공유

Pagi Menyebalkan

last update 최신 업데이트: 2023-03-06 19:15:16

Keadaan patah hati, membuat hari berganti secara perlahan. Pikiran Namira masih kacau. Hatinya pun masih berantakan. Kejadian itu tidak bