“Pasti pas di Tangkuban Perahu, Nenek foto ramai-ramai kan?” sela Juli yang langsung dipelototi oleh Juni.
“Sok tahu nih.”
Zalma tersenyum. Juli lalu segera mengambil foto hitam putih di atas piano dan menunjukkan ke Zalma.
“Sekarang, aku coba tebak ya nama-nama orang di foto ini. Laki-laki yang tinggi agak gemuk ini Cahyo, di sebelahnya Ah Chen, di sebelahnya Nenek, nah sebelah Nenek Jauhari, betul gak Nek?”
Zalma memperhatikan foto itu sebentar kemudian mengangguk.
“Betul.”
“Yess, aku emang berbakat nih kalau jadi detektif.”
“Lu mau buka usaha makanan apa mau jadi detektif sih? Gak jelas,” Juni berpura-pura kesal.
Juli tertawa terbahak.
“Keren juga yah, nanti kita bakal belajar bakmi dari Mongolia Jul. Eh tapi, kan katanya gak boleh dijual ya, kok jadi dijual sih Nek bakminya? Terus Syam dimana? Kok kita gak pernah tahu Nenek ada kakak laki-l
Mei Ling sudah selesai menerjemahkan huruf Sirilik itu ke bahasa Indonesia dan ditulis di atas selembar kertas. Zalma yang melihat kertas itu masih juga tidak mengerti. Banyak istilah aneh yang belum pernah ia baca membuatnya kebingungan.“Ini apa sih Mah?”“Ini ya resepnya Zal.”“Kok bahasanya tetap aneh sih?”“Resep ini memang kebanyakan menggunakan herbal dari China.”“Pantas banyak tulisan yang aku tidak mengerti.”“Mamah ajarin kamu sedikit bahasa Mongolia ini ya?”“Huruf Sirilik ini Mah?”Me Ling mengangguk.“Boleh Mah.”Mei Ling lalu masuk ke kamar tidurnya, kemudian keluar membawa sebuah buku kecil berwarna kecoklatan yang terlihat lusuh. Ia lalu duduk di hadapan Zalma dan membuka buku itu.“Sebenarnya bahasa asli Mongolia ditulis menggunakan huruf Bicig tapi karena pengar
“Tunggu dulu Nek, aku penasaran nih, Cahyo yang dicerita Nenek itu Cahyo Kusuma apa bukan?” Juli kembali menyela.Zalma mengangguk.“Iya, Cahyo Kusuma.”“Cahyo Kusuma bapaknya si Dimas yang anaknya nonjok si Juni kemarin ini?” Juli mencoba mempertegas kembali. Ia takut salah.“Iya, betul.”“Tuh kan Jul, gue bilang juga apa, bener kan cerita Nenek ada hubungan sama keluarga Kusuma,” kata Juni sambil tersenyum penuh kemenangan.Juli hanya sedikit memonyongkan bibirnya.“Kali ini gue yang berhasil jadi detektif.”“Itu mah bukan detektif kali, kebeneran aja feeling lu kuat jadi pas.”Juni tertawa terkekeh.“Terus gimana lagi Nek? Jauhari jadi ngelamar Nenek?” tanya Juli.“Cerita Nenek mirip kayak sinetron ya, cinta-cintaannya banyak,” kata Juni sambil tertawa.“Iya nih. Gak nyangka, Nenek wak
Pemakaman Syam pagi itu berlangsung khidmat. Mei Ling tidak henti-hentinya menangis di pelukan Rustam sementara Zalma berusaha terlihat tegar meski di dalam hati ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Syam harus meninggalkan mereka semua untuk selamanya secara tragis.Pihak kepolisian yang mengusut kematian Syam akhirnya menyimpulkan bahwa hal itu terjadi karena kecelakaan atau kelalaian karena tidak ditemukan unsur kekerasan di tubuh Syam. Rustam dan Mei Ling tidak berkeinginan untuk melanjutkan penyelidikan lebih jauh karena selain akan membutuhkan waktu yang lama, mereka pasti akan teringat Syam terus menerus. Biarkan Syam beristirahat dengan tenang dan kami melanjutkan kehidupan, begitu perkataan Rustam kepada pihak kepolisian ketika ia memilih untuk menghentikan kasus itu dan menerima kesimpulan pihak kepolisian dengan ikhlas.Ah Chen, Jauhari dan Cahyo juga hadir di pemakaman dan selalu berusaha untuk tidak jauh dari Zalma. Mereka mengerti bahwa di saat sep
Sudah hampir satu bulan lamanya Jauhari meninggalkan kota Bandung dan Zalma, selama itu pula tidak ada kabar darinya. Zalma bertanya-tanya, apakah Jauhari sedemikian sibuk sehingga lupa berkirim surat kepadanya. Meskipun begitu, Zalma tidak khawatir Jauhari akan melupakannya, ia mengenal persis sisi kepribadian Jauhari yang tidak mudah jatuh cinta. Rustam sudah kembali menyibukkan diri di peternakan, meski Zalma tahu kesedihan terkadang masih nampak di matanya. Mei Ling pun nampak berusaha keras untuk tetap bisa menjalani hari seperti biasa. Sepeninggal Syam, Mei Ling kini yang kerap kali menemani Rustam ke Lembang. Kesendirian Zalma di rumah membuatnya bisa menyibukkan diri dengan resep bakmi Nuang Na. Ia mencoba dengan berbagai bumbu yang bisa dapatkannya di pasar untuk membuat resep yang sama persis. Beberapa kali ia gagal sampai akhirnya ia menemukan bahan-bahan yang cocok untuk menciptakan tiruan dari resep itu. Zalma sangat puas dengan hasilnya. Rasa da
