Share

Bab 3

Author: Dzakiya Khansa
Aku mengenakan pakaian dan berjalan ke tepi kolam ikan dengan langkah gontai. Angin malam yang sejuk di tepi air memang membuatku jauh lebih sadar. Melihat air kolam yang jernih hingga ke dasarnya, aku melepas sepatu dan kaus kaki, lalu duduk di tepi kolam dan mencelupkan kakiku ke dalamnya.

Ikan-ikan di kolam itu sama sekali tidak takut pada manusia. Begitu melihat ada orang datang,

mereka segera berkumpul di sekitar kakiku dan menyentuhnya dengan lembut. Rasa geli yang halus langsung menyebar ke seluruh tubuhku.

Tiba-tiba aku teringat, setiap kali hubungan intimku dengan Jacob mencapai puncaknya, dia selalu mengambil botol untuk menampung "bukti manis" itu, mengumpulkannya, dan menarikku ke kolam ikan.

Sambil menuangkannya untuk memberi makan ikan, dia akan menggigit telingaku dan berbisik dengan kata-kata nakal.

"Besok, aku nggak perlu turun tangan lagi. Aku akan menelanjangimu dan melemparmu ke dalam kolam, biar mereka yang melakukannya sendiri."

Semakin kupikirkan, semakin aku merasa tidak nyaman, tubuhku kembali memanas. Aku memejamkan mata dan menikmati sensasinya, efek obat itu perlahan membuatku kehilangan akal sehat.

Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, aku pun melepas rok dan masuk ke dalam kolam. Tubuhku terasa melayang-layan, dan akhirnya aku sepenuhnya berendam di dalam air, menikmati terapi ikan yang begitu istimewa ini.

Aku akhirnya tidak tahan lagi dan mulai mengeluarkan desahan pelan. Ikan-ikan besar di kolam itu mendorong tubuhku, bergerak naik turun di dalam air. Aku mendongakkan kepala ke belakang dengan susah payah, berusaha mengontrol tubuhku agar tidak terdorong keluar.

Terapi ikan ini membuatku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang aneh. Hingga seseorang mendekat dari belakang pun, aku tidak menyadarinya.

Aku menoleh tanpa sengaja dan terkejut saat melihat seorang pria asing berdiri di belakangku. Dia terengah-engah sambil menatapku. Aku terkejut, lalu segera menutupi dadaku dengan tangan dan berusaha berpindah tempat. Namun, semua sudah terlambat.

Pria itu mengulurkan kedua tangannya, menyelipkannya di bawah ketiakku dan menyingkirkan tanganku yang menutupi dada, lalu meniupkan napasnya di telingaku.

"Banyak gaya juga, ya. Kamu benar-benar tahu cara bersenang-senang. Lagi butuh pria, ya?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kegilaan di Kolam Ikan   Bab 12

    Di kantor polisi, aku muntah-muntah tanpa henti. Rider, polisi yang kini sudah berganti seragam, memandangku dengan wajah penuh simpati dan menyodorkan segelas air."Kamu benar-benar nekat sampai menggigit habis barangnya. Aku nggak tahu masih bisa disambung atau nggak. Kalau nggak, bisa-bisa kamu dijerat tuduhan penganiayaan."Aku meludahkan air kumur ke wastafel, lalu menatapnya dengan penuh kemarahan. "Kamu ini kan polisi, kenapa harus menyuruh rakyat biasa mempertaruhkan nyawa untuk menemukan sarang mereka? Kalau gigiku nggak kuat, aku sudah mati di dalam sana!"Rider buru-buru menenangkanku. "Pelankan suaramu. Aku juga nggak punya pilihan. Kalau bukan karena kamu, aku harus menyamar berbulan-bulan lagi. Dari awal ketemu kamu, aku tahu kamu cerdas dan berani. Aku nggak salah menilai. Terima kasih, ya."Aku meliriknya dengan kesal sambil mengelap mulutku. "Kalau begitu, kenapa kamu yang menyamar berbulan-bulan nggak cari cara sendiri?"Rider terlihat canggung, lalu mendesah pelan. "

  • Kegilaan di Kolam Ikan   Bab 11

    Jacob menyuruh orang-orangnya melepaskan rantai perak di pergelangan tanganku. Aku merangkak naik ke tepi kolam.Kain tipis basah menempel erat di tubuhku, memunculkan bayangan yang samar-samar menggod.a Suara napas para pria di sekitar mulai terdengar lebih berat. Tatapan mereka nyaris menelanku bulat-bulat.Aku menahan senyum di bibir, lalu melangkah mendekati Jacob. Ujung selendang tipis itu bergetar lembut mengikuti setiap gerakanku. Tatapan Jacob mulai redup. Aku tahu, itu adalah tanda dia mulai tergoda."Kita pindah ke sana, ya? Aku mau melayanimu dengan baik," kataku sambil menunjuk ke sofa di sudut ruangan.Namun, Jacob menggeleng, lalu langsung mencengkeram tubuhku di balik kain tipis itu. "Jangan coba-coba main sama aku. Kita lakukan di sini saja."Aku meringis kecil, perasaan sakit bercampur geli menjalar ke seluruh tubuhku. Air mataku menggenang, membuatku tampak begitu lemah dan rapuh.Dikelilingi oleh tatapan banyak orang, aku perlahan-lahan berlutut di hadapan Jacob. Tan

  • Kegilaan di Kolam Ikan   Bab 10

    Tangisan dari dalam kolam bergema tiada henti bagaikan neraka. Dengan tangan gemetaran, aku mengeluarkan ponsel dan video call itu masih berlanjut.Di sisi lain, teman sekamarku terlihat ketakutan. Dia menutup mulutnya dan air mata mengalir di wajahnya. Aku menunduk dan mulai mengetik.[ Laporkan ke polisi, selamatk .... ]Namun, sebelum selesai mengetik, seseorang menendangku keras hingga aku terlempar. Dengan susah payah, aku mencoba bangkit. Di depanku, Jacob berdiri bersama beberapa pengawalnya.Ponselku jatuh ke dalam kolam dan langsung mati terkena air."Kenapa kamu nggak mau dengar ucapanku?" Jacob berjongkok, menarik rambutku ke belakang, dan membuat rasa sakit menusuk di kulit kepalaku."Tempat ini ... sebenarnya apa yang terjadi di sini?"Jacob melepaskan genggamannya dan tertawa terbahak-bahak. "Kamu sudah bisa menebaknya, kenapa masih tanya? Kolam ini, tentu saja untuk memelihara 'ikan'.""Lihat, begitu banyak putri duyung ini, semuanya aku pilih dengan hati-hati, menghabis

  • Kegilaan di Kolam Ikan   Bab 9

    Aku mendadak kehabisan kata-kata, tidak tahu harus menjawab apa. Wajah Jacob semakin lama semakin muram.Aku menggigit bibirku dengan gugup, pikiranku berputar cepat mencari-cari alasan untuk menjelaskan. Bagaimana kalau kusalahkan saja pria itu?Aku bisa bilang kalau dia mencoba menodaiku. Lagi pula, malam ini sangat gelap. Meskipun ada rekaman CCTV, seharusnya tidak ada yang bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi.Aku menelan ludah, lalu mengangkat kepala dan bersiap untuk bicara. Namun, ponsel Jacob kembali berdering. Dengan wajah kesal, dia mengangkat telepon. Aku samar-samar mendengar beberapa kata seperti "barang baru", "pilihan", dan "masuk kolam", tapi aku tidak mengerti maksudnya.Setelah menutup telepon, Jacob menatapku dalam-dalam dan memerintahkanku untuk tetap di kamar. Tak kusangka, begitu Jacob pergi, manajer toko mengetuk pintu.Aku membuka pintu sedikit dan memandangnya dengan waspada. "Ada perlu apa? Kalau ada urusan, cari saja Jacob. Aku nggak tahu apa-apa."Man

  • Kegilaan di Kolam Ikan   Bab 8

    Jacob melepaskanku, lalu membantuku mengenakan pakaian kembali dengan lembut. "Yovita, tunggu aku sebentar. Aku akan segera kembali."Aku mengangguk, tetapi hatiku kacau balau. Aku tahu pasti pria tadi yang sedang membuat keributan. Ketika aku menyelinap kembali tadi, pelayan itu sempat menelepon manajer toko.Kenapa masalah itu belum selesai juga? Apa mungkin manajer mengenaliku dan sekarang sedang memberi tahu Jacob? Jika Jacob mengetahui apa yang terjadi tadi, apakah dia akan memutuskan hubungan denganku? Kalau dia pergi, bagaimana dengan biaya sekolahku nanti?Semakin kupikirkan, semakin panik perasaanku. Jari-jariku gemetar tak terkendali dan keringat dingin terus bercucuran di dahiku. Otakku berpacu mencari alasan untuk menjelaskan semuanya kepada Jacob nanti.Setelah beberapa saat, Jacob akhirnya kembali dengan nada kesal. "Dasar tamu zaman sekarang! Benar-benar menganggap dirinya kayak raja. Saldo kartunya jelas-jelas nggak cukup, malah menyalahkan kita dan bikin keributan di l

  • Kegilaan di Kolam Ikan   Bab 7

    Setelah kembali ke kamar, aku segera melepas pakaian dan pergi mandi. Bau ikan dari kolam begitu menyengat, aku harus segera menghilangkannya sebelum Jacob kembali. Setelah kejadian tadi, pikiranku kini benar-benar jernih. Syukurlah, tidak ada hal yang terjadi dan aku masih menjaga kesucianku.Tak lama kemudian, Jacob pulang. Melihat kamar yang sudah kusiapkan dengan penuh perhatian, Jacob terlihat sangat terharu. Dia memegang wajahku dan menciumku dengan lembut."Di telepon kamu memaksaku buru-buru pulang. Sebenarnya, hadiah apa yang sudah kamu siapkan untukku?"Aku menundukkan kepala, tak tahu harus menjawab apa. Efek obat yang kusiapkan untuk meningkatkan suasana sudah hilang. Pakaian seksi yang kusiapkan juga basah kuyup di kolam ikan tadi.Mana ada lagi hadiah yang bisa kuberikan?Namun, suasana hati Jacob tampaknya sedang baik. Melihatku tak menjawab, dia mengira aku hanya malu. Dia tersenyum kecil dan tidak bertanya lebih jauh lagi.Kemudian, dia mulai membuka jubah mandiku. Jar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status