Home / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 292 Melindunginya adalah Pilihan Pribadinya

Share

Bab 292 Melindunginya adalah Pilihan Pribadinya

Author: Jovita Tantono
Adeline tersenyum dingin. “Pak Leo, kalau saya memilih pekerjaan, yang saya lihat bukan uang, melainkan bosnya.”

Kalimat itu menancap tajam, penuh sindiran.

Leo dengan sengaja membiarkan matanya berkedip, seolah-olah tersirat luka. “Di matamu, aku memang begitu buruk? Bahkan kalah dibanding Ken?”

Adeline menatapnya lurus, tanpa menghindar. “Apakah kau kalah atau tidak, bukankah Pak Leo sendiri yang paling tahu jawabannya?”

Keduanya saling bertatapan sejenak. Udara seakan mengeras, menahan napas.

Lalu Leo tiba-tiba tersenyum. Senyum itu samar, dengan sedikit nada menyindir dirinya sendiri. “Benar juga. Aku memang bukan bos yang baik.”

Ia melangkah mundur satu langkah, memberi jalan di depan pintu. “Cepatlah beristirahat.”

Adeline tidak menyangka ia akan berhenti memaksa sedemikian mudah. Ia sempat tertegun, barulah mendorong pintu dan masuk ke dalam.

Saat menutup pintu, dari celah yang menyempit, ia masih sempat melihat Leo berdiri di lorong. Cahaya lampu memanjangkan bayangannya, menyi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 293 Bahkan Plester pun Tak Seberapa Lengket Dibanding Dirinya

    Pepatah ‘Tamak haloba’ seolah diciptakan khusus untuk Leo.Adeline sama sekali tidak mau menuruti permainannya. Setelah merapikan kotak obat, ia menatapnya dari atas dengan nada tegas. “Leo, apa ini yang namanya mau berbuat licik?”“Bagaimana bisa disebut licik?” Leo miringkan kepala, jemari mengetuk pelan sandaran sofa. “Ini namanya memanfaatkan hak istimewa seorang pasien luka.”Tiba-tiba, ia mengulurkan tangan, menangkap pergelangan Adeline, dan dengan satu tarikan ringan...Tanpa persiapan apapun dari Adeline. Adeline pun terjatuh tepat di pangkuannya.“Leo!” Adeline buru-buru berusaha bangkit, namun pinggangnya telah terkunci erat dalam lingkaran lengannya.“Shhh...” Leo mendekat ke telinganya, napas hangatnya menyapu lembut cuping telinga peka itu. “Tenang saja, biarkan aku memelukmu sebentar… hanya sebentar saja.”Tubuh Adeline seketika menegang.Ia bisa jelas merasakan otot tegang di pahanya, serta… sesuatu yang perlahan bangkit di balik sana.“Kau…” ujung telinganya seketika m

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 292 Melindunginya adalah Pilihan Pribadinya

    Adeline tersenyum dingin. “Pak Leo, kalau saya memilih pekerjaan, yang saya lihat bukan uang, melainkan bosnya.”Kalimat itu menancap tajam, penuh sindiran.Leo dengan sengaja membiarkan matanya berkedip, seolah-olah tersirat luka. “Di matamu, aku memang begitu buruk? Bahkan kalah dibanding Ken?”Adeline menatapnya lurus, tanpa menghindar. “Apakah kau kalah atau tidak, bukankah Pak Leo sendiri yang paling tahu jawabannya?”Keduanya saling bertatapan sejenak. Udara seakan mengeras, menahan napas.Lalu Leo tiba-tiba tersenyum. Senyum itu samar, dengan sedikit nada menyindir dirinya sendiri. “Benar juga. Aku memang bukan bos yang baik.”Ia melangkah mundur satu langkah, memberi jalan di depan pintu. “Cepatlah beristirahat.”Adeline tidak menyangka ia akan berhenti memaksa sedemikian mudah. Ia sempat tertegun, barulah mendorong pintu dan masuk ke dalam.Saat menutup pintu, dari celah yang menyempit, ia masih sempat melihat Leo berdiri di lorong. Cahaya lampu memanjangkan bayangannya, menyi

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 291 Apakah Dia Bisa Merebut?

