Share

Ajaran Pengintai

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2023-04-06 09:08:36

Di dalam Padepokan Nagendra, terdapat sejumlah ajaran bela diri yang sangat menjunjung tinggi ilmu bertarung serta Padepokan Nagendra itu sendiri.

Lalu ada enam ajaran yang menjadi dasar Padepokan Nagendra. Ada Ajaran Pedang, Ajaran Api, Ajaran Ramuan, Ajaran Sihir, Ajaran Suara dan Ajaran Pengintai.

Pemimpin Padepokan Nagendra menyambut banyak gadis perawan dari enam ajaran tersebut. Dan terjalinlah kesepakatan untuk melahirkan keturunan.

Keturunan pemimpin dari setiap ajaran, akan tumbuh di keluarga sang ibu dan memiliki hak menjadi calon pemimpin di setiap ajarannya. Nantinya, mereka akan masuk ke dalam akademi Padepokan Nagendra saat cukup umur.

Akademi itu di buka setiap 10 tahun sekali, dan selalu di pimpin oleh para empu dari padepokan Nagendra.

Tujuannya adalah untuk mempertandingkan para calon pendekar baru dari setiap ajaran, dan meningkatkan kemampuan bela diri hingga tahap akhir.

Tidak hanya pemimpin dan calon pemimpin dari setiap ajaran yang boleh mengikuti akademi ini, karena semua rakyat dapat mengikutinya.

Walaupun, ada saatnya persaingan di dalam akademi terasa begitu ketat di rasakan oleh semua muridnya. Yaitu, saat pemimpin dan calon pemimpin dari enam ajaran ikut masuk ke dalam akademi dengan kemampuan yang sangat jauh dari rakyat biasa.

Mereka menyebut akademi di masa itu dengan sebutan 'Perebutan Pemimpin Enam Ajaran'.

***

Di tempat lain, tepatnya di sanggar pemimpin Ajaran Pengintai yang terletak di bagian selatan Padepokan Nagendra.

Tampak salah seorang pria berpakaian serba hitam dan bertopeng, sedang bersimpuh di bawah seorang pria muda yang sedang berdiri membelakanginya.

Pria bertopeng itu tampak takut dengan tubuh bergetar. Walaupun, wajahnya tidak terlihat karena tertutupi topeng. Tangannya berkeringat dingin, karena harus menyampaikan berita buruk itu kepada tuannya.

"Maaf Tuan," ucap pria bertopeng. "Pasukan kita gagal melakukan misi. Bahkan, sepuluh orang utama ditemukan dengan tubuh yang tercabik-cabik."

"Aku hanya menyuruhmu untuk membunuh satu orang tidak berguna, tapi sepuluh orang itu mati?... Hah, kau pikir itu masuk akal?" tanya pria muda itu dengan nada tinggi tanpa bergerak sedikitpun.

"Sepertinya ada seorang empu yang ikut campur dan membantunya, Pangeran Catra," ucap pria bertopeng itu memberi penjelasan.

"Siapa yang menyuruhmu mencari alasan?!" teriak Catra marah, sambil berbalik badan dan melototkan matanya ke arah pria bertopeng itu.

"Ma-maafkan saya, Pangeran Catra," ucap pria bertopeng dengan suara tercekat.

"Pergilah! Sebelum aku membunuhmu dengan tanganku sendiri!" teriak Catra yang langsung di respon oleh pria bertopeng itu. Dia meninggalkan ruangan sang pangeran dengan tergesa.

Setelah kepergian salah satu anak buahnya, Catra tampak berpikir dengan keras. Dia benar-benar tidak menyangka, rencana yang dia buat setelah sekian lama gagal begitu saja.

Padahal, dia yakin jika Pandya tidak memiliki kekuatan sama sekali. Setelah dia mengirim pasukannya untuk mengintai sanggar Ajaran Pedang selama berbulan-bulan.

Tidak ada laporan masuk kepada Catra yang mengatakan kalau Pandya belajar bela diri maupun tenaga dalam. Sehingga dia menjalankan misi itu sesuai rencanannya.

"Kupikir dia lemah karena bercampur darah rendahan, tapi ternyata dia menyembunyikan sesuatu," ucapnya pada diri sendiri sambil berjalan menuju singgasana miliknya.

Selama ini, Catra menjadi salah satu pewaris yang diremehkan selain Pandya. Karena tubuh pendek yang dimilikinya. Namun, setelah menjadi pemimpin Ajaran Pengintai, dia menjadi semakin terobsesi untuk mengalahkan calon pewaris yang lain.

Tapi, dia tahu jika dia melawan ajaran lain secara terang-terangan, itu akan membuat Ajaran Pengintai menjadi tidak aman. Maka dari itu, dia membuat rencana dan dimulai dengan menyingkirkan Pandya dan Ajaran Pedang.

