Share

Prohibition

Author: Watermelon
last update Last Updated: 2022-04-15 14:12:44

Ana berjalan memasuki dapur ia merasa bosan berada di kamar terus menerus. Sesampainya di dapur ia tidak melihat Asti berada di sana. Ana mengedikkan bahunya tak acuh, tidak ada Asti disana malah membuatnya bebas berada di dapur. 

Ana membuka kulkas yang ternyata terisi penuh macam-macam makanan dan minuman. Ana beralih membuka rak dapur yang juga terisi dengan berbagai makanan dan bahan-bahan. Ana ingin membuat sesuatu untuk dirinya sendiri tetapi ia bingung harus membuat apa. 

Akhirnya Ana memutuskan untuk membuat spaghetti marinara. Kurang dari setengah jam ia berkutat di dapur membuat spaghetti dan akhirnya jadi. Ana tersenyum mencium bau harum dari spaghetti buatannya. Ia jadi tidak sabar untuk memakan spaghetti buatannya. Ana membawa piring spaghetti ke meja makan.

"Ah lupa! aku sedang membuat kue." Ana menepuk keningnya, ia melupakan kue nya yang masih ada di dalam oven. 

Ana beranjak kembali ke dapur meninggalkan spaghetti buatannya di meja makan. Saat ia kembali lagi ke meja makan spaghetti buatannya sudah habis tak tersisa. Mungkin Ana meninggalkannya terlalu lama karena ia harus menghias kue buatannya lebih dulu.

"Kenapa menatapku!" 

Ana tersentak di bentak oleh Gerald yang  tak lain adalah tersangka orang yang menghabiskan spaghetti buatannya. 

"Kau buat apa?" tanya Gerald melihat kue di piring yang Ana bawa.

"Kau yang menghabiskan spaghetti ku?" Ana menatap miris piring spaghetti yang hanya tinggal piringnya saja. 

"Kau yang membuat ini?" Gerald menunjuk spaghetti yang sudah ia habiskan. Ana menganggukkan kepalanya. 

Gerald terlihat salah tingkah. Ia berpikir jika spaghetti ini buatannya bi Asri yang dibuat untuknya. 

"Dimana Asti? Aku sudah bilang jika butuh sesuatu panggil saja Asti." ujar Gerald.

"Aku hanya merasa bosan dan ingin memasak sesuatu." ujar Ana pelan.

"Aku sudah melarangmu masuk ke dapur bukan." Gerald memicingkan matanya mengintimidasi Ana.

"Jangan lagi masuk ke dalam dapur!" ujar Gerald yang seperti perintah yang tidak bisa diganggu gugat.

"Kalau begitu ijinkan aku pergi ke luar." Ana melirik Gerald takut-takut. Sepertinya jiwa pembangkangnya mulai bangun.

Gerald menatap datar ke arah Ana. Ia tidak akan terbuai lagi dengan perkataan gadis itu. Jika ia membiarkan Ana keluar rumah maka gadis itu akan memanfaatkan celah yang ada untuk kabur lagi darinya. Ana bukanlah gadis bodoh yang akan tunduk begitu saja kepadanya. 

"Jangan terlalu berharap aku akan mengabulkan permintaanmu." balas Gerald datar.

"Kau tidak tahu rasanya bosan di rumah ini seharian tanpa melakukan apa-apa. Aku tidak memiliki teman untuk diajak berbicara. Jika seperti ini terus menerus aku bisa gila!" Ana mengeluarkan kekesalannya. Ia bisa melihat Gerald menatapnya tajam. Gerald selalu menatapnya seperti itu ketika ia berbicara dengan nada tinggi.

Gerald melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah Ana. Tangannya langsung mencengkram dagu Ana hingga membuat piring di tangannya jatuh ke meja makan. Ana tahu pria di depannya selalu melakukan semuanya sesuka hati, pria itu selalu merasa dirinya yang paling benar. Bahkan setelah menghabiskan spaghetti buatannya bukannya meminta maaf Gerald malah membentaknya.

"Jangan membantahku Ana!" ujar Gerald tajam dengan suara beratnya.

Ana tetap menatap Gerald seperti tidak merasa takut, padahal dirinya merasa takut setiap Gerald sudah mendekat ke arahnya. Ia merasa merasakan aura gelap dari pria itu setiap menatap matanya dari jarak sedekat ini. 

"Tuan sudah datang?" suara Asti tiba-tiba membuat tatapan Gerald pada Ana berubah.

Gerald melepaskan cengkramannya. Ia membalikkan badannya menatap Asti yang baru saja memunculkan batang hidungnya. Apa yang sebenarnya gadis itu kerjakan. Jika bukan karena bi Asri yang memintanya untuk menerima Asti bekerja di sini ia mungkin tidak akan menerima gadis itu bekerja di sini. Apalagi Asti orang yang selalu melakukan seenaknya.

