Share

Punya Suami Tapi Berasa Jomblo

Author: Ayuraa
last update Last Updated: 2024-12-20 15:25:26

Meskipun memiliki suami yang kurang perhatian kepadanya, namun Sarah bersyukur karena memiliki mertua yang baik dan menyayanginya.

"Oh iya, Nak, tadi Aris mencari mu. Katanya sih dia lagi kurang enak badan, minta di kerok dan di pijit. Lebih baik kamu segera temui dia ya!"

"Baik, Pak. Kalau begitu Sarah permisi dulu ya."

"Iya Sarah sayang. Sekali lagi makasih banyak ya, Nak!" Saking bahagianya hari ini, Bu Susi sampai tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.

"Iya Bu, sama-sama." Sarah menyahuti dengan senyuman manisnya.

Wanita cantik itu melenggang menaiki deretan anak tangga menuju ke kamar dengan membawa beberapa bingkisan di kedua tangannya.

Ceklek..

Sarah membuka pintu kamarnya, di atas tempat tidur tidak ada siapapun.

"Mas.. kamu dimana?" Setelah menutup kembali pintu kamar, wanita itu melangkah kan kakinya mendekati ranjang.

Menaruh barang bawaannya di atas meja sembari terus mencari keberadaan suaminya.

"Ngapain cari aku? Udah happy-happy nya?!" ujar Aris yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Pria itu baru saja selesai mandi, ia keluar bertelanjang dada dengan hanya mengenakan kolor pendek saja, tangannya sibuk mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk.

"Udah, Mas. Baru aja sampe tadi," jawab Sarah dengan polosnya.

Meskipun raut wajah suaminya tidak enak di pandang dan terlihat kesal saat ia bertanya seperti itu, namun Sarah sama sekali tidak peduli. Mau Aris marah atau tidak, yang penting dirinya merasa senang.

Karena begitu lah yang selalu Aris lakukan kepadanya. Tidak peduli sang istri kesal, suka atau tidak, pria itu selalu saja bersikap dan berlaku sesuka hatinya.

"Kata bapak, kamu lagi gak enak badan? Ayo, katanya mau aku kerokin?" ucap Sarah dengan wajah yang santai.

"Gak jadi, aku udah sembuh," jawab Aris dengan jutek.

"Oh ya? Alhamdulillah, bagus lah. Aku seneng dengernya, Mas!" Kali ini, Sarah berbicara dengan di sertai senyuman yang lebar. Ia benar-benar merasa senang, karena suaminya itu tidak merepotkan seperti biasanya jika sakit.

Entah mengapa, setelah perkara kemarin, membuat perasaan Sarah kepada Aris jadi sedikit berubah.

Sudah dua hari ini, perhatian dan pedulinya sudah tidak seperti dulu lagi. Mungkin itu adalah cara dia untuk menghindari diri dari sakit hati.

"Aku gak masak sore ini, jadi aku beli makanan dari luar. Ini!" Sarah menunjukan makanan yang ia beli, berharap agar suaminya itu antusias untuk memakan nya.

"Aku gak laper. Ngapain juga kamu belanja sebanyak itu? Traktir bapak dan ibu juga, lagi. Apa kamu tau, aku itu sudah cari uang?!"

"Loh, bukannya aku memakai jatah uangku sendiri tanpa minta lagi ke kamu? Terus, kenapa kamu kayak keberatan begitu? Lagipula baru kali ini aku belanja untuk menyenangkan diri aku. Dan memberikan sedikit hadiah untuk bapak dan ibu, apa salahnya?"

"Halah.. udah lah, terserah apa maumu. Memang sulit nasehati orang keras kepala seperti kamu!"

"Kamu kenapa sih kok jadi marah-marah terus ke aku? Lagi ribut sama selingkuhan mu ya? Kok aku yang jadi pelampiasannya?" cecar Sarah dengan beraninya.

"Apa sih kamu ini? Cukup menuduh aku selingkuh!" sentak Aris.

"Berburuk sangka terus kamu ya sama suami!" sambungnya.

"Bukannya mau berburuk sangka, Mas. Aku cuma curiga aja. Soalnya sikap kamu tuh kayak para suami yang lagi selingkuh, di sinetron itu."