Karena dia tahu kalau Ajaran Pedang tidak terlalu di pedulikan oleh ajaran lain. Bahkan, semua orang tahu kalau Pandya tidak memiliki ilmu tenaga dalam sama sekali.

Jadi, itu tidak menjadikannya ancaman bagi mereka. Sehingga, itu menjadi kesempatan bagi Catra bisa melenyapkan Pandya.

Namun, sekarang rencananya gagal begitu saja. Bahkan, dia harus kehilangan pasukan utama yang sudah dia latih secara khusus.

"Walau penjaganya sudah dikelabui, dan dapat diatasi dengan jumlah pasukan yang aku kirimkan, ternyata ada orang lain yang membantunya. Apakah itu ayah?" ucap Catra dengan wajah yang berkedut.

Dia benar-benar tidak terima, jika apa yang dipikirkannya benar terjadi. Karena, jika Pandya juga bisa bela diri, pada akhirnya dia harus mengalahkan kelima ajaran untuk dapat merebut posisi pewaris.

Padahal, tanpa Pandya pun dia masih belum menemukan cara untuk menghabisi calon pewaris dari empat ajaran lainnya.

"Sebenarnya aku tidak ingin mengotori tanganku...," ucap Catra sambil berdiri dari duduknya, dan berjalan ke arah jendela di ruangan itu. "Tapi sepertinya tidak ada jalan lain," ucap Cakra sambil mengepalkan tangannya.

Cakra mengeluarkan tenaga dalam yang dia miliki, yang membuat seluruh ruangan terasa penuh dengan tekanan tenaga dalam miliknya.

Untung saja, saat ini hanya ada Catra diruangan itu. Sehingga, tidak akan ada yang terluka akibat pancaran tenaga dalamnya miliknya.

Cakra menggertakkan giginya. "Akan aku bunuh kau dengan tanganku sendiri, saat kita ada di akademi! Tunggu aku, Pandya!"

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Darson Montoiyan
sial katanya masuk besok ni dah 2 hari ngga bisa masuk juga
goodnovel comment avatar
cross delena
ini novel paling mahal sy sdh habiskan uang 200rb beli koin tapi blm apa2.mending fizo novel g perlu koin.
goodnovel comment avatar
Nurul Samiah
bikin penasaran jadi kepikiran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sang Pewaris

    Ribuan aura berbentuk pedang itu langsung berjatuhan, dan menancap di tubuh semua pasukan beserta Tuan Huda. Tidak ada satu orangpun yang selamat dari pedang-pedang itu.Tuan Urdha yang melihat sang anak, merasa sangat bangga dengan kemampuan yang berhasil dicapainya. Dan dirinya menjadi paham, dengan alasan Pandya memintanya membuat perisai untuk dirinya beserta anak-anak dan para istrinya.Dan bertepatan saat Pandya mengeluarkan jurus itu, para saudaranya telah sadarkan diri setelah dibuat tidak sadarkan diri oleh sang ayah. Dan saat mereka melihat apa yang dilakukan oleh Pandya, mereka semua terdiam takjub dengan apa yang terlihat di depan mata.Tibra pun dalam hati akhirnya mengakui kekuatan Pandya dan kekalahannya. Seberapa keras dirinya berlatih selama ini, dan seberapa besar tuntutan yang harus diembannya, tidak membuat kekuatannya bisa bersaing dengan Pandya.Tibra beserta keempat saudara Pandya yang lain, hanya korban dari keegoisan dan keserakahan para orang-orang tua di seki

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Jurus Seribu Pedang

    Setelah berteriak dengan lantang, Tuan Huda semakin menggencarkan serangannya. Dia bahkan sudah merencanakan serangan, dengan bekerja sama dengan para pasukannya untuk membuat sebuah pola sihir tanpa disadari oleh Pandya.Pandya terus terdorong walaupun tanpa terluka, mengingat jumlah orang yang menyerangnya secara bersamaan bukan hanya puluhan orang—tapi bahkan ratusan orang. Puluhan orang berterbangan setelah satu serangan yang Pandya lakukan, namun puluhan lainnya ganti menyerangnya lagi. Dan itu terus berlanjut, karena sejak awal Tuan Huda merencanakan penyerangan saat Pandya sudah dalam keadaan kelelahan.Apalagi, saat ini tidak ada satu orang pun yang menolong Pandya. Sebenarnya Tuan Urdha yang masih ada di tempat itu berencana untuk keluar dari perisai yang dibuatnya, namun pikirannya itu langsung dihentikan oleh Pandya.‘Aku masih merasa aneh dengan keadaan ini!’ ucap Sakra dalam pikiran Pandya.‘Bukankah dengan ini kita jadi lebih bisa menyatu?!’ sahut Pandya dengan seringa

