuju meja dan meletakkan kantong kertas itu di samping laptopnya.

Aroma masakan hangat langsung menyebar ketika ia membuka isinya. Nasi salmon mentai kesukaannya, lengkap dengan teh chamomile hangat dan sebungkus kecil pu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Desviana Yusnita
cape nungguin lanjutannya
goodnovel comment avatar
Camel Lia
laaaamaaaa nyaaaa update lanjutan nya
goodnovel comment avatar
Ina na
astagaaaa gak up tiap hari ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pelakor itu Adikku   Bab 39. Makin Rumit

    Ponsel di meja terus berdering. Nadine yang sedang sibuk dengan Rafael tampak kesal.“Aduh, ganggu banget sih!” gerutunya.Ia melepaskan diri dari pelukan Rafael dengan gerakan cepat. Rafael masih memandangnya dengan raut kecewa.“Arhan?” tanya Rafael sinis.Nadine tak menjawab. Ia hanya mengambil ponsel lalu menatap layar sejenak, menarik napas panjang, dan menekan tombol hijau.“Halo,” ucapnya dengan suara yang dibuat selembut mungkin, seolah baru bangun tidur.“Nadine, kamu di mana sih? Lama banget angkat telepon. Nanti sore kita ke rumah sakit Husada. Tunggu aku di gerbang belakang rumah sakit.”“Oke, Mas, maaf, aku ketiduran di ruang istirahat tadi," jawab Nadine singkat. Lalu sambungan pun terputus.Rafael masih menatapnya penuh tanya.“Maaf, Mas Rafa. Aku harus pergi dulu. Ada tugas yang belum selesai,” ucap Nadine sambil merapikan seragamnya.“Jadi cuma gitu aja? Kita udah janji ketemu lho.”“Aku nggak bisa membantah kalau dia udah kasih tugas. Lagian, aku harus terus jaga h

  • Pelakor itu Adikku   Bab 38. Hamil?

    “Aku hamil, Mas.”Napas Arhan seakan berhenti. Matanya melotot dan mulutnya setengah terbuka. Tidak percaya dengan yang barusan ia dengar. Ia menelan ludah.“Nadine …” Arhan akhirnya bersuara, pelan namun penuh tekanan. “Kamu yakin? Jangan main-main soal ini.”“Aku nggak main-main, Mas,” jawab Nadine, menatap langsung ke mata Arhan. “Aku udah telat dua minggu. Tubuhku juga udah mulai nggak enak. Aku yakin. Mas kan tau aku ini perawat. Aku pasti paham, Mas."Arhan menggeleng cepat. “Nggak mungkin. Ini nggak mungkin. Aku selalu pakai pengaman.”Nadine menghela napas panjang. “Aku tahu. Tapi Mas kan dokter, harusnya tahu … pengaman itu nggak seratus persen menjamin. Masih ada kemungkinan, meski kecil.”Arhan mengusap kasar wajahnya, ragu dan cemas bercampur jadi satu. "Nggak, nggak! Kamu pasti tidur sama pria lain. Ya, kan?”Seketika itu wajah Nadine memucat. “Mas!” serunya nyaris menangis. “Aku bukan perempuan murahan. Mas pikir aku serendah itu? Mas tega ...!"Arhan membungkam. Entah

  • Pelakor itu Adikku   Bab 37. Mana Janjimu

    "Cuma ada satu cara," gumam Arhan sambil menatap kosong ke arah jendela ruang kerjanya. "Aku harus hentikan ini. Aku harus memaksa Alma untuk berhenti bekerja."Pikirannya kalut sejak semalam. Apalagi setelah melihat kiriman foto dari Ernest. Sikap Alma pun kini semakin tegas, dingin, dan tak tergoyahkan membuatnya sulit untuk memegang kendali. Ia tahu, satu-satunya hal yang bisa membatasi pergerakan Alma adalah jika ia tak lagi sibuk di luar rumah.Sore itu, Arhan mendatangi ruang kerja Alma di lantai dua rumah sakit. Wanita itu tengah duduk menghadap laptop dengan beberapa berkas menumpuk di sisi mejanya. Suara ketukan pelan membuat Alma menoleh sebentar.“Mas ngapain ke sini?” tanyanya datar, lalu kembali menatap layar.Arhan menarik napas, lalu duduk di kursi tamu tanpa disuruh. “Aku mau bicara.”Alma menoleh sesaat lalu kembali pada layar. “Aku minta kamu berhenti kerja, Alma.”Alma menghentikan aktivitasnya, lalu perlahan menoleh dengan tatapan tajam. “Apa?”“Kalau kamu memang

