Share

Eps 7 : Tradisi Ner'iatu

Dalam acara makan itu ada tanggungjawab yang secara tak langsung diserahkan Hongli kepada Yuan. Tapi anehnya, sang pangeran malah sempat tersenyum licik mendengar semua perkataan Hongli barusan. Fengyin memperhatikan belahan jiwanya dengan seksama mengartikan semua makna yang tersirat dalam gerak-gerik milik Yuan, berusaha memahami apa yang sedang dipikirkannya.

“Nah, sekarang karena kau telah resmi menjadi bagian dari kami, kau harus belajar bagaimana cara hidup dengan gaya Ner’iatu.” Hongli menjelaskan dengan piring yang sudah kosong di tangan, “pertama, mengenai gaya bertarung dan bertahan hidup, aku akan mengajarimu cara bertarung seperti yang dilakukan Gao saat melawanmu tadi. Tapi pertama, kau harus punya pisau hitam dulu.”

“Di mana aku bisa mendapatkan pisau itu?”

Hongli menggeleng, “kau tidak akan mendapatkannya. Kau harus membuatnya.”

“Aku belum pernah menempa satu besi pun dalam hidupku.”

“Tenang saja, Doanghai adalah salah satu pandai besi terbaik di sini. Dia bisa mengajarimu.”

“Siapa itu Doanghai?”

Selesai makan mereka semua memutuskan untuk masuk ke bagian goa yang lebih dalam lagi. Dengan bermodalkan obor sebagai penerangan, cahayanya memberikan kemilau memantul dari batu-batu hijau yang berserakan di sepanjang jalan. Udara di tempat ini jauh lebih sedikit.

“Kemana kita akan pergi?” Tanya Fengyin.

“Kita akan pergi ke Tanur, tempat pengolahan logam Kraiman. Ini adalah logam terkeras yang ada di bumi. Enam kali lebih keras daripada titanium. Menempanya pun tidak bisa menggunakan api biasa, harus menggunakan api dari magma bumi.”

Sekitar lima belas menit kemudian mereka tiba di tempat yang bertemperatur tinggi. Aura merah dari nyala api mengaung ke seluruh ruangan khusus penempa besi. Aliran magma yang bersemayam di dalam perut vulkanik bergejolak penuh amarah, mengalir masuk ke dalam perangkat penampungan untuk dipakai sebagai pelunak besi.

Ada seorang lelaki muda yang sedikit lebih tua dari Yuan terlihat sedang mengoperasikan alat itu. Dia sedang menarik tuas besar. Tubuhnya mengkilap memantulkan cahaya merah dari cairan api karena keringat. 

“Hongli?” Katanya begitu melihat seorang wajah yang familiar, “aku tidak tahu kau akan mampir.”

“Aku sengaja membawa dua tamu kita untuk membuat senjata mereka sendiri. Bagaimana kabarmu Doanghai?”

Tapi lelaki itu tidak langsung hilang fokus kepada Yuan. Matanya berbinar seketika dengan senyum yang tiba-tiba merkah sangat lebar.

“Kau … kau adalah dia! Oh Tuhan aku tidak percaya akhirnya hari ini tiba juga. Hai, aku adalah Doanghai Dwei, suatu kehormatan bertemu denganmu, Saniyala.” Dia rukuk tepat di hadapan Yuan. 

Antusiasnya benar-benar di luar kendali sehingga menimbulkan rasa tak nyaman pada Fengyin. “Ada apa dengan orang ini?”

“Dia adalah ahli tempa besi terbaik kami. Dia bertugas di Tanur untuk memastikan alat ini beroperasi dengan baik. Dan seperti yang kau lihat, dia adalah salah sedikit orang yang percaya dengan ramalan itu. Sama sepertiku.”

