Home / Lainnya / Kebangkitan Sang Bayangan / Bab 5: Peringatan di Tengah Kekacauan

Share

Bab 5: Peringatan di Tengah Kekacauan

Author: Pyyupyy_
last update Last Updated: 2024-11-10 22:01:01

Hari itu, kota kembali diselimuti ketegangan yang tidak kasat mata, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Keberanian Luca dalam menggagalkan aliansi yang coba dibangun oleh keluarga Rosso berhasil menyebarkan ketakutan di antara keluarga-keluarga lainnya. Mereka mulai melihat Luca Ombra bukan hanya sebagai pewaris muda yang penuh ambisi, tetapi juga sebagai ancaman serius bagi mereka yang berani mengusik keluarganya.

Namun, meski berhasil mengganggu rencana Rosso, Luca menyadari bahwa ia masih jauh dari aman. Serangan balik dari pihak Rosso pasti akan datang, dan ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi itu. Kini, Luca mengarahkan perhatiannya pada satu hal—memperkuat pertahanan dan merencanakan langkah berikutnya.

Di ruang pertemuan keluarga Ombra, Luca duduk di kursi utama, dikelilingi oleh orang-orang terpercayanya, termasuk Dante dan beberapa penasihat senior yang setia pada keluarga Ombra sejak ayahnya masih memimpin. Mereka berkumpul untuk membicarakan rencana perlindungan keluarga dan strategi selanjutnya.

“Keluarga Rosso pasti merencanakan serangan balik,” ucap Dante membuka pertemuan dengan nada serius. “Kita berhasil membuat mereka ragu, tapi mereka tidak akan tinggal diam. Mereka akan datang mencari kita, dan kali ini, mungkin dengan kekuatan yang lebih besar.”

Luca mengangguk pelan. “Itu sebabnya kita harus selalu satu langkah di depan mereka. Kita akan mempersiapkan pertahanan di semua titik rawan. Jangan biarkan mereka menemukan celah untuk menyerang keluarga kita.”

Seorang penasihat senior, Pietro, yang telah lama menjadi tangan kanan ayahnya, berbicara dengan nada bijaksana. “Kita bisa memperkuat keamanan di sekitar tempat-tempat utama kita, tetapi kita juga harus memastikan bahwa kita tidak terlihat lemah. Jika kita hanya fokus bertahan, mereka akan mengira kita ketakutan.”

Kata-kata Pietro menyadarkan Luca. Memang benar, keluarga Ombra tidak boleh hanya bertahan. Dunia ini penuh dengan simbol, dan tanda kelemahan sekecil apa pun bisa dimanfaatkan musuh. Luca perlu menunjukkan bahwa ia bukan hanya siap untuk bertahan, tetapi juga siap untuk menyerang.

“Bagaimana jika kita kirimkan pesan peringatan kepada mereka?” tanya Luca dengan tatapan tajam. “Kita tidak hanya diam dan menunggu, tapi kita menunjukkan bahwa keluarga Ombra selalu siap menghadapi apapun.”

Dante mengangguk setuju. “Itu bisa memperlihatkan posisi kita yang tegas. Tapi peringatan macam apa yang kau maksud, Luca?”

Luca berpikir sejenak, kemudian tatapannya berubah dingin. “Kita harus membuat mereka merasakan dampak serangan kita di jantung pertahanan mereka. Jika mereka memiliki tempat yang dianggap suci, atau anggota keluarga yang paling mereka sayangi, kita kirimkan peringatan pada mereka melalui itu.”

Namun, sebelum rencana itu bisa dijalankan, seorang anak buah keluarga Ombra datang dengan tergesa-gesa, membawa kabar yang mengejutkan. “Tuan Luca, ada berita penting. Salah satu orang kita diserang di bagian utara kota. Sepertinya, ini balasan dari Rosso.”

Ruangan itu menjadi sunyi sejenak, dan Luca merasakan amarah yang menggelegak di dalam dirinya. Ia tahu ini adalah bagian dari perang yang ia mulai, tetapi ia tak bisa menahan kemarahannya ketika melihat orang-orangnya terluka.

“Berapa korban kita?” tanya Luca dingin, berusaha mengendalikan emosinya.

