Home / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 162 Orang yang Tak Boleh Kau Singgung

Share

Bab 162 Orang yang Tak Boleh Kau Singgung

Author: Jovita Tantono
Pukul dua dini hari.

George hampir tak bisa membuka matanya karena mengantuk. “Leo, saya merem sebentar. Kalau dia keluar, bangunin saya.”

“Hm, udah keluar,” jawab Leo santai, membuat George memiringkan kepala menatapnya.

“Jangan main-main. saya cuma tidur sepuluh menit,” gumam George malas.

Leo juga sudah serak karena begadang, suaranya terdengar lebih rendah dari biasanya. “Nggak main-main.”

George jelas nggak percaya. Tapi belum sempat membalas, terdengarlah suara pintu mobil terbuka dengan keras, dug! Dia pun mau tak mau membuka matanya. Di balik cahaya lampu mobil, tampak Leo melangkah santai, kedua kakinya yang panjang menjejak jalan dengan angkuh, siluetnya tampak kontras dalam gelap malam.

“Sial! Semalaman nggak nongol, giliran saya baru mau tidur malah dia muncul,” maki George sambil menguap dan turun dari mobil.

Baru saja kakinya menapak aspal, terdengar suara ketus, “Siapa sih tengah malam begini nyetop mobil orang?”

Leo memasukkan kedua tangannya ke saku celana, celana panj
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 165 Ana Ahebak

    Topik itu kembali terangkat lagi!Adeline akhirnya menatap mata Leo yang penuh rasa ingin tahu. “Leo, kamu begitu keberatan soal perpisahan ini... apakah karena kamu tidak terima akulah yang mengajukannya? Atau karena...”Ia terhenti sejenak. “Karena kamu tidak ingin berpisah denganku? Atau mungkin...”Kalimat itu pendek, tapi lidahnya terasa berat saat mengucapkannya. Ia ragu. Ia tahu, jika perkataan itu salah arah, ia mungkin hanya akan menjadi bahan ejekan. Tapi sikap Leo yang tak biasa membuatnya tak bisa tak berpikir ke arah itu.“Hm?” Leo mengangkat alis begitu melihatnya terhenti di tengah kalimat.Adeline menarik napas dalam-dalam saat menatap ke dalam matanya yang gelap dan dalam. Lalu ia membuka bibir pelan-pelan, “Atau mungkin... kamu jatuh cinta padaku, dan tak ingin berpisah?”Begitu kata itu terucap, udara di sekitar mereka seakan terhenti. Sunyi. Hening yang membuat malu. Seolah semesta sedang menertawakannya yang terlalu percaya diri, terlalu banyak berharap...Tiba-tib

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 164 Ini Adalah Tanda Cinta

    Adeline tidak tahu apakah Valencia benar-benar pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan lukanya atau tidak, tapi yang pasti luka di kepala Leo harus dikontrol kembali hari ini.Luka itu sudah sembuh dengan cukup baik, meski tetap meninggalkan bekas. Katanya, tidak ada manusia yang sempurna dan Leo pun tak lepas dari hukum alam ini.“Dok, bekas lukanya bisa dihilangkan enggak?” tanya Adeline, tetap saja ingin memastikan pada dokter.“Bisa, tapi kalau mau benar-benar hilang tanpa jejak, nanti harus ditindak lanjuti dengan terapi laser. Mirip kayak perawatan kecantikan yang biasa dilakukan para wanita,” jawab sang dokter sambil tersenyum. “Lukanya juga enggak terlalu mencolok sih, jadi mau dihilangkan atau tidak, terserah saja. Lagipula prosedurnya cukup simpel.”“Kalau begitu, rumah sakit ini bisa melakukan perawatannya, kan?” Adeline langsung menanyakan dengan jelas maksudnya, ia ingin menghapus bekas luka itu untuk Leo.Karena luka itu, pada dasarnya, muncul karena dirinya.Sang pemilik

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 163 Mengancamku Secara Tidak Langsung?

