“Kamu di mana, Sayang? Apa malam ini kamu ada waktu?” Suara manis nan manja seorang wanita terdengar dari seberang ponsel Allen. Namun, raut wajah Allen masih terlihat kesal. Ia tidak menjawab pertanyaan lawan bicaranya tersebut dan malah berkata, “Jemput aku di dekat jalan Broadway sekarang.” “Lho, ke mana mobilmu?” tanya wanita itu dengan nada yang terdengar kaget. Allen memang meninggalkan mobilnya di gedung Luminous. Saat tadi ia melihat Sienna keluar dari kantor, tanpa berpikir panjang, ia langsung mengikutinya karena ingin mencari kesempatan untuk berbicara dengannya. Siapa sangka Sienna malah memperlakukannya dengan dingin dan sekarang ia malah menjadi seperti lelaki tercampakkan dengan penampilan yang mengenaskan. “Ceritanya sangat panjang. Pokoknya sekarang juga jemput aku. Ada hal penting yang ingin kubicarakan juga denganmu,” tukas Allen dengan netra yang bergerak mengawasi sekitarnya. “Baiklah,” sahut wanita itu, lalu sambungan telepon mereka pun terputus. Perlahan
“Virus apanya? Kamu pikir aku sudah gila?” protes Lucas dengan kesal.Namun, Oliver malah menertawakannya dan beranjak dari duduknya. “Aku rasa kamu butuh sedikit minuman penyegar,” ucapnya.“Kamu tahu kan kalau aku paling tidak suka minuman keras, Oliver,” sahut Lucas sembari berdecak malas.“Tenang saja. Aku tidak akan membuatmu mabuk. Kamu hanya akan merasa lebih rileks, Luke,” ucap Oliver dengan penuh percaya diri.Tanpa menunggu tanggapan Lucas, Oliver berjalan menuju ke meja bartender dan mengambil beberapa botol minuman keras, kemudian meraciknya.Tidak berapa lama kemudian, Oliver pun menyuguhkan minuman racikannya kepada Lucas. “Minumlah sedikit. Kamu pasti akan menyukainya,” ujarnya.Alis Lucas bertaut. Netranya memandang minuman berwarna biru dengan dasar berwarna keemasan tersebut dengan ragu. “Kamu tidak menambahkan yang aneh kan?” selidiknya dengan sorot mata penuh curiga.Akan tetapi, Oliver tidak tersinggung. Ia malah tertawa kecil, kemudian mengambil minuman tersebut
“Perangkap apa maksudmu?” gerutu Lucas yang mulai terlihat kesal.Akan tetapi, Oliver malah kembali menertawakan kebingungannya. “Lucas, Lucas … ternyata kamu bisa menjadi bodoh juga ya,” ledeknya.Lucas pun berdecak malas. “Apa kamu tidak bisa bicara dengan lebih jelas?” protesnya.Perlahan tawa Oliver terhenti. Ia menyeka sudut matanya yang berair dengan punggung tangannya, lalu ia berkata, “Lucas, apa kamu tidak sadar kalau hatimu sudah dicuri oleh sekretarismu itu, hm?”“Apa maksudmu?” desis Lucas tanpa mengubah ekspresinya sedikit pun.Oliver terlihat sangat gemas dengan ketidaktahuan Lucas. “Maksudku … kamu sudah jatuh cinta dengannya. Apa kamu tidak sadar?” celetuknya dengan tegas.Gerakan tangan Lucas yang sedang memutar gelas di tangannya terhenti seketika. Ia menatap Oliver dengan sorot mata tajam yang membesar.Ya, Lucas sangat syok saat ini. Ia sempat terdiam cukup lama dan bergumam di dalam hati, ‘Aku … jatuh cinta dengan gadis itu?’“Kenapa? Kamu tidak percaya kalau kamu
Melihat wajah terkejut Lucas, suara tawa kecil meluncur kembali dari bibir Oliver. “Tidak perlu sekaget itu. Jatuh cinta itu tidak semenakutkan itu,” ledeknya.Netra Lucas memicing tajam. “Memangnya kamu pernah jatuh cinta?” cibirnya sembari mendengkus remeh.Selama ini Lucas sering melihat Oliver dekat dengan banyak wanita. Ia ragu pria itu pernah jatuh cinta dalam arti yang sesungguhnya.Begitu banyak wanita yang dikencani sahabatnya tersebut. Lucas yakin Oliver tidak mungkin jatuh cinta sebanyak itu selama ini.Oliver tampak salah tingkah mendapatkan pertanyaan tersebut. Ia pun berdeham pelan dan berkata, “Cinta bagiku sudah seperti makanan sehari-hari, Luke. Rasanya sudah hambar.”Lucas berdecih remeh. “Bukan hambar, tapi kamu hanya belum pernah menemukannya yang bisa membuatmu menetap,” timpalnya.Oliver mengedikkan bahunya dengan acuh tak acuh. “Mungkin kamu benar,” balasnya.“Berhentilah mempermainkan perasaan wanita, Oliver. Hati-hati, kamu belum ketemu batunya,” ujar Lucas me
