Share

Kemampuan Menyalin

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2023-04-06 03:08:37

Pandya terlihat tampak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Karena, saat ini apa yang diucapkan terlihat dengan matanya.

Semua seperti terpindai dengan mata, dan memperlihatkan dimana saja letak titik aliran darah dan titik akupuntur itu berada dengan tulisan yang sangat jelas.

Awalnya, Pandya ragu dan mencoba untuk mengusap matanya. Namun, setelah itupun dia tetap dapat melihat tulisan-tulisan itu dengan sangat jelas.

"Ini bukannya curang?" tanya Pandya skeptis, "Aku tidak hanya menghapalnya, tapi juga bisa mengamatinya," ucap Pandya sambil tertawa sarkas.

'Jangan cepat senang, Pandya!' Sakra mengingatkan, 'Kamu masih belum tahu kekuatan itu sepenuhnya,' ucap Sakra mengingatkan.

Pandya menjadi semakin tertarik dengan kemampuan yang belum diketahuinya itu. Padahal, kemampuan menyerap ilmu sudah sangat luar biasa.

'Memang apa yang belum aku ketahui?' Pandya kembali antusias, 'Apakah kekuatan ini bisa jauh lebih hebat dari sekarang?'

'Tentu saja! Semua kekuatan yang aku berikan, hanya bisa kamu gunakan sesuai kekuatan yang kamu miliki,' jelas Sakra, 'Jadi, semakin kuat dirimu semakin kuat juga kemampuanmu.'

'Bukankah, katamu tenaga dalam yang kau berikan padaku sudah sangat hebat?' tanya Pandya penasaran. Sambil tangannya memainkan buku yang dia salin ilmunya tadi.

Sakra yang mendengar pertanyaan Pandya tidak menjawab, dan malah menertawakannya dengan keras.

'Hahahahahaha....'

Tawa Sakra sangat mengganggu dalam pikiran Pandya, membuatnya merasa lebih kesal. Dia hanya bisa berusaha untuk tidak menghiraukannya.

Pandya berdiri dari duduknya untuk mengembalikan buku yang diambilnya tadi ketempat asal. Kemudian, dia berjalan keluar perpustakaan.

Melihat cuaca yang sangat cerah membuat Pandya melupakan suara tawa Sakra yang masih belum berhenti.

'Memang kekuatanku sangat besar, tapi juga butuh usaha yang sangat besar untuk benar-benar menguasainya,' ucap Sakra setelah berhenti tertawa, 'Saat ini, kamu masih seperti cangkang kosong yang baru saja digunakan sebagai wadah. Jadi, wadah itu akan tetap menjadi wadah atau bisa berubah tergantung bagaimana usahamu untuk mengembangkannya.'

Penjelasan Sakra membuat Pandya paham. Memang tidak masuk akal jika dia bisa langsung menguasai segala hal sekaligus.

Bahkan, apa yang dia dapatkannya saat ini sudah sangat hebat. Padahal, untuk mendapatkan tenaga dalam saja membutuhkan waktu bertahun-tahun. Dan itupun belum tentu bisa sehebat ini.

'Namun, untuk saat ini kamu bisa mengembangkan kekuatan tadi,' tambah Sakra. 'Karena, dalam sebuah buku tidak mesti selalu benar. Kemampuan itu juga bisa mendeteksi kesalahan. Jadi, kamu akan mendapatkan ilmu yang lebih baik daripada yang tertulis di buku itu.'

Badan Pandya merinding saat mendengar penjelasan pedangnya itu. Dia tidak menyangka akan mendapatkan kemampuan sehebat itu.

Itu sama saja menjadi kelebihan dan keuntungan utama baginya. Dengan hanya mempelajari hal-hal yang sudah pasti benar, dia dapat mudah menguasainya.

'Lalu, apakah tenaga dalam milikku bisa lebih kuat lagi?' tanya Pandya kembali meyakinkan diri.

'Sepertinya kau tidak mendengarkan ceritaku sejak awal,' kesal Sakra, 'Apa kau lupa siapa dirimu?'

'Pemimpin Ajaran Pedang?' tanya Pandya ragu.

'Bukan itu Bodoh!' suara Sakra meninggi, 'Dari awal sudah aku katakan kalau kau adalah pemilik kekuatan leluhur bukan?'

'Iya. Lalu?' tanya Pandya dengan polosnya.

PLAK!

"AARGH... sakit!" rintih Pandya, 'Kenapa kau memukulku?'

'Agar kau sadar dan tidak menjadi bodoh,' kesal Sakra.