"Bersihkan semuanya." Gerald menunjuk kekacauan yang ada di meja makan.

"Dan kau, ambilkan kue itu untukku dan bawakan ke kamar." ujar Gerald, dagunya menunjuk ke arah kue yang tadi Ana bawa. Setelah mengatakan itu Gerald pergi ke kamarnya.

Ana berniat ingin membereskan kekacauan yang ia buat tetapi Asti menghentikannya.

"Apa kau habis dari dapur?" Asti menatap tajam ke arah Ana.

"Iya." balas Ana seadanya.

Ana berjengit kaget saat Asti tiba-tiba menarik tangannya dan membalikkan badannya dengan kasar.

"Aku sudah bilang jangan masuk ke dapur atau tuan Gerald akan memarahiku." ujar Asti kesal.

"Kau hanya orang asing yang menumpang tinggal di rumah ini, jadi bersikaplah semestinya jangan menganggap dirimu nyonya di rumah ini. Suatu saat jika tuan Gerald sudah bosan denganmu pasti dia akan menendangmu dari rumah ini." ujar Asti menohok. 

"Asti!" suara bentakan bi Asri membuat Asti terkejut. Asti langsung melepaskan cekalannya pada lengan Ana.

"Apa yang kau lakukan!" bi Asri memegang lengan Asti.

"Aku sudah memberitahumu jangan bersikap tidak sopan kepada nona Ana!" bi Asri terlihat sangat marah pada Asti.

"Bi dia hanya jalang yang dibawa tuan Gerald ke rumah ini." ujar Asti tak henti-hentinya mencemooh Ana tanpa rasa takut.

"Kau sudah gila! Jika tuan mendengar ucapanmu kau yang akan ditendang dari rumah ini." bi Asri tidak bermaksud mengancam Asti, ia hanya mengingatkan batasan kepada keponakannya itu.

"Pergilah ke kamar mu sekarang." perintah bi Asri penuh penekanan.

"Nona sekali lagi saya minta maaf atas perilaku tidak sopan Asti." bi Asri menundukkan kepalanya merasa malu dengan perilaku keponakannya yang tidak tau sopan santun kepada majikannya.

"Nggak papa bi." Ana yang sedari tadi diam akhirnya bersuara.

"Biar saya yang bereskan semuanya non." Ana menganggukkan kepalanya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kehidupan Gelap CEO   Extra Part

    "Sayang." Gerald menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Ana. Sesekali ia menghisap atau menggigit gemas leher Ana. Ana memutar bola matanya jengah. Sudah kelima kalinya Gerald hanya memanggilnya tanpa mengatakan apa-apa. Ana menjauhkan tubuhnya dari jangkauan suaminya itu."Aku lagi dandan, jangan ganggu ah." kesal Ana karena sedari tadi Gerald terus menempel padanya dan tidak mau melepaskan pelukannya."Habisnya kamu wangi." ujar Gerald sambil terus menciumi leher Ana."Kamu aja yang bau karena belum mandi." ejek Ana."Kamu mau kemana sih pagi-pagi gini udah cantik aja." Gerald menatap dari pantulan cermin dengan pandangan tidak suka."Mau ke sekolahannya Aron ambil rapot." "Eve ikut?" Ana menggelengkan kepalanya. "Kamu hari ini liburkan, tolong jagain Eve ya." Gerald mencabikkan bibirnya dengan kesal. "Kenapa nggak diajak aja, masa aku harus nemen

  • Kehidupan Gelap CEO   The End

    Waktu berlalu dengan begitu cepat sampai sulit untuk menyadarinya. Hari demi hari terus berganti, bulan demi bulan terus berganti, hingga tahun demi tahun terus berganti. Sudah hampir tujuh tahun usia pernikahan Ana dan Gerald tanpa terasa. Tidak banyak yang berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja Gerald yang dulu telah berubah menjadi seorang Gerald yang lebih baik lagi. Hari-harinya dipenuhi oleh Ana yang selalu ada di sampingnya."Emmmh faster…" Ana terengah-engah dalam kegiatan panas mereka. "Jangan keluar dulu, tunggu aku." ujar Gerald sambil terus memompa tubuhnya."Aahhh akuhhh su daahh tidakkhh tahan." Ana memejamkan matanya menahan sesuatu yang ingin keluar dari bawah sana."Bersamahhh ahhhhkhhhkh." Gerald mengerang saat milik Ana Benar-benar menjepitnya dengan sangat erat.Cupp"Ahhh I love you." Gerald membaringkan badannya ke samping badan Ana dan menarik selimut untuk menut