    Saat Adeline melihat Brilliant, pria itu menyambutnya dengan senyum canggung.Belum sempat ia membuka mulut, Adeline lebih dulu berkata, “Maaf, aku sudah menyeretmu ke dalam masalah ini.”“Nyonya Brown ini benar-benar sedang mempermalukanku,” Brilliant melirik Leo sejenak. “Terima kasih, Tuan Leo.”Ia tahu, kalau bukan karena campur tangan Leo, mustahil ia bisa keluar secepat ini.“Maaf membuat Anda terkejut, Tuan Brilliant,” nada suara Leo tetap seperti biasa, ringan dan penuh selera humor, membuat Brilliant jadi tak tahu harus membalas apa.Ia sudah menerima uang dari Adeline, tapi akhirnya malah begini, sungguh tak punya muka rasanya.“Mereka menahanmu, pasti karena kau menemukan sesuatu, kan?” Leo langsung menembak ke inti.Brilliant mengangguk pelan tanpa menatap Leo maupun Adeline. “Tak banyak yang berhasil kutemukan, dan semuanya sudah diambil.”“Oh? Diambil?” Alis Leo sedikit terangkat.Brilliant tak menjawab, diam saja. Adeline melihat jelas kegelisahan dan rasa malu di wajahn

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 162 Orang yang Tak Boleh Kau Singgung

    Pukul dua dini hari.George hampir tak bisa membuka matanya karena mengantuk. “Leo, saya merem sebentar. Kalau dia keluar, bangunin saya.”“Hm, udah keluar,” jawab Leo santai, membuat George memiringkan kepala menatapnya.“Jangan main-main. saya cuma tidur sepuluh menit,” gumam George malas.Leo juga sudah serak karena begadang, suaranya terdengar lebih rendah dari biasanya. “Nggak main-main.”George jelas nggak percaya. Tapi belum sempat membalas, terdengarlah suara pintu mobil terbuka dengan keras, dug! Dia pun mau tak mau membuka matanya. Di balik cahaya lampu mobil, tampak Leo melangkah santai, kedua kakinya yang panjang menjejak jalan dengan angkuh, siluetnya tampak kontras dalam gelap malam.“Sial! Semalaman nggak nongol, giliran saya baru mau tidur malah dia muncul,” maki George sambil menguap dan turun dari mobil.Baru saja kakinya menapak aspal, terdengar suara ketus, “Siapa sih tengah malam begini nyetop mobil orang?”Leo memasukkan kedua tangannya ke saku celana, celana panj

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 161 Kalau Ada Masalah, Cari Suami

    "Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak dapat dihubungi."Tiga kali berturut-turut, hasilnya tetap sama. Tangan Adeline yang memegang ponsel bergetar, lalu perlahan terkulai.Ponsel Brilliant selalu aktif dua puluh empat jam. Kini tidak bisa dihubungi, ia tahu artinya apa.Dia pasti tertimpa masalah.Selama ini, Brilliant memang telah menyinggung banyak orang, tapi selalu bisa keluar dengan selamat. Ia punya jimat pelindungnya sendiri. Namun kali ini, tampaknya ia pun tak berhasil lolos.Apa yang tersembunyi di balik sosok Anastasia ternyata jauh lebih menakutkan dari yang pernah ia bayangkan. Orang yang mengatur semuanya di belakang layar, jelas bukan orang biasa.Punggung Adeline seketika diselimuti hawa dingin. Ia terlalu ceroboh, terlalu meremehkan segalanya.Penyesalan dan rasa bersalah tidak akan menyelesaikan apa pun. Sekarang, hal paling penting adalah menemukan Brilliant dan memastikan ia baik-baik saja.Adeline berusaha menenangkan diri, menarik napas dalam, lalu menekan

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 160 Jangan Lagi Membahas Soal Anastasia

    Jawaban itu selama Leo tak bersuara, maka tetap menjadi teka-teki tanpa ujung.Dan sama misteriusnya adalah kondisi kesehatan Anastasia. Sejak kembali ke negri sendiri, perkembangannya tak pernah lagi sebaik saat masih dirawat di luar negeri.“Dokter Richard, jadi sekarang kita hanya bisa menunggu begini saja?” tanya Adeline, suaranya dipenuhi kegelisahan yang sulit disembunyikan.Meski Adeline tak menaruh harapan bahwa kebangkitan Anastasia akan menyibak kebenaran demi dirinya, tapi setidaknya, ia berharap Anastasia bisa membaik, menjadi seperti orang normal pada umumnya.“Untuk saat ini, ya, hanya bisa menunggu. Kecuali… ada sesuatu yang bisa menggugah kesadarannya,” jawab Dokter Richard dengan ekspresi penuh penyesalan.Pemulihan Anastasia juga merupakan bagian dari proyek penelitian milik Richard. Jika keadaannya tak menunjukkan perkembangan apa pun, itu bukan hanya pertanda kegagalan pribadi, tapi juga akan membuat proyeknya dihentikan.Kesepakatan antara dirinya dan Leo menyebutk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status