"Cukup ya! Aku tuh kesel tau gak sama kamu? Kmu ngapain sih pake cerita ke ibu segala kalo aku belum melakukan kewajiban ku sebagai seorang suami seutuhnya untuk kamu?!" Aris yang merasa kesal, memarahi istrinya.

"Aku terpaksa cerita semuanya, Mas. Itu karena ibu selalu mendesak aku agar bisa secepatnya memberikan cucu. Bagaimana mau kasih cucu untuk mereka, kalau kamu sendiri aja gak mau melakukan itu sama aku?!" jawab Sarah.

"Ya tapi kan kamu gak harus jujur juga dong ke ibu. Kamu kasih alasan apa kek, yang masuk akal."

"Aku gak mau berbohong menutupi semuanya dan membuat kedua orang tuamu berharap, Mas."

Aris mengacak-acak rambutnya, setelah selesai berpakaian, pria itu melemparkan handuknya di atas tempat tidur dan pergi meninggalkan Sarah.

"Kamu mau kemana? Mau pergi! Bosan aku di rumah, ribut.. terus sama kamu!" sahut Aris yang sudah keluar dari kamar.

"Begini ya rasanya menjadi istri yang tidak inginkan oleh suami sendiri? Apapun yang aku lakukan selalu salah di mata nya!" ucap Sarah. Wanita itu meraih handuk basah yang berada di atas kasur dan menaruhnya di keranjang.

Perasaan Sarah semakin tidak nyaman, ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan membuka pencarian bagaimana ciri-ciri suami yang memiliki selingkuhan.

Setelah membaca semua ciri-ciri yang ada, perasaannya campur aduk, antara kesal, sedih dan juga bingung harus berbuat apa.

"Semua ciri-ciri ini, ada pada Mas Aris," ucapnya sembari meremas seprei dengan kuat.

**

Malam ini adalah malam minggu, sebagai seorang istri, Sarah tentu sangat berharap jika suaminya itu mau mengajaknya jalan-jalan atau makan di luar seperti pasangan yang lain.

Namun itu hanyalah sebatas harapan Sarah saja. Karena selama ini bersama, Aris selalu saja punya alasan agar ia pergi dari rumah tanpa Sarah yang ikut serta dengan nya.

Entah itu ada meeting, ngumpul dengan teman-teman lama dan kepentingan lainnya.

Selama ini juga, Sarah tidak pernah protes, ia selalu bersabar dan menerima saja. Memaklumi semua kesibukan suaminya.

"Setiap hari aku selalu merasa bosan. Punya suami, tapi berasa kayak jomblo. Apa aku hubungi Ita aja kali ya? Ajak dia ketemuan dan nongkrong bareng. Rasanya kangen juga karena udah satu bulan ini gak ketemu. Kira-kira.. dia sibuk gak ya?"

Ita adalah sahabat Sarah dari kecil. Sarah sudah tidak mempunyai keluarga lagi, Ita lah yang selalu ada untuknya selama ini.

Apapun masalah Sarah, Ita pasti tahu. Begitupun sebaliknya. Persahabatan yang sudah terjalin lama, membuat mereka seperti keluarga.

Sarah pun mencoba menghubungi nomor Ita, tidak menunggu lama, telepon nya mendapatkan jawaban.

"Halo, Ta. Kamu lagi ngapain? Aku ganggu kamu gak?" tanya Sarah.

"Aku lagi siap-siap mau keluar sih, Rah. Kenapa emangnya?"

"Oh kamu mau keluar juga ya? Niatnya aku mau ajak kamu nongkrong di cafe biasa, ya malam mingguan. Soalnya aku bosan di rumah."

"Kamu ini kayak gak punya suami aja deh. Ajak lah suami kamu jalan-jalan, ya itung-itung pacaran, berduaan. Masa iya ada suami kamu malah bingung mau keluar sama siapa."

"Ya kamu kan tau sendiri suami aku gimana, Ta. Dia itu selalu sibuk, gak ada waktu untuk nemenin aku. Ya meskipun cuma sekedar ngopi atau makan di luar."

"Hahaha, kasian banget sih kamu, Rah. Yang sabar ya, mungkin Mas Aris memang lagi banyak keperluan maka nya belum ada waktu buat kamu."

"Maaf ya, karena sekarang aku juga gak bisa nemenin kamu, soalnya aku udah ada janji juga. Kalo besok aja gimana?"

"Yaudah gak papa, besok ya! Jangan sampe lupa!"

"Okeii."