    Senyum di wajah Valencia mendadak membeku.Ucapan Stella memang terdengar sopan, tapi maksudnya jelas sekali, tamu sudah tak diinginkan. Sesuatu yang sama sekali tidak ia sangka.Bagaimanapun, ia merasa sudah melakukan sebuah “kebaikan”. Ternyata, kebaikan ini tidak akan mendapat balasan.“Benar kata Nyonya Brown.” Valencia cepat-cepat menyesuaikan ekspresi, sedikit membungkuk. “Kalau begitu, saya tak akan mengganggu lagi.”Saat berbalik, rasa tidak puas terselip sekejap di matanya, kenapa? Kenapa Adeline bisa membuat begitu banyak orang melindunginya?Stella memandangi punggung Valencia sampai pintu utama tertutup, baru ia menghela napas panjang. Ia menunduk, menatap putrinya yang masih tersedu di pelukannya, sorot matanya penuh ketidakberdayaan.“Ibu... perempuan bernama Adeline itu... dia...” Silvia masih terisak, kata-katanya tersendat-sendat.“Sudahlah, jangan bicara lagi.” Stella langsung memotong, lalu melambaikan tangan ke arah tangga. “Bu Rizka, bantu Nona kembali ke kamar unt

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 290 Mengadu Domba

    “Abangmu sangat menyayangimu, dia kan terkenal sebagai kakak yang gila memanjakan adiknya. Mana mungkin rela melihatmu menangis?” Valencia mengalihkan topik, juga sekaligus menjajaki.Begitu menyebut Leo, amarah Silvia kembali menyala. “Dia sudah gila! Demi menyenangkan Adeline, dia malah memaksa aku minta maaf pada Chelsea, si bodoh itu!”Sambil bicara, Silvia menoleh pada Valencia dan bertanya, “Ada rokok?”Valencia mengangkat alis. “Kamu masih terlalu muda…”Kalimatnya belum selesai, Silvia sudah menarik laci, mengambil sebungkus rokok dan menyalakan sebatang. “Chelsea itu apa sih! Cuma gara-gara dekat dengan Adeline sedikit, dia jadi besar kepala!”Valencia menatap gaya Silvia yang begitu lihai mengisap rokok, sorot matanya menyimpan kalkulasi. Ia lalu duduk di samping Silvia dan berbisik lembut, “Sebenarnya… aku juga tidak suka Adeline.”Silvia menoleh padanya. “Kenapa?”Tapi baru saja bertanya, ia sendiri sudah menemukan jawabannya. “Adeline jelas tidak pantas untuk kakakku.”“Di

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 289 Pertemuan yang Penuh Muslihat

    Silvia berlari keluar dari Golden Age Club, kakinya terpeleset di tangga marmer hampir jatuh.Ia terhuyung-huyung berdiri lagi, air mata membuat pandangannya kabur.Angin malam meniup rambut ikal yang tadi ditata dengan sempurna, riasan di wajahnya pun sudah luntur oleh tangis.“Leo! Aku benci kau!” teriaknya ke arah pintu klub, suaranya serak, nyaris tak bersuara.Beberapa pejalan kaki melirik heran, Silvia balik menatap mereka dengan garang.“Apa lihat-lihat! Belum pernah lihat cewek cantik nangis?!”Ia berjalan sempoyongan ke depan, sama sekali tidak sadar ada orang di depannya.Di tikungan, tubuhnya keras menabrak sesuatu yang lembut.Keduanya sama-sama terkejut, Silvia malah jatuh ke tanah, lututnya panas perih terbentur keras.“Tidak punya mata...” ia mendongak hendak memaki, tapi tatapannya bertemu dengan sepasang mata penuh perhatian.“Kau baik-baik saja?” Suara lembut, tangan hangat terulur padanya.Silvia baru sadar, di depannya berdiri seorang wanita muda dengan balutan tren

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 288 Biarkan Dia Membalas

    Suasana di dalam ruang VIP mendadak sunyi senyap, seolah mati.George menghirup napas dingin, refleks melirik Federick.Jari pria itu hanya sedikit bergerak, cerutu di tangannya langsung retak terhimpit. Ekspresinya tetap tenang, tapi hawa yang menyebar membuat bulu kuduk berdiri.“Silvia!” George jadi panik. “Cepat minta maaf pada kakak Federick! Nanti kau juga harus minta maaf ke Chelsea, setelah itu anggap semua selesai!”Begitu kalimat itu meluncur, Federick dan Leo sama-sama menoleh padanya.Tatapan keduanya membuat George langsung merinding, baru sadar kalau dia ikut campur terlalu jauh.“Aku… aku kebanyakan omong.” George menampar mulutnya sendiri, lalu buru-buru mundur dan menyempil duduk di sudut.Federick akhirnya buka suara, datar dan rendah, “Karena menghargai kakakmu.”Sambil bicara, ia meletakkan cerutu di meja. Suaranya tetap tenang, tapi penuh tekanan, “Mintalah maaf pada Chelsea. Dan bagaimana dia dipukul, biarkan dia membalas dengan cara yang sama.”“Mengapa aku harus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status