“Sudah lama sekali aku ingin bertemu denganmu. Doaku kepada langit tidak pernah terputus menantikan seorang utusan yang akan menyelamatkan kami kelak dan membawa kami ke surga di permukaan. Aku ucapkan terima kasih yang terdalam telah bersedia menemui hamba di bawah sini, oh Saniyala yang agung.”

Yuan menatap dalam kepada mata hijau milik Doanghai sampai menimbulkan perasaan aneh campur aduk. Antara takut dan terkesima, seperti itulah perasaan Doanghai saat ini. Sementara pandangan Yuan berkata lain, dia melihat senar-senar yang keluar dari tubuh orang ini sangat terang. Hampir sama seperti milik Hongli, hanya saja lebih fleksibel dan tidak kaku.

Yuan kemudian tersenyum menepuk pundaknya, “Doanghai, aku bisa melihat ketulusanmu. Dari semua orang di sini, kau dan Hongli adalah satu-satunya orang yang percaya padaku. Hanya saja aku datang ke sini untuk mengambil pisauku.”

“Mengambil? Mungkin maksudmu menempa. Maaf Saniyala, sudah menjadi tradisi bagi setiap Ner’iatu untuk membuat pisau mereka sendiri. Pisau akan mengabdi dengan baik hanya kepada pembuatnya.” Doanghai menjelaskan.

Tapi Yuan seperti tidak setuju dengan semua itu. Dia menatap tajam Doanghai dan menggunakan kekuatannya, “kau akan membuatkan pisau untukku. Pisau terbaik dari semua pisau yang pernah kau buat, paham!”

Dada Doanghai berhenti berdegup untuk sesaat. Dentuman dari suara Yuan menggetarkan alam bawah sadarnya melayangkan perintah yang tak bisa ditolak. Bahkan Hongli sendiri sampai bungkam tak bisa berbuat apa-apa. Padahal jelas saat ini Yuan telah menyalahi tradisi Ner’iatu.

Doanghai mengambil batu hitam di salah satu tempat penyimpanan dan mulai menempanya. Suasana kembali menjadi berat. Hongli hanya bersandar di depan pintu memperhatikan Doanghai bekerja membuatkan pisau untuk Yuan. Nampak jelas ada ketidaksetujuan dalam ekspresinya.

Tapi Yuan seperti tidak peduli. Matanya nanar melihat setiap proses demi proses yang dilakukan oleh Doanghai dari awal sampai akhir pembuatan. Fengyin melihat kekasihnya kembali dengan mata sendu. Ada yang kekuatan yang tak dimengerti oleh gadis itu pada diri Yuan. Dan itu menimbulkan rasa khawatir di dalam dirinya.

“Doanghai.”

“Ya, Saniyala?”

“Berapa lama sampai pisauku selesai?”

“Harap bersabar, tidak mudah untuk melunakkan batu sekeras Kraiman. Saat ini batu itu sedang dilunakkan di dalam tungku besi ini. Butuh sekitar dua puluh menit. Harap bersabar, aku bisa melihat Kraimannya sudah mulai mencair.”

[Lemparkan batu hijau ke dalam tungku!]

Yuan melihat ada batu hijau seukuran telapak tangan di bawah kakinya. Semua mata kaget bukan main ketika melihat bocah itu melemparkannya ke dalam tungku besi yang sedang bergejolak.

“Apa yang kau lakukan?!” Hongli berteriak dari kejauhan.

“Saniyala! Kau harusnya tidak memasukkan batu hijau itu ke dalam sana.” Doanghai coba mengeluarkan batu itu menggunakan tongkat besi.

Terlambat. Batu hijau itu telah meleleh bercampur dengan batu Kraiman. Cahaya hijau menyeruak keluar dari tungku bersama dengan kilatan listrik kecil. Tak lama kemudian tungku itu meledak menggetarkan seluruh ruangan. Perangkat Tanur lainnya sampai rusak mengeluarkan asap mengepul di udara. Untunglah penampung magma cair yang bergejolak tidak pecah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status