Pandya hanya mengusap-usap punggungnya yang masih sakit, setelah dipukul Sakra menggunakan tubuh pedangnya.

'Aku sudah mengatakan kalau leluhurmu adalah sang Pendekar Legenda,' jelas Sakra mulai menjelaskan, 'Dan kekuatan besar miliknya diturunkan kepada salah satu keturunannya. Pemilik kekuatan itu yang akan menjadi pemilikku.'

'Jadi, maksudmu aku pemilik kekuatan besar itu?' tanya Pandya skeptis. 'Tapi kenapa sejak kecil tubuhku lemah? Jika memang aku memiliki kekuatan sebesar itu?'

'Bagiamana kamu tidak lemah, jika kamu tidak mempelajari ilmu tenaga dalam sama sekali?' Sakra menjawab dengan pertanyaan. 'Selama ini bukan tubuhmu yang lemah. Tapi efek kekuatan besar yang tersimpan dalam tubuhmu. Tanpa kamu stimulasi dengan pengontrolan tenaga dalam.'

Pandya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Dia kini paham jika kekuatan itu bukan hanya berasal dari Sakra. Tapi, dalam tubuhnya sendiri memiliki kemampuan hebat yang masih tersimpan.

Pandya hanya bisa tersenyum lebar membayangkan apa saja yang akan bisa dia lakukan setelah ini.

Menggabungkan kemampuan milik Sakra dan kekuatan miliknya, akan bisa membuat dia menyatukan enam ajaran.

Tidak hanya itu, ia dapat menghentikan perebutan tempat pewaris yang tidak sehat dan sangat dibencinya.

"Para keturunan enam Ajaran Padepokan sudah belajar berbagai ilmu bela diri sejak kecil. Tapi, aku hanya belajar tiga inti bela diri karena batasan janji dan pengawasan mereka. Di perpustakaan akademi, ada kitab bela diri dari Padepokan Nagendra. Juga kitab bela diri yang diperebutkan perguruan keadilan dan kesejahteraan."

Pandya berhenti sejenak sembari berpikir. "Dengan kemampuan ini, aku akan lebih kuat dan bertahan di akademi. Itu tujuanku sekarang!" ucap Pandya.

Ada dengan keyakinan penuh, sambil menatap matahari yang bersinar begitu terik. Dia tidak pernah merasakan semangat luar biasa seperti saat ini.

"Bagus, itu yang aku harapkan dari keturunan pendekar nomor satu!"

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
fadly. borneo78
sangat merepotkan membawa pedang kemana mana, bikin saja pedang nya menyatu dalam raga
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sang Pewaris

    Ribuan aura berbentuk pedang itu langsung berjatuhan, dan menancap di tubuh semua pasukan beserta Tuan Huda. Tidak ada satu orangpun yang selamat dari pedang-pedang itu.Tuan Urdha yang melihat sang anak, merasa sangat bangga dengan kemampuan yang berhasil dicapainya. Dan dirinya menjadi paham, dengan alasan Pandya memintanya membuat perisai untuk dirinya beserta anak-anak dan para istrinya.Dan bertepatan saat Pandya mengeluarkan jurus itu, para saudaranya telah sadarkan diri setelah dibuat tidak sadarkan diri oleh sang ayah. Dan saat mereka melihat apa yang dilakukan oleh Pandya, mereka semua terdiam takjub dengan apa yang terlihat di depan mata.Tibra pun dalam hati akhirnya mengakui kekuatan Pandya dan kekalahannya. Seberapa keras dirinya berlatih selama ini, dan seberapa besar tuntutan yang harus diembannya, tidak membuat kekuatannya bisa bersaing dengan Pandya.Tibra beserta keempat saudara Pandya yang lain, hanya korban dari keegoisan dan keserakahan para orang-orang tua di seki

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Jurus Seribu Pedang

    Setelah berteriak dengan lantang, Tuan Huda semakin menggencarkan serangannya. Dia bahkan sudah merencanakan serangan, dengan bekerja sama dengan para pasukannya untuk membuat sebuah pola sihir tanpa disadari oleh Pandya.Pandya terus terdorong walaupun tanpa terluka, mengingat jumlah orang yang menyerangnya secara bersamaan bukan hanya puluhan orang—tapi bahkan ratusan orang. Puluhan orang berterbangan setelah satu serangan yang Pandya lakukan, namun puluhan lainnya ganti menyerangnya lagi. Dan itu terus berlanjut, karena sejak awal Tuan Huda merencanakan penyerangan saat Pandya sudah dalam keadaan kelelahan.Apalagi, saat ini tidak ada satu orang pun yang menolong Pandya. Sebenarnya Tuan Urdha yang masih ada di tempat itu berencana untuk keluar dari perisai yang dibuatnya, namun pikirannya itu langsung dihentikan oleh Pandya.‘Aku masih merasa aneh dengan keadaan ini!’ ucap Sakra dalam pikiran Pandya.‘Bukankah dengan ini kita jadi lebih bisa menyatu?!’ sahut Pandya dengan seringa