Setelah menutup teleponnya, Sarah pun melemparkan ponselnya dengan asal. Ia merebahkan tubuhnya yang terasa lesu di atas kasur.

"Beruntung banget ya jadi Ita, dia pasti sekarang mau pergi sama suami dan teman-temannya yang lain. Ita kan orangnya humble, dia pasti banyak temen nya, gak kayak aku."

Lagi dan lagi, Sarah hanya bisa menikmati rasa sepi nya. Tidak ingin berlama-lama merasa kesepian, ia pun memilih untuk tidur dengan cepat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puri Yana
ngk puas,buka konci segala
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sarah Salah Paham

    "Bu, lagi ngapain sih di depan pintu kamar Aris dan Sinta? Ibu lagi nguping mereka?!" Pak Bambang tiba-tiba saja mengejutkan Bu Susi yang sedari tadi sedang asik mendengarkan pertengkaran anak sam menantunya dari kamar tersebut. "Aduh, Pak, ngagetin Ibu aja deh!" ucap Bu Susi sembari mengelus-elus dadanya. "Lagian Ibu ini kurang kerjaan banget sih berdiri di sini! Katanya mau siap-siap untuk masak makan malam? Dari tadi Bapak pikir udah lagi sibuk di dapur, taunya malah kepo sama urusan anak dan menantunya. Gak baik loh, Bu, menguping pembicaraan orang lain. Telinga Ibu bisa di tusuk sama besi panas di akhirat nanti!" Mata Bu Susi langsung terbelalak saat mendengar ucapan suaminya, "astaghfirullahal'adzim, Pak! Kok Bapak tega sih nyumpahin Ibu begitu!" "Loh, Bapak itu ngingetin Ibu, bukan nyumpahin. Udah ayo cepat masak ah! Jangan nguping-nguping lagi!" Pak Bambang menarik lengan Bu Susi untuk menjauh dari kamar putranya. Pak Bambang mengambil air dari dispenser, kemudian meminum

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Dan Sinta Ribut

    Cklek.. Aris membuka pintu kamar, saat itu juga, Sinta langsung menatapnya dengan tatapan sinis dan setajam silet. "Dari mana aja kamu, Mas? Baru ingat, kalo punya istri lain selain Sarah?!" sindirnya. Aris berjalan mendekat dan duduk di atas tempat tidur. "Kamu ini kenapa sensi terus sih? Dari siang, aku kamu marahin terus. Apa kamu gak capek hari ini marah-marah mulu?" tanya Aris dengan lembut. "Ya gimana aku gak marah sama kamu? Kamu itu sadar gak sih, kalo itu bikin aku kesal dan cemburu?!" ucap Sinta dengan wajah yang cemberut. "Apalagi tadi, kamu cuma diam aja saat ibu memarahi aku!" sambungnya. "Iya-iya aku minta maaf, Sayang. Soalnya aku bingung harus gimana, di tambah lagi aku juga kesel karena kamu naro garam banyak di jus yang aku minum, tenggorokan aku sampe sakit loh!" "Salah kamu sendiri lah, itu kan jus yang seharusnya di minum sama Sarah! Kenapa kamu mau-mau aja tuker minuman kamu sama minuman punya Sarah?! Karena itu, rencana aku jadi gagal deh!" omel Sinta.

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Sudah Benar-Benar Mencintai Sarah?!

    "Kamar ini adalah milikku, hak aku, aku yang lebih dulu menempatinya. Jadi aku gak akan mau memberikannya kepada Sinta. Ingat janji kamu ke aku, bahwa kamu akan bersikap adil kepada aku dan istri barumu itu!" lanjutnya. Mendengar semua ucapan Sarah, Aris manggut-manggut. Pria itu mengelus-elus tangan Sarah, menenangkan nya supaya Sarah tidak marah. "Iya-iya, aku gak akan memaksa kamu kok. Kalau memang kamu gak mau kasih kamar ini buat Sinta, yaudah gak papa. Nanti biar aku bicara sama dia. Aku gak mau kalo kamu sampe mikir bahwa aku gak sayang sama kamu karena aku lebih mementingkan keinginan dia daripada menjaga perasaan kamu," ujar Aris sembari tersenyum. "Bagus deh kalau begitu," ucap Sarah. "Yaudah gih sekarang kamu temuin Sinta, bilang ke dia kalo aku gak mau menuruti keinginannya!" "Gampang lah, bisa nanti. Lagian kamu gak kangen sama aku, apa?" "Bukan nya gak kangen, Mas. Cuma kalo kamu di sini terus dan ngebiarin Sinta sendirian di kamar, kan aku jadi gak enak s

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Bertukar Kamar Denganku?