  • Kehidupan Gelap CEO   A Confession

    "Arabella?" Rachel langsung berlari menghampiri Gerald begitu mendengar nama putrinya disebut oleh laki-laki itu."Dimana putriku? Katakan dimana putriku?" Rachel terlihat tak sabaran mendengar keberadaan putrinya itu. "Katakan dimana putriku!" Rachel berteriak seperti orang kesetanan karena tidak mendapat respon dari Gerald atas pertanyaannya."Arabella telah tiada." Ana menatap ke arah Gerald dengan pandangan tidak percaya. Ia tidak percaya jika laki-laki itu akan mengatakannya langsung tanpa berpikir panjang. Rachel tertawa keras mendengarnya. Sedangkan Peter terduduk di atas lantai karena terlalu terkejut."Tidak mungkin, putriku masih hidup hahahaha dia masih hidup. Kau berbohong!" Rachel mendorong tubuh Gerald hingga tubuh Gerald mundur beberapa langkah."Putriku masih hiduppp." Rachel berjalan kesana kemari dengan senyum dibibirnya."Kau tidak apa-apa?" Ana menanyakan kead

  • Kehidupan Gelap CEO   About Arabella

    Ana menggeliat dalam tidurnya. Matanya masih ingin terpejam meski cahaya matahari berusaha menerobos kamarnya untuk mengganggu tidur nyenyaknya. Semalam ia baru tertidur pukul tiga pagi hingga akhirnya hari ini membuatnya ia bangun kesiangan. Untungnya hari ini hari minggu jadi Ana bisa bermalas-malasan di tempat tidurnya. Ana menepuk-nepuk samping tempat tidurnya. Ia tersenyum mengingat makan malam romantisnya dengan Gerald. Mereka sangat menikmatinya semalam. Mereka memakan steak, kemudian dilanjut berdansa di bawah sinar bulan, dan kemudian mereka melanjutkan kegiatan malam mereka dikamar.Wajah Ana memerah seperti tomat kala mengingat bagaimana ia menjadi sangat agresif semalam. Tidak, sepertinya sejak ia hamil ia menjadi lebih agresif ketika mereka melakukannya. Ana selalu ingin memimpin dan Gerald dengan senang hati memberikan kendali kepadanya."Morning honey." Cupp"Morning." "Kau masih ingin tidur?

  • Kehidupan Gelap CEO   You Always Be My Life

    Ana bergerak mendekat ke arah Gerald. Dipeluknya laki-laki itu dengan tulus. Ia tahu Gerald sebenarnya orang yang baik. Hanya saja karena hatinya tertutup oleh dendam membuatnya jadi seperti ini. Setiap orang memiliki kesempatan dalam merubah hidupnya menjadi lebih baik, dan Ana yakin Gerald akan menjadi orang yang lebih baik setelah ia menyadari semua kesalahannya. "Aku ingin menjadi seorang ayah yang dibanggakan oleh anakku dimasa depan, bukannya dibenci oleh anakku." gumam Gerald sambil terisak di pelukan Ana. Tangan Ana mengusap punggung Gerald untuk menenangkan suaminya itu. Ini bukan pertama kalinya bagi Ana melihat Gerald yang menangis. Tapi setiap Ana melihat Gerald menangis, ia seperti melihat sisi lain yang selama ini Gerald coba sembunyikan. Selama ini Gerald selalu terlihat galak, dingin, dan tegas, tapi sebenarnya Gerald memiliki sisi yang lembut juga."Terimakasih sudah mengatakan semuanya." ujar Ana sambil tersenyum. Ia menghargai keberanian Gerald yang mau berkata ju

  • Kehidupan Gelap CEO   Deep Talk

    Setelah makan malam Ana langsung pergi ke kamar. Ia langsung mengambil buku novel yang beberapa hari ini ia baca. Malam ini rencananya ia akan menamatkan novelnya itu. Hanya kurang empat bab maka satu buku novel berhasil ia tamatkan selama satu minggu. Ana tetap terfokus pada buku di tangannya ketika Gerald masuk kedalam kamar. Perempuan itu enggan melirik meski sebentar saja. Ana memang selalu begitu jika sudah asyik membaca, maka dunianya akan terfokus pada satu titik.Gerald berpura-pura mencari sesuatu di dekat Ana untuk menarik perhatian perempuan itu. Tapi sayangnya Ana tidak tertarik dengan apa yang Gerald lakukan. Gerald mendengus melihat Ana yang sibuk dengan buku novelnya. Gerald mengintip apa yang membuat Ana sampai begitu mengabaikannya. Gerald melihat buku novel yang Ana baca, tidak ada yang menarik hanya berisi tulisan yang berupa paragraf saja. Gerald menaiki tempat tidur dengan pelan. Ia dengan sengaja merebahkan kepalanya ke atas paha Ana. Dan benar yang ia lakukan l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status