“Hanya satu yang terluka parah, tapi banyak yang mengalami luka-luka kecil,” jawab pria itu dengan wajah penuh ketakutan. “Mereka ingin kita tahu bahwa mereka tidak akan diam saja.”

Mendengar itu, Luca mengepalkan tinjunya. Amarah yang selama ini terkendali perlahan mulai mengguncang ketenangannya. Ia tahu bahwa dirinya harus tegar, tetapi kejadian ini menambah bara api di hatinya. Dante yang berada di sisinya menyentuh bahu Luca, memberikan pengingat untuk tetap tenang.

“Ini yang mereka inginkan, Luca. Jangan biarkan mereka melihat amarahmu. Mereka ingin kau terpancing untuk membuat kesalahan,” bisik Dante dengan nada penuh ketegasan.

Luca mengangguk, mengambil napas dalam-dalam, dan menguatkan dirinya. Ia tahu bahwa ia harus menjaga ketenangan demi kepentingan keluarga. Setelah berpikir beberapa saat, Luca mulai merencanakan langkah berikutnya. Ia tahu bahwa kali ini, ia harus mengendalikan situasi dan menunjukkan kekuatan dengan cara yang lebih terencana.

“Kita akan mengirim pesan, tapi kali ini, kita akan menyentuh salah satu wilayah yang mereka anggap sebagai pusat kekuatan mereka,” kata Luca sambil menatap Dante dengan mata yang penuh tekad. “Kita akan menyerang salah satu bisnis utama keluarga Rosso. Bukan untuk membunuh, tapi untuk mengirimkan peringatan yang tak bisa mereka abaikan.”

Dante setuju dengan ide tersebut. Mereka memilih salah satu kasino yang menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga Rosso. Serangan ini akan memberikan pesan yang jelas—bahwa keluarga Ombra tidak akan pernah mundur.

**

Beberapa hari kemudian, di tengah malam yang sunyi, Luca dan timnya menyelinap menuju kasino milik keluarga Rosso yang terletak di pusat kota. Tempat itu merupakan salah satu sumber penghasilan terbesar Rosso, dan menyerang kasino ini akan memberikan dampak finansial yang cukup besar pada mereka.

Luca mengenakan pakaian hitam lengkap, siap untuk bergerak. Dante, seperti biasa, berada di sampingnya. Dengan senjata di tangan dan ketegangan yang menyelimuti, mereka bergerak dengan cepat dan senyap.

Ketika mereka tiba di dekat kasino, Luca memberikan isyarat pada timnya untuk memposisikan diri. Luca tahu bahwa serangan ini bukan hanya sekadar balasan; ini adalah bentuk peringatan bahwa keluarga Ombra tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mengusik mereka tanpa menerima konsekuensi.

Dante menempatkan beberapa alat peledak kecil di pintu belakang kasino, cukup untuk menciptakan kekacauan tanpa mengakibatkan korban jiwa yang signifikan. Luca menunggu di balik bayangan, memperhatikan setiap gerakan. Setelah semua siap, Dante memberikan isyarat, dan dalam hitungan detik, ledakan kecil terjadi, menciptakan kepanikan di dalam kasino.

Para pengunjung berteriak dan berhamburan keluar, sedangkan penjaga kasino terlihat bingung, mencari sumber kekacauan. Luca dan timnya bergerak cepat, mengambil kendali situasi dan menembakkan beberapa peluru ke langit sebagai peringatan.

“Beri tahu bos kalian,” ujar Dante dengan suara keras pada salah satu penjaga yang terlihat ketakutan. “Keluarga Ombra tidak akan tinggal diam. Kalian telah melukai kami, dan ini baru balasannya.”

Mereka meninggalkan kasino yang masih berantakan dan kembali ke markas dengan cepat. Serangan itu telah mengirimkan pesan yang kuat dan jelas bagi keluarga Rosso—bahwa Ombra tidak akan membiarkan serangan itu tanpa balasan.