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Serangan Kedua

    SRIIING!Sebuah sihir kutukan yang ditujukan pada Pandya, berhasil ditangkis dengan perisai sihir yang dibuat oleh Sakra. Pandya yang melihat itu cukup terkejut, karena sejak tadi dirinya tidak melihat Sakra sama sekali dan tiba-tiba saja muncul dihadapannya.‘Sakra! Darimana saja kau?!’ tanya Pandya bersemangat dalam hati.‘Entahlah, sesuatu terjadi padaku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi!’ sahut Sakra dengan suara lirih.Pandya menatap pedang Sakra sekilas, sebelum dirinya kembali disibukkan dengan serangan-serangan yang semakin menjadi. Para pendekar, tetua dan bahkan pemimpin dari lima Ajaran menyerbu mereka secara bersamaan.WHUUUUSH!ZHIIIING!BLAAAAR!Pandya dan seluruh pengikutnya semakin terdorong, walaupun Tuan Agha sudah membantu sebagai perisai utama. Namun, dengan kekuatan dan jumlah yang dimiliki musuh jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengikut yang Tuan Urdha dan Pandya miliki. Belum lagi aliansi yang dimiliki saudara-saudaranya yang sudah memilik

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertempuran

    “Apa maksud, Pemimpin?!” tanya Tibra terkejut dengan ucapan Tuan Urdha.“Kau sama sekali tidak memperdulikan aku, tapi kau bersikap seolah ingin melindungiku! Apa kau pikir karena aku sudah tua jadi bisa kau bodohi?!” teriak Tuan Urdha yang terlihat kehabisan kesabarannya.Semua terdiam. Tidak ada yang berani menjawab, karena ruangan itu kini penuh sesak dengan tenaga dalam yang luar biasa besar yang dikeluarkan oleh Tuan Urdha. Namun, seperti ada isyarat khusus yang dimiliki oleh Tibra, para tetua yang berada di luar ruangan masuk secara bersamaan sambil menekan tenaga dalam yang besar itu.“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Tuan Huda marah, sambil melototkan mata tajam ke arah para tetua.“Maafkan kami, Pemimpin! Tapi, kami setuju dengan ucapan Pangeran Tibra! Jika perkamen itu tersebar, maka akan sangat banyak pemberontakan yang akan terjadi!” jawab salah satu tetua dengan kemampuan yang cukup hebat diantara yang lainnya.“Bukankah pemberontakan ini kalian yang buat?! Aku tidak mel

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menggagalkan Penyerbuan

    “Mereka membuat kesepakatan berlainan dari yang aku ajukan. Tapi, mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal dari perkamen itu,” jawab Tuan Huda sambil was-was dengan reaksi yang akan diberikan oleh Pandya.“Jadi, maksudmu mereka saat ini mulai mencoba mengambil alih kepemimpinan secara paksa?!” Pandya mulai meninggikan suara, sambil menahan amarahnya.“Bukan hanya padepokan, sanggar Klan milikmu juga mereka datangi saat mereka tahu kau sedang tidak ada di tempat!” tambah Tuan Huda yang membuat Pandya langsung membuka sub ruang yang dibuatnya, dan berlari meninggalkan ruangan itu dengan tergesa.Setelah mendapatkan seluruh senjatanya termasuk pedang Sakra, Pandya langsung menggunakan jurus meringankan tubuh miliknya dan melesat meninggalkan Padepokan Janardana dalam sekejap.WHUUUSH!Sakra yang langsung tahu apa yang terjadi dari pikiran Pandya, ikut merasakan amarah yang tidak jauh berbeda. Begitu pula Akandra, yang sejak tadi masih menunggu mereka di luar gerbang Padepok