“Aku? Kamu tidak mengenalku?”Pertanyaan konyol yang diajukan wanita asing di seberang ponselnya itu semakin menambah kekesalan Lucas. Ia merasa sedang dipermainkan.Akan tetapi, Lucas tetap mempertahankan kesabarannya dan bertanya dengan penuh selidik, “Apa kamu sudah mencuri handphone sekretarisku, Nona?”“Siapa dia, Luke? Jadi dia pencuri?” gumam Oliver yang merasa penasaran.Ia pun ikut menempelkan telinganya pada gawai Lucas, tetapi Lucas malah mendorong pelipisnya dengan satu jarinya karena merasa risi.“Ck, ck, jangan menuduh sembarangan, Zombi Kutub!” tukas wanita itu dengan suara yang terdengar kesal.“Aku … tidak mencuri handphone-nya. Mana mungkin pengacara muda cantik sepertiku … akan mencuri handphone teman sendiri.” Wanita itu kembali berbicara, tetapi suaranya terdengar semakin tidak jelas.‘Ternyata Pengacara Bentley,’ batin Lucas yang merasa cukup lega. Tadi ia sempat mengira terjadi sesuatu hal yang bur
“Ada apa, Luke?” tanya Oliver saat melihat perubahan raut wajah Lucas.Akan tetapi, Lucas tidak menggubrisnya. Saat ini seluruh benak Lucas dipenuhi dengan kalimat yang baru saja didengarnya dari gadis itu. Lucas masih tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.Namun, ucapan orang mabuk biasanya adalah kejujuran yang tak terelakkan dan hal ini membuat Lucas merasa sangat marah!“Coba kamu katakan sekali lagi, Sienna,” desis Lucas yang terdengar dingin.Akan tetapi, Lucas malah mendengar decihan sinis dari gadis itu. “Sienna Sherwood!” teriaknya, murka.“Huh … kenapa kamu menyebalkan?” sungut Sienna di seberang teleponnya.Tidak ada rasa takut sedikit pun yang diperdengarkan gadis itu meski kemarahan Lucas tersulut akibat pernyataannya tadi.Dengan suara yang masih terdengar meracau tidak jelas, Sienna kembali berkata, “Padahal … biasanya kamu selalu menolak untuk mengulangi ucapanmu. Kenapa … kenapa kamu malah menyuruhku untuk mengulangnya?”“Ck, mabuk saja kamu bisa banyak protes,”
“Apa Anda yang tadi memanggilku ‘Tuan Zombi’?” selidik Lucas kepada sang manajer restoran.Wajah pria gemuk paruh baya itu memucat. “Ma-maafkan saya, Tuan Zom … ah, maksudku Tuan Muda Morgan. Saya tidak tahu kalau Anda yang dimaksud gadis itu,” cicitnya.Perlahan wajah manajer itu tertunduk. Ia khawatir Lucas akan menuntutnya karena mengira ia telah menghinanya.Akan tetapi, Lucas malah bertanya, “Kenapa Anda bisa memanggil saya seperti itu?”“Saya … saya hanya melihat nama pada layar handphone tamu itu saja, Tuan. Saya sama sekali tidak bermaksud menghina Anda. Sungguh,” jawab sang manajer dengan penuh ketakutan.Ekspresi Lucas seketika menggelap. “Dia … menamai nomorku dengan sebutan itu?” gumamnya.Pria paruh baya itu mengangguk dengan cepat. Ia dapat melihat kilatan kemarahan yang terpatri pada sepasang netra Lucas. Manajer restoran itu berpikir jika gadis yang menjadi tamunya itu akan mendapatkan masalah besar atas pengakuannya ini!“Luke, aku rasa sebutan itu cocok denganmu,” le
“Apa? Aku?” Oliver menunjuk dirinya sendiri.“Ya, memangnya siapa lagi di sini kalau bukan kamu?” balas Lucas dengan kesal.“Tapi─”Oliver hendak mengajukan protesnya, tetapi Lucas kembali berkata, “Sebaiknya kamu jangan macam-macam dengannya.”“Ck, kamu pikir aku sebiadab itu sampai menyentuh wanita yang lagi mabuk?” gerutu Oliver yang merasa dicurigai seperti seorang penjahat kel*min.Lucas hanya menyeringai sinis, kemudian menarik Sienna agar bangkit dari tempat duduknya. “Ayo, Sienna. Kita pulang,” ujarnya.“Hum ….” Sienna melenguh pelan.Perlahan gadis itu membuka matanya. Samar-samar ia melihat bayangan wajah Lucas di hadapannya. Sudut bibirnya melengkung tipis, lalu ia bergumam, “Zom … bi … Ku … tub?”Lucas merasa kesal. Gerakan tangannya yang sedang menopang Sienna hampir terlepas, menyebabkan tubu