**

Malam itu, ketika Luca duduk di ruang kerjanya, ia merasakan kepuasan yang tenang. Ia telah melakukan apa yang perlu dilakukan. Keluarga Ombra telah mengirimkan pesan mereka dengan tegas. Namun, di balik perasaan puas itu, Luca juga menyadari sesuatu yang lebih dalam.

Ia sedang menapaki jalan yang berbahaya, jalan yang tak memberinya pilihan untuk mundur. Setiap tindakan yang ia ambil, setiap keputusan yang ia buat, akan membawanya semakin dalam ke dalam dunia yang penuh kekerasan dan dendam.

Dante masuk dan menatap Luca dengan mata penuh kebanggaan. “Kau berhasil mengirimkan pesan yang kuat, Luca. Rosso akan berpikir dua kali sebelum mencoba menyerang kita lagi.”

Namun, Luca tahu bahwa pertarungan ini belum berakhir. Serangan balik akan terus datang, dan ia harus selalu siap. Dunia ini tidak mengenal belas kasihan, dan Luca Ombra harus menghadapinya dengan kekuatan serta kecerdikan yang tak boleh goyah.

Dalam hati, ia bersumpah untuk melindungi keluarganya, apapun yang terjadi. Di dunia ini, hanya satu aturan yang berlaku—bertahan hidup dengan segala cara, atau mati di tangan musuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 55: Perang Dimulai

    Berlin menjadi saksi bisu ketegangan yang tak terlihat di balik gemerlapnya lampu-lampu kota. Setelah berhasil menyusup ke markas Bayangan Kedua, Luca, Elena, dan Marco tahu mereka tidak bisa berlama-lama di kota ini. Informasi yang mereka bawa terlalu penting untuk disimpan terlalu lama tanpa tindakan. Namun, pergerakan mereka kini diikuti, dan waktu untuk bersembunyi sudah hampir habis. Di apartemen kecil yang mereka sewa, Elena memimpin analisis mendalam terhadap data yang mereka curi. Peta digital, pesan-pesan terenkripsi, dan dokumen keuangan menjadi bahan utama mereka. Semua bukti itu menunjukkan bahwa Bayangan Kedua sedang mempersiapkan sebuah operasi besar, yang disebut “Proyek Valhalla.” “Elena, apa sebenarnya proyek ini?” tanya Marco, duduk di sofa dengan pistol di pangkuannya. Elena mengerutkan kening sambil mengetik cepat di laptopnya. “Proyek Valhalla tampaknya adalah serangkaian serangan terkoordinasi di berbagai negara. Mereka menarget

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 54: Jejak di Berlin

    Hening malam Berlin hanya sesekali terganggu oleh deru mobil yang melintasi jalan-jalan sempitnya. Kota itu menyimpan sejuta rahasia, dan malam ini, Luca, Elena, dan Marco berada di tengah-tengahnya, menyamar sebagai turis yang tampak biasa. Mereka tiba di Berlin dengan tujuan yang jelas: menemukan titik koordinat terakhir yang ditandai pada peta yang mereka curi dari markas Bayangan Kedua di Budapest. "Tempat ini jauh lebih sibuk dibandingkan hutan tempat kita bersembunyi," kata Marco, berjalan di trotoar sambil memegang tasnya dengan erat. "Dan aku tidak suka itu." "Kita hanya perlu menyatu dengan keramaian," jawab Elena. "Tidak ada yang akan mencurigai kita kalau kita terlihat seperti orang lokal." Luca mengangguk setuju. "Kita fokus pada misi. Gedung yang kita cari ada di distrik Mitte, sebuah kawasan perkantoran yang cukup sibuk. Kita akan bergerak tengah malam, saat keamanan paling lemah." Mereka berjalan menuju s

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 53: Pertarungan yang Tak Terhindarkan

    Suara kendaraan yang mendekat membuat suasana di pondok semakin tegang. Marco berdiri di ambang pintu, mencoba mengintip dari celah kecil. Di kejauhan, lampu sorot kendaraan terlihat menembus kegelapan hutan. “Mereka sudah sampai,” bisik Marco. Elena segera mengambil posisi di samping jendela, senjata di tangan. Luca memeriksa Krylov yang tetap terikat di kursinya, wajahnya masih dengan senyuman mengejek. “Apakah kau memberitahu mereka lokasimu?” tanya Luca dingin. Krylov mengangkat bahu. “Mungkin saja. Kau tahu, Bayangan Kedua punya cara mereka sendiri.” “Bungkam dia,” kata Elena tajam. Luca memutuskan untuk menyumpal mulut Krylov dengan kain, memastikan dia tidak bisa berteriak atau memberi isyarat apa pun. “Marco, berapa banyak?” tanya Luca sambil memeriksa senjatanya. “Dua mobil, setidaknya delapan orang,” jawab Marco sambil melangkah mundur dari pintu.