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perbantuan Tanpa Tawaran

    “Aku yakin kau akan menggunakan ini untuk membuat kesepakatan dengan para saudaraku. Apa aku salah?!” tanya Pandya dengan santai.Tuan Huda tidak langsung menjawab. Dia cukup terkejut, karena tidak mengira jika pemimpin Padepokan Nagendra memberitahukan aibnya sendiri kepada seseorang.“Hahaha…, ternyata kau cukup cerdik, Nak! Tapi, kalau kau mengetahuinya, apa kau memiliki tawaran yang lebih baik untukku?!” tanya Tuan Huda setelah kembali tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Bukannya menjawab, Pandya kembali menggulung perkamen yang dibukanya tadi. Setelah memasukkan perkamen itu kembali ke balik jubahnya, dia mengeluarkan sebuah perkamen yang lain.“Sayangnya aku tidak memerlukan tawaran yang lebih baik, karena kau akan membantuku tanpa tawaran apapun!” jawab Pandya santai sambil memperlihatkan perkamen yang baru.Tuan Huda mengernyitkan dahinya, kemudian membaca isi perkamen yang baru saja dibuka oleh Pandya. Dan rasa terkejutnya semakin besar, saat melihat isi perkamen itu.“Ka

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perubahan Rencana

    “Aaarrghhh! Kenapa kau memukulku Sakra!” teriak Pandya setelah mengerang cukup keras.PLAK! PLAK! PLAK!Bukannya menjawab, Sakra kembali memukuli Pandya namun dengan lebih pelan dibandingkan pukulan pertama. Sedangkan Akandra yang melihat itu, hanya tersenyum tipis dengan tatapan hangat.“Aku kira kau akan mati begitu saja! Kenapa kau mengabaikan retakan itu?!” teriak Sakra setelah puas memukuli Pandya.“Aku tidak akan mati semudah itu!” jawab Pandya sambil kembali menyeringai dengan memperlihatkan deretan giginya.“Kau tahu, tubuhmu sudah hampir meledak! Mungkin, jika terlambat sedikit lagi kau akan menjadi arang!” teriak Sakra yang kembali kesal karena jawaban Pandya yang begitu santaiPandya hanya terkekeh kecil, saat melihat reaksi Sakra yang seperti cacing kepanasan. Namun, tidak lama sudut matanya akhirnya menyadari kehadiran seseorang diantara mereka.Akandra yang menatap mereka sejak tadi, masih tersenyum penuh arti kearah Pandya yang akhirnya menyadari keberadaannya. Pandya

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Membuka Segel

    Akandra langsung menghampiri tubuh Pandya yang tergeletak, tanpa menyadari sebuah pedang sedang melayang di hadapannya. Sambil membangunkan sebagian tubuh Pandya dan menyandarkannya di bahunya, Akandra mencoba memeriksa tubuh Pandya dengan tenaga dalamnya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pandya?! Kenapa tenaga dalammu berantakan seperti ini?!” tanya Akandra tanpa berharap mendapat balasan.“Sepertinya, itu karena efek tenaga dari Batu Ratnaraj yang disegel dalam tubuhnya retak!” sahut Sakra yang membuat Akandra terkejut, dan tanpa sadar menarik tubuh Pandya menjauh.“Ba–bagaimana pe–pedang bisa berbicara?!” teriak Akandra terbata dengan suara tercekat.Akandra berusaha untuk meyakinkan diri jika pendengarannya tadi tidaklah salah, dengan mengorek telinganya. Dirinya juga mengucek matanya, untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan hanya halusinasinya saja.“Akulah yang mengirimkan pola sihir pelacak itu padamu!” ucap Sakra kesal karena melihat reaksi Akandra yang seperti melihat hantu.

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertolongan

    Sakra mencoba memasukkan energinya untuk membantu Pandya, namun sayangnya semua usahanya tidak membuahkan hasil. Pandya benar-benar sudah tidak sadarkan diri, dengan suhu tubuh yang semakin panas.PLAK! PLAK!Pandya mencoba menampar pipi Pandya dengan badan pedangnya, sambil memanggil-manggil Pandya dengan suara lantang. Namun, Pandya sama sekali tidak memberikan respon.“Apa yang harus aku lakukan?! Bahkan, tidak ada yang mengetahui posisi kami saat ini?” ucap Sakra pada diri sendiri, karena panik dengan kondisi Pandya yang semakin memburuk.ZHIIING!Sakra mencoba memasukkan energinya kembali, sembari mencari penyebab utama kondisi Pandya seperti itu. Dan saat energinya mencapai pusat tubuh Pandya, Sakra menemukan celah di dalam energi Batu Ratnaraj yang di segel sebelumnya.‘Mungkinkah retakan itu muncul saat Pandya tidak sadarkan diri dan muncul cahaya pada tubuhnya?!” pikir Sakra sambil memikirkan cara agar bisa menyelamatkan Pandya.Saat dirinya hendak kembali memukuli Pandya agar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status