  • Pelakor itu Adikku   Bab 36. Kiriman Foto

    Ketukan di pintu kembali terdengar. Alma menahan napas, jemarinya masih menggenggam mouse. Ia melangkah pelan ke arah pintu, menempelkan mata ke celah kaca buram yang menampakkan siluet seseorang berdiri di luar.“Siapa ya malam-malam begini?” Alma membuka sedikit daun pintu, cukup untuk melihat sosok di luar.“Permisi, Dok,” ujar seorang petugas keamanan sambil mengangkat kantong kertas berlogo nama salah satu restoran ternama. “Ini ada titipan makanan untuk Dokter Alma.”Alma mengerutkan dahi. “Dari siapa?”Security tersenyum. “Tadi yang nganter bilang ini dari Pak Felix. Katanya jangan lupa dimakan, ada kartunya juga, Dok.”"Felix?" Alma tertegun sejenak, sebelum mengambil kantong itu sambil mengucap terima kasih. Begitu pintu ditutup kembali, ia berjalan pelan menuju meja dan meletakkan kantong kertas itu di samping laptopnya.Aroma masakan hangat langsung menyebar ketika ia membuka isinya. Nasi salmon mentai kesukaannya, lengkap dengan teh chamomile hangat dan sebungkus kecil pu

  • Pelakor itu Adikku   Bab 35. Alma Selingkuh?

    Begitu melihat nama Pak Sukmawibowo di layar ponsel, Alma langsung mengambil ponselnya dan berjalan cepat menuju kamar. Suaranya terdengar lirih namun mantap, “Permisi.”Arhan refleks ingin menahan, tapi lidahnya kelu. Ia hanya mengikuti Alma dengan tatapan curiga, lalu melangkah perlahan mendekati pintu kamar yang hanya tertutup setengah.Dari balik celah pintu, Arhan menajamkan pendengaran. Suara Alma terdengar samar, penuh kehati-hatian.“… iya, Pak. Saya akan siapkan malam ini .…” “… besok pagi saya usahakan ….” " ... saya akan datang .…”Arhan menyipitkan mata, mencoba menyatukan potongan kalimat yang tidak utuh itu. Ia tahu Alma sedang menelepon seseorang yang cukup penting. Nada bicaranya begitu formal, tegas, dan sangat berbeda dari biasanya.‘Mau apa dia malam-malam begini?’ pikir Arhan.Tak lama, suara langkah kaki terdengar. Arhan buru-buru mundur dan berpura-pura masuk ke dapur, mengambil gelas kosong dan mengisi air ke dalamnya. Saat itu juga, Alma membuka pintu kamar

  • Pelakor itu Adikku   Bab 34. Tuduhan

    Suasana di ruang tamu mendadak hening ketika Alma membuka pintu. Tiga pasang mata langsung tertuju padanya seperti penyidik yang tengah menunggu tersangka memasuki ruang interogasi. Sorot tajam dan penuh kecurigaan menyambut langkahnya, namun Alma tetap berjalan tenang. Ia meletakkan kunci mobil di atas meja kecil di sudut ruang, lalu menatap satu per satu wajah yang menantinya tanpa sedikit pun rasa gentar.“Tumben semuanya ngumpul begini,” ujarnya datar, melepas sepatunya dan duduk di salah satu kursi.Arhan berdiri dengan wajah tegang, Nadine bersedekap dengan mata menyipit, sementara Ferika duduk dengan dagu terangkat, ekspresi tak kalah tajamnya.Nadine langsung memberi kode dengan tatapan kepada Arhan. Seolah berkata, “Cepat, tanya sekarang juga!”Arhan menarik napas panjang, lalu maju satu langkah. “Alma, aku mau nanya satu hal. Soal mobil yang kamu beli .…”Alma menoleh, ekspresinya netral.“Uang untuk beli mobil itu … kamu pakai dari tabungan kita?” suara Arhan tegas serta t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status