"Ah, tidak mungkin juga aku hamil. Kemarin bukan masa suburku," elak Shiren seraya tertawa kecil, seolah menganggap hal yang mereka bahas bukanlah hal serius."Ya, lihat saja nanti," balas Nicholas tak kalah santai. Percakapan mereka terpaksa terhenti ketika hujan turun tanpa disangka. Nicholas hendak bangkit dan membawa Shiren masuk ke dalam kamar, namun wanita itu menahannya agar tetap diam di tempat."Kamu bisa demam, Shiren!" bentak Nicholas panik. Shiren sangat kuat memegang kursi sehingga mereka tidak bisa bangkit."Aku sangat suka hujan. Aku janji tidak akan demam lagi," ujar Shiren sungguh-sungguh. Dia justru memeluk Nicholas erat-erat dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher sang suami. Nicholas pun tak bisa menolak, mungkin setelah ini dia juga dihukum Belinda karena membiarkan Shiren terserang demam oleh hujan. "Bagaimana jika aku hamil setelah kita berpisah? Waktunya sebentar lagi, kan?" Shiren bertanya cukup keras agar suaranya didengar. Suaranya sedikit tenggelam
Ah, Nicholas menyesal untuk melakukan skin to skin dengan Shiren. Dia semakin panas dingin ketika kulit halus wanita itu menempel langsung pada dadanya. Tidak, jika tidak dihentikan dia akan lepas kendali.Secara perlahan Nicholas melepas pelukan Shiren yang cukup erat pada tubuhnya. Dia sedikit mendesah lega ketika berhasil meloloskan diri. Setelah itu, Nicholas kembali memakai pakaiannya. "Wanita memang racun dunia," gerutu Nicholas seraya memandang Shiren sebal. Dia hampir turn on hanya karena berusaha meredakan demam Shiren.Nicholas pun segera berbaring seperti semula di samping Shiren, pelan-pelan dia mengarahkan lengan Shiren agar kembali memeluknya seperti tadi."Kamu meninggalkanku lagi, ya?" Nicholas cukup terkejut mendengar pertanyaan Shiren. Dia segera menunduk untuk memastikan Shiren benar bangun atau hanya sebatas mengigau."Jika tidak mau mengurusku yang sedang demam, tidak apa-apa. Tapi, kamu jangan pergi. Kamu tidak boleh meninggalkanku." Racauan Shiren semakin memb
"Aku menginginkan kamu, Suamiku."Suara Shiren begitu lirih, namun matanya terlihat sangat penuh nafsu. Wanita itu mendorong Nicholas sampai terjerembab di atas kasur. Secepat kilat dia naik ke atas tubuh Nicholas."Hey, kamu baik-baik saja, kan? Mabuk lagi?" tanya Nicholas cukup heran. Baru ditinggal beberapa menit sudah mabuk?"Tidak. Aku hanya menginginkan suamiku, apa tidak boleh?" tanya Shiren dengan kedua mata berkaca-kaca. Pria mana yang sanggup menolak jika sudah seperti ini? Ah, melihat kedua bola mata indah yang berair itu membuat Nicholas merasa bersalah."Sangat boleh. Ingat, hanya beberapa menit karena aku harus segera pergi bekerja," jawab Nicholas memberikan persetujuan untuk istrinya. Mereka pun memulai aksi panas seperti malam kemarin. Bedanya, kali ini cukup tergesa karena termakan waktu. "S-sakit," cicit Shiren ketika merasakan sesuatu kembali memasuki inti tubuhnya. Memang tidak seketat kemarin, namun rasanya masih cukup sakit. Mungkin karena kurangnya pemanasan.
