Yuan coba membaca surat yang ada di tangan pamannya. Bunyinya:“Jika kau mau anak dan istrimu selamat, temui kami di balai kota distrik Qingchong. Bawa tiga orang terbaik bersamamu. Kami akan menyambut kalian.Tertanda: Xu Yanzhi.”Semua orang sepakat siapa yang harus pergi ke tempat itu malam ini. Xueyi, Yuan dan Hongli.Ketiganya tanpa pikir panjang berlari menuju tempat yang dijanjikan dalam gelap malam. Sementara Tangfei dan yang lainnya mengawasi dari kejauhan.Begitu tiba, empat prajurit sudah menunggu di pintu masuk.. Xueyi langsung disambut oleh Xu Yanzhi.“Selamat datang, wahai samurai dan kawan-kawan. Akhirnya kau datang.”“Dimana anak dan istriku?”Pria berpakaian emas itu menggeser diri dari pintu, memperlihatkan pemandangan mengerikan di dalam ruangan Lian dan dua anaknya sedang diikat pada sebuah tiang. Mulut mereka disumpal dengan kain yang membuat mereka tak bisa berbicara.Teriakan mereka tak terdengar, tapi ekspresi mereka menunjukkan ketakutan.Xueyi mengerang pelan
Pada keesokan harinya, sebuah rombongan prajurit Wuyan berjajar rapi di jalanan berbatu yang menuju ke Bing Qing. Matahari pagi memancarkan cahaya keemasan, menyinari kereta yang diangkut oleh dua kuda hitam berkilat. Kereta itu terlihat megah dengan ukiran-ukiran rumit pada kayunya dan hiasan bendera kebesaran Wuyan yang berkibar anggun di sepanjang jalan. Semua prajurit, mengenakan armor logam berwarna hijau yang mengkilap, meningkatkan kewaspadaan di atas kuda mereka, berbaris dengan disiplin menuju kerajaan dagang internasional. Ternyata, rumor mengenai Kaisar Wuyan hendak berkunjung ke Bing Qing bukanlah isapan jempol belaka. Kereta yang diangkut oleh dua kuda berwarna hitam pekat itu bergerak dengan tenang, roda kereta yang terbuat dari kayu kokoh berderak lembut di atas jalan yang ditutupi lapisan debu halus. Di dalam kereta, sosok yang sangat penting sedang berada, menambah aura misterius pada perjalanan tersebut.Yuan dan kawan-kawan sedang bersembunyi di dalam hutan jauh d
Malam hari yang gelap, memancarkan hawa dingin dari rembulan biru tertutup setengah paras oleh awan. Distrik Qingchong menjadi sunyi dan sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan sosial. Yuan dan kawan-kawan menyelinap dari satu tempat ke tempat lain dalam bayangan kegelapan. Mereka bertujuh berusaha berkamuflase sebisa mungkin agar tak ketahuan oleh siapapun, terutama oleh mereka para prajurit yang sedang berpatroli.“Kalian mencium sesuatu?” Tanya Tangfei pada yang lain.“Iya, ini bau bensin. Pastinya bukan cuma aku yang mencium ini dari tadi di sepanjang jalan.” Jelas Hongli.“Hati-hati saja jangan sampai ketahuan oleh para pasukan yang sedang berjaga,” kata Yuan.Mereka melanjutkan merayap menyusuri kegelapan di belakang bangunan distrik Qingchong. Makin lama bau bensin kian menyengat, namun hidup mereka semua perlahan bisa beradaptasi. Bau bensin ini sudah tidak mengganggu bagi hidung mereka lagi.Dalam jarak seratus meter lebih, balai kota tempat di mana anak dan istri milik Xueyi d
Untuk beberapa hari ke depan cerita ini akan berhenti update untuk sementara dikarenakan akan ada perbaikan alur cerita.Begitu semuanya sudah diperbaiki, ceritanya akan kembali berlanjut.Pantengin terus ya :D