“Halo Putri, ini Briptu Larso.”“Ya Pak.” Suara Putri terdengar lemah. Bayangan tubuh Hadi yang tergeletak berlumuran darah masih belum juga bisa hilang dari ingatannya.“Apakah kita bisa bertemu?”“Boleh, kapan Pak?”“Bagaimana kalau siang ini? Apakah Putri ada urusan?”“Gak ada Pak, saya sudah mengajukan izin tidak masuk di kampus untuk beberapa hari.”“Oke, nanti saya kabari untuk tempatnya ya.”“Oke Pak.”Setelah menutup telepon, Putri kembali termenung. Kejadian kemarin malam membuatnya sangat shock dan masih belum mampu berpikir jernih bahkan sampai ia tidak bisa memejamkan mata barang sejenak untuk tidur.Dimas memerintahkan Jono untuk segera mengantarkan Putri langsung ke rumah setelah dari tempat kost Hadi. Dimas pulalah yang melaporkan kejadian itu kepada Briptu Sularso yang langsung bergerak menuju ke lokas
Dimas mencium kening Rahadi dengan lembut. Rahadi pun balas menatap Dimas sambil tersenyum, sesekali tangannya memainkan rambut Dimas yang sedikit ikal. Mereka berdua masih berada di atas tempat tidur bernuansa putih itu.“Tadi luar biasa, thanks Baby,” kata Rahadi setengah berbisik.“Thanks to you too sayang. Kayaknya kamu harus sering-sering ke Malaysia deh,” sahut Dimas sambil tertawa.Rahadi ikut tertawa sambil menegakkan posisi tidurnya.“Ngomong-ngomong soal Malaysia, aku udah ketemu sama legal di sana, dan…”“Sssttt..” Jari telunjuk Dimas ditaruh di depan bibir Rahadi. “Hari ini aku gak mau bahas soal pekerjaan, hari ini hanya soal kita.”“Oke, besok aja kalau begitu ya.”“Lusa aja deh, besok aku masih mau berduaan sama kamu.”“Nanti dicariin sama mama kamu loh.”“Dia lagi sibuk ngurusin A
Juli menatap foto hitam putih di atas piano itu lagi. Setelah mendengar kisah yang dituturkan Zalma kemarin, ia masih tidak menyangka bahwa neneknya tega melakukan perselingkuhan dengan Cahyo. Tapi ia tidak marah kepada Zalma karena itu merupakan bagian dari masa lalu. Setiap orang berhak untuk mendapat kesempatan menjadi yang lebih baik lagi terlepas dari masa lalu yang paling kelam sekalipun. Masa lalu tidak bisa diubah, yang bisa diubah hanya masa kini untuk masa depan.Hari ini, Zalma berjanji akan melanjutkan kisahnya. Ada begitu banyak pertanyaan di benak Juli yang semakin dipikirkan membuatnya semakin penasaran. Apa yang tejadi selanjutnya setelah Zalma berselingkuh? Apakah Jauhari akhirnya akan tahu? Bagaimana dengan Ah Chen?Juli menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu pukul tujuh pagi.Tumben nenek belum bangun, pikirnya. Biasanya jam enam nenek sudah bangun untuk menyiapkan sarapan bersama dengan Asih.Juli berjalan mondar mandir di
“Yo, aku hamil.”Kabar itu disampaikan Zalma ketika Cahyo sedang bertandang ke rumahnya bersama dengan Ah Chen. Mereka berencana akan pergi bersama ke alun-alun untuk menikmati pertunjukan lampion yang diadakan pada Sabtu sore ini. Ketika Ah Chen meminta izin ke kamar mandi, barulah Zalma melihat itu sebagai peluang untuk memberitahu Cahyo.“Kamu…hamil?” tanya Cahyo dengan mata terbelalak karena terkejut, mengulang perkataan Zalma.Zalma mengangguk.“Karena kejadian waktu itu?”“Cuma kamu yang pernah melakukan hal itu sama aku. Kamu pasti tahu aku belum pernah dijamah oleh laki-laki manapun.”Cahyo teringat kembali peristiwa di kamar Zalma dua bulan yang lalu. Mereka berdua begitu dimabuk hasrat yang membara sehingga lupa akan segalanya. Keperawanan Zalma direnggut begitu saja oleh Cahyo. Hal yang seharusnya dijaga sampai masuk kepada kesakralan pernikahan kelak akhirnya harus dikorbanka