    Bu Susi dan Pak Bambang geleng-geleng kepala melihat ulah Sinta yang baru setengah hari resmi menjadi menantu mereka."Lihat tuh, Ris! Istri baru kamu, belum genap sehari tinggal di rumah ini, sdah bikin masalah aja dengan Sarah!" ujar Bu Susi."Lagian Ibu sih, ngapain coba banding-bandingkan Sinta dengan Sarah terus? Jadi Sinta merasa iri dan kesel deh sama Sarah. Coba aja kalo sikap Ibu itu adil kepada mereka berdua, Sinta pasti gak ada kepikiran buat ngisengin Sarah, Bu," sahut Aris."Kamu ini, istri gak benar masih aja di bela! Lagian kan Ibu itu cuma ngasih tau Sinta dan bicara apa adanya. Emang dianya aja yang punya hati busuk, iri dan dengki terhadap Sarah!""Benar kata Aris, Bu. Sebaiknya Ibu juga harus bisa menjaga perasaan Sinta, jangan selalu memojokkan dia dan membanding-bandingkan nya dengan Sarah. Bagaimanapun Sinta juga kan menantu Ibu, mereka berdua sama-sama istri sah nya Aris, jadi Ibu harus menyayangi mereka dan jangan membandingkan satu sama lain. Dengan begitu, me

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   1-0

    "Kenapa?" tanya Aris. "Mas, kayaknya lebih pekat punya kamu. Gimana kalo kita tukeran? Soalnya aku pengen punya kamu!" ucap Sarah dengan nada bicara yang manja. "Masa sih? Emangnya Sinta bikinnya gak sama?" tanya Aris. Sinta menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar suaminya itu tidak mau menukar gelasnya dengan gelas milik Sarah. "Sama aja kok, Mas," jawab Sinta. "Gak ada yang beda, jadi kamu gak perlu menukar minuman kamu dengan minuman Mas Aris, Sarah!" sambungnya Sinta. "Tuh, kata Sinta, minuman kita sama. Dia pasti bikinnya barengan sekalian, mana mungkin bikin satu persatu?" "Tapi tetep aja, Mas. Jus punya kamu pasti rasanya lebih enak, karena Sinta bikinnya penuh cinta. Kita tukeran ya! Masa sih soal minuman aja kamu gak mau ngalah sama aku? Katanya, kamu sayang sama aku?" cecar Sarah. Ia sengaja membuat madunya cemburu dan kepanasan. "Udahlah, Ris. Kalo memang jusnya sama aja, apa salahnya kamu menuruti permintaan Sarah? Kan rasanya juga gak akan berbeda, yang pent

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Membalas Sarah?

    "Lihat Sarah, dia baru pulang kerja. Sekarang cepat bikinkan minuman untuk Sarah, sekalian untuk Ibu, Bapak dan Aris juga. Kalo kamu mau, buat juga untuk kamu." "Bu, jangan begitu dong," tegur Pak Bambang. "Kenapasih, Pak? Bikin minum doang kan hanya pekerjaan yang mudah, Sinta tentu gak merasa keberatan dong. Biasanya juga Sarah selalu bikin kan minuman untuk kita, gak apa-apa." "Iya, Pak, gak papa kok. Ibu dan Bapak mau di buatkan minuman apa?" tanya Sinta. "Saya mau teh pake perasan lemon, jangan terlalu manis, dan jangan terlalu asam. Jadi, rasa gula dan perasan air lemon nya harus seimbang ya!" pinta Bu Susi. "Iya, Bu." "Kalo Bapak kopi aja, jangan terlalu pait ya, Sinta." "Baik, Pak." "Sarah, cepat pesan kamu mau di buatkan minuman apa sama adik madumu itu?" "Jus mangga aja. Kamu juga mau jus mangga kan, Mas?" ucap Sarah sembari menoleh ke arah Aris. Sinta menatap Aris, memberikan isyarat agar suaminya itu tidak mengiyakan ucapan Sarah. "Iya sudah cepat buatkan jus ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status