Phrash!Yuan menyaksikan bagaimana kepala sang ayah, Raja kerajaan Qingce, ditebas dan kemudian menggelinding ke kakinya. Pria muda itu mematung, tidak menyangka bahwa pembawa pesan dari kekaisaran lain yang mereka undang untuk hadir di hari penobatannya sebagai putra mahkota justru membunuh sang Raja tepat di hadapan semua tamu undangan. Bahkan teriak saja ia tak bisa saking terkejutnya dengan apa yang baru saja terjadi.Tidak ada yang berkedip, apalagi setelah menebas kepala sang Raja, si pembawa pesan berbalik pada Yuan.“Lihatlah keluar istana,” ucapnya sembari menodongkan pedang berlumur darah itu pada Yuan. “Ada hadiah yang menanti kalian!” Kemudian, dia menusuk jantungnya sendiri tak lama kemudian.Kini ada dua tubuh tak bernyawa tergeletak di depan podium. Tepat ketika itu, tiba-tiba terdengar suara dentuman di luar istana.Baru setelahnya, semua orang berlari tunggang-langgang keluar pintu istana sembari berteriak ketakutan. Namun, sayangnya, ketika keluar, sudah ada pul
“Yuan, aku mohon bangunlah!”Remaja laki-laki itu samar-samar mendengar suara Fengyin, gadis yang merupakan tunangannya. Yuan bisa merasakan tubuhnya yang kaku diguncangkan, tapi dirinya tidak dapat memaksakan kesadarannya untuk pulih.“Hanya kau yang kupunya sekarang, Yuan. Bangunlah .…” Permohonan gadis itu terdengar menyayat hati.Namun, ada suara yang lebih keras dalam kepalanya, mengalahkan tangisan Fengyin.[Yuan Qiancheng.]“Siapa?”[Amarahmu bisa kami rasakan dengan jelas. Keluargamu, rakyatmu, kerajaanmu telah musnah.]Tiba-tiba Yuan merasakan kemarahannya makin membuncah.[Apakah kau ingin membalas dendam?][Apakah kebencianmu cukup besar untuk membalas orang yang telah merenggut rumahmu?]“Sampai mati, bahkan sekalipun aku telah mati, aku akan bangkit dari neraka dan menyeret mereka bersamaku dalam kesengsaraan abadi!”[Bagus.][Bagus sekali ….]“Aku ingin kekuatan. Aku ingin membayar kematian orang-orangku!”[Kau akan kami bimbing. Amarahmu akan mengguncangkan dunia. Peran
Apa maksudnya … utusan surga?Namun, Yuan tidak sempat mempertanyakan hal tersebut.Dirinya dan Fengyin dibawa ke sebuah ruangan. Di sana tampak orang-orang berkulit merah yang jumlahnya sangat banyak, mungkin ada sekitar dua ratus orang di sana. Semuanya memiliki pisau hitam yang tersemat pada pinggang masing-masing sebagai senjata. Ruangannya sendiri lebih luas dibandingkan aula pesta di istana Yuan, yang kurang lebih seukuran lapangan sepak bola.Mungkin ada sekitar dua ratus orang di sana. Melihat Yuan dan Fengyin datang, masing-masing dari mereka memasang ekspresi campur aduk. Ada yang takut, bingung, tapi ada juga yang tampak tengah bersukacita dan bahagia.Dalam pandangan Yuan sendiri, ia tidak menilai dari wajah mereka, melainkan dari senar-senar tipis yang keluar dari tubuh mereka seperti cacing yang menari-nari di udara. “Sebenarnya senar apakah itu? Kenapa aku bisa mengetahui emosi mereka sebenarnya?” pikir Yuan.Hongli menggiring mereka berdua ke salah satu ruangan bert
Gao melesat dengan kelajuan tak normal sembari menghunuskan pisau menuju perut Yuan. Walau gerakannya sangat cepat, bocah itu bisa melihat jelas kemana tujuan pisau milik lawannya hendak mendarat. Dengan lembut dia menghindar ke kanan.Tikaman Gao meleset, Yuan langsung melesatkan pukulan ke bibir lawan menggunakan gagang pisau miliknya. Gao mundur dua langkah menerima pukulan telak. Dia melemparkan sesuatu dari mulutnya, yaitu sebilah gigi depan. Mulutnya berdarah.“Kurang ajar kau bocah sialan!” Hongli dan para Ner’iatu yang lain tertawa terbahak-bahak melihat Gao nyengir dengan gigi ompong.Amarah mengambil alih tubuh Gao. Dengan lincah dia melancarkan tusukan dengan membabi buta. Serangan demi serangan dia lancarkan dengan niat ingin membunuh. Anehnya tak satupun dari serangan miliknya mengenai lawan.Gao mulai jengah dengan permainan serang dan menghindar ini. Dia berteriak sambil melompat ke tepi arena.“Kali ini aku akan benar-benar menghabisimu!” Gao kembali berlari dalam kece