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 54: Jejak di Berlin

    Hening malam Berlin hanya sesekali terganggu oleh deru mobil yang melintasi jalan-jalan sempitnya. Kota itu menyimpan sejuta rahasia, dan malam ini, Luca, Elena, dan Marco berada di tengah-tengahnya, menyamar sebagai turis yang tampak biasa. Mereka tiba di Berlin dengan tujuan yang jelas: menemukan titik koordinat terakhir yang ditandai pada peta yang mereka curi dari markas Bayangan Kedua di Budapest. "Tempat ini jauh lebih sibuk dibandingkan hutan tempat kita bersembunyi," kata Marco, berjalan di trotoar sambil memegang tasnya dengan erat. "Dan aku tidak suka itu." "Kita hanya perlu menyatu dengan keramaian," jawab Elena. "Tidak ada yang akan mencurigai kita kalau kita terlihat seperti orang lokal." Luca mengangguk setuju. "Kita fokus pada misi. Gedung yang kita cari ada di distrik Mitte, sebuah kawasan perkantoran yang cukup sibuk. Kita akan bergerak tengah malam, saat keamanan paling lemah." Mereka berjalan menuju sebuah hostel sederha

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 52: Jaring Perangkap

    Setelah perjalanan panjang, Luca, Elena, dan Marco akhirnya tiba di sebuah pondok kecil di tengah hutan, tempat perlindungan yang sebelumnya mereka gunakan sebagai markas darurat. Pondok itu sederhana, dengan dinding kayu yang mulai lapuk dan jendela kecil yang hampir tidak memberikan cahaya. Namun, di dalamnya terdapat persediaan yang cukup untuk bertahan beberapa hari. Krylov, yang tangannya masih terikat, diseret masuk oleh Marco. Pria itu tetap tersenyum seperti biasanya, meskipun keadaannya sekarang jauh dari menyenangkan. “Tempat ini cukup terpencil. Kita aman untuk sementara,” kata Marco sambil mengunci pintu belakang. “Kita harus bergerak cepat,” ujar Elena sambil memeriksa senjatanya. “Bayangan Kedua tidak akan menyerah sampai mereka mendapatkan Krylov kembali.” Luca mengangguk setuju. “Kita harus memanfaatkan waktu ini untuk menggali informasi sebanyak mungkin darinya.” ### **Interogasi Dimulai** Krylov didu

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 51: Jejak Bayangan yang Memudar

    Kendaraan melaju kencang melewati jalan-jalan sepi di luar Praha. Di dalamnya, suasana penuh ketegangan. Luca duduk di kursi depan, tangannya erat menggenggam setir. Di belakang, Elena dan Marco duduk berjaga dengan senjata di tangan, sementara Krylov yang terborgol tersenyum sinis, seolah tidak gentar sedikit pun meski dia sudah menjadi tawanan mereka. “Kita ke mana sekarang?” tanya Elena, memecah keheningan. “Markas sementara di luar kota,” jawab Luca sambil tetap fokus pada jalan. “Kita tidak bisa menuju pangkalan utama. Mereka mungkin sudah memantau semua jalur ke sana.” Marco menatap Krylov dengan tajam. “Pria ini pasti punya lebih banyak trik. Jangan sampai kita lengah.” Krylov tertawa kecil. “Ah, kalian terlalu berlebihan. Aku hanya seorang pria tua yang kalah dalam pertarungan, bukan?” “Kalah?” Elena mendekatkan wajahnya ke Krylov. “Jangan terlalu percaya diri. Kita sudah menghancurkan sebagian besar jaringanmu. Kau buka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status