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Serangan Kedua

    SRIIING!Sebuah sihir kutukan yang ditujukan pada Pandya, berhasil ditangkis dengan perisai sihir yang dibuat oleh Sakra. Pandya yang melihat itu cukup terkejut, karena sejak tadi dirinya tidak melihat Sakra sama sekali dan tiba-tiba saja muncul dihadapannya.‘Sakra! Darimana saja kau?!’ tanya Pandya bersemangat dalam hati.‘Entahlah, sesuatu terjadi padaku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi!’ sahut Sakra dengan suara lirih.Pandya menatap pedang Sakra sekilas, sebelum dirinya kembali disibukkan dengan serangan-serangan yang semakin menjadi. Para pendekar, tetua dan bahkan pemimpin dari lima Ajaran menyerbu mereka secara bersamaan.WHUUUUSH!ZHIIIING!BLAAAAR!Pandya dan seluruh pengikutnya semakin terdorong, walaupun Tuan Agha sudah membantu sebagai perisai utama. Namun, dengan kekuatan dan jumlah yang dimiliki musuh jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengikut yang Tuan Urdha dan Pandya miliki. Belum lagi aliansi yang dimiliki saudara-saudaranya yang sudah memilik

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertempuran

    “Apa maksud, Pemimpin?!” tanya Tibra terkejut dengan ucapan Tuan Urdha.“Kau sama sekali tidak memperdulikan aku, tapi kau bersikap seolah ingin melindungiku! Apa kau pikir karena aku sudah tua jadi bisa kau bodohi?!” teriak Tuan Urdha yang terlihat kehabisan kesabarannya.Semua terdiam. Tidak ada yang berani menjawab, karena ruangan itu kini penuh sesak dengan tenaga dalam yang luar biasa besar yang dikeluarkan oleh Tuan Urdha. Namun, seperti ada isyarat khusus yang dimiliki oleh Tibra, para tetua yang berada di luar ruangan masuk secara bersamaan sambil menekan tenaga dalam yang besar itu.“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Tuan Huda marah, sambil melototkan mata tajam ke arah para tetua.“Maafkan kami, Pemimpin! Tapi, kami setuju dengan ucapan Pangeran Tibra! Jika perkamen itu tersebar, maka akan sangat banyak pemberontakan yang akan terjadi!” jawab salah satu tetua dengan kemampuan yang cukup hebat diantara yang lainnya.“Bukankah pemberontakan ini kalian yang buat?! Aku tidak mel

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menggagalkan Penyerbuan

    “Mereka membuat kesepakatan berlainan dari yang aku ajukan. Tapi, mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal dari perkamen itu,” jawab Tuan Huda sambil was-was dengan reaksi yang akan diberikan oleh Pandya.“Jadi, maksudmu mereka saat ini mulai mencoba mengambil alih kepemimpinan secara paksa?!” Pandya mulai meninggikan suara, sambil menahan amarahnya.“Bukan hanya padepokan, sanggar Klan milikmu juga mereka datangi saat mereka tahu kau sedang tidak ada di tempat!” tambah Tuan Huda yang membuat Pandya langsung membuka sub ruang yang dibuatnya, dan berlari meninggalkan ruangan itu dengan tergesa.Setelah mendapatkan seluruh senjatanya termasuk pedang Sakra, Pandya langsung menggunakan jurus meringankan tubuh miliknya dan melesat meninggalkan Padepokan Janardana dalam sekejap.WHUUUSH!Sakra yang langsung tahu apa yang terjadi dari pikiran Pandya, ikut merasakan amarah yang tidak jauh berbeda. Begitu pula Akandra, yang sejak tadi masih menunggu mereka di luar gerbang Padepok

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perbantuan Tanpa Tawaran

    “Aku yakin kau akan menggunakan ini untuk membuat kesepakatan dengan para saudaraku. Apa aku salah?!” tanya Pandya dengan santai.Tuan Huda tidak langsung menjawab. Dia cukup terkejut, karena tidak mengira jika pemimpin Padepokan Nagendra memberitahukan aibnya sendiri kepada seseorang.“Hahaha…, ternyata kau cukup cerdik, Nak! Tapi, kalau kau mengetahuinya, apa kau memiliki tawaran yang lebih baik untukku?!” tanya Tuan Huda setelah kembali tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Bukannya menjawab, Pandya kembali menggulung perkamen yang dibukanya tadi. Setelah memasukkan perkamen itu kembali ke balik jubahnya, dia mengeluarkan sebuah perkamen yang lain.“Sayangnya aku tidak memerlukan tawaran yang lebih baik, karena kau akan membantuku tanpa tawaran apapun!” jawab Pandya santai sambil memperlihatkan perkamen yang baru.Tuan Huda mengernyitkan dahinya, kemudian membaca isi perkamen yang baru saja dibuka oleh Pandya. Dan rasa terkejutnya semakin besar, saat melihat isi perkamen itu.“Ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status