Baru saja keluar dari ruang meeting bersama Domenico, Nicholas dikejutkan oleh kedatangan Shiren yang cukup tiba-tiba. Wanita itu sampai menunggunya di depan ruang meeting dan membawa satu buah wadah makanan cukup besar."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Domenico sambil mendekat pada Shiren, begitu juga Nicholas. Shiren bingung harus menjawab jujur atau tidak. Dia cukup gengsi jika harus mengatakan jika dia akan mengantarkan makan siang untuk suaminya di depan orang itu sendiri. Setelah beberapa detik berpikir, Shiren pun berhasil menemukan jawaban terbaik."Aku baru saja mencoba resep baru, tidak tahu rasanya enak atau tidak. Ingin coba?" tanya Shiren pada Domenico dan Nicholas. Sontak Nicholas melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, belum jam istirahat. "Ini belum jam istirahat, kamu tung—""Pergilah dengan Shiren, Kakek juga memiliki sekretaris," ucap Domenico seraya mendorong pelan bahu Nicholas berniat menyuruh pria itu pergi. Dia tidak ingin menghancurkan hati Shiren ka
Shiren terbangun dengan rasa mual luar biasa, wanita itu segera berlari menuju kamar mandi. Di sana, Shiren bersimpuh di hadapan kloset sambil berusaha memuntahkan isi perutnya, dia tidak sanggup berdiri."Kenapa mual sekali?" tanya Shiren pada dirinya sendiri. Dia berusaha untuk berdiri setelah dirasa tidak ada lagi yang bisa dia keluarkan. Makanan sisa semalam sepertinya sudah keluar tanpa sisa.Mual belum reda, kini Shiren merasa kepalanya sangat pusing tujuh keliling. Dia bersandar pada kepala ranjang, mencoba menenangkan diri yang semakin tidak karuan. "Nicholas, kamu masih tidur kah?" Shiren bertanya-tanya, dia melirik sejenak pada jam dinding yang baru menunjukkan pukul 5 pagi. Tentu saja Nicholas masih berkelana di alam mimpi.Tanpa diduga, pintu kamar Shiren dibuka dari luar dan menunjukkan sosok yang dia cari. Betul, semalam mereka tidur terpisah karena Shiren merajuk. Shiren kesal karena semalam Nicholas menolak permintaannya. "Tumben sekali kamu sudah bangun? Tidak nyama
Kedua tangan Shiren gemetar memegang sebuah benda bergaris dua. Sejak kapan di perutnya bersemayam anak manusia? Shiren hampir tak percaya merasakannya. Lamunan Shiren buyar ketika pintu kamar mandinya dibuka dari luar oleh Nicholas. Pria itu segera masuk dan melihat sendiri benda yang masih di tangan Shiren. Belinda, Jay, dan dokter masih setia menunggu. Hanya Nicholas yang tidak sabar."Positif? Kamu mengandung anakku?" tanya Nicholas tak percaya. Begitu pula dengan Belinda dan Jay yang mendengar suara Nicholas. Mereka sangat terkejut.Air mata Shiren luruh tak tertahankan, dia merasa bahagia dan takut. Di tengah rasa campur aduknya, Shiren merasakan tubuhnya ditarik dengan lembut, seperkian detik kemudian dia sudah berada di dekapan Nicholas. "Maafkan aku," bisik Nicholas pelan. Andai dia lebih hati-hati mungkin tidak akan seperti ini. Shiren tidak akan kesulitan.Pikiran Shiren semakin buruk mendengar permintaan maaf Nicholas. 'Kenapa harus meminta maaf? Kamu tidak berniat meni
"Usia kandungannya baru berjalan selama 5 minggu, masih sangat kecil, dia seperti biji apel sekarang," jelas dokter kandungan sambil menggerakkan alat USG di permukaan perut Shiren. Shiren tersenyum haru melihat calon anaknya yang masih sangat kecil itu. Genggaman pada tangannya pun semakin menguat, sontak dia menoleh pada Nicholas. Pria yang sedari tadi menggenggam tangannya. "Berapa lama lagi dia akan keluar?" tanya Nicholas setelah cukup lama terdiam. "Umumnya kehamilan berlangsung selama tiga puluh tujuh minggu sampai empat puluh dua minggu. Bahkan ada yang lebih cepat atau lebih lambat dari itu, Tuan," jawab dokter bername-tag Rosella. Dokter inilah yang menangani Belinda sewaktu hamil dan melahirkan Jay. "Apa saja yang tidak boleh istriku lakukan?" tanya Nicholas lagi. Dia harus mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya agar bisa menjaga Shiren dengan baik. Belinda dan Jasmine yang ikut menemani mereka pun tampak terharu melihat Nicholas yang sangat antusias bertanya. Terlih
Nicholas tak bisa mengalihkan tatapannya barang sejenak dari sosok cantik yang sedang asyik memamerkan perut rata. Dia sangat terpukau. "Hey, kenapa melamun? Cepat fotokan aku, ini kali pertama aku berfoto dengan calon anak kita," ujar Shiren seraya berpose menunjuk perutnya yang masih datar. Dia meminta difoto seperti ini sampai melahirkan nanti.Nicholas segera mengabulkan keinginan istrinya, 3 gambar terbaik dia simpan dan dimasukkan ke dalam file khusus. Wanita itu mendekat pada Nicholas untuk melihat hasil potretannya. Shiren sontak berdecak kagum. "Kamu sangat pandai memotret, aku kelihatan sangat cantik di sini," ucapnya menunjuk layar ponsel. Di sana dia terlihat cantik dan seksi. Dia hanya memakai celana legging hitam dan sport bra. Nicholas menarik pelan lengan Shiren dan memintanya agar duduk di pangkuan. Dia sedari tadi duduk di tepi kasur."Kamu bahagia hidup denganku?" Pertanyaan Nicholas menurut Shiren sangat aneh. Dia mengecup bibir pria itu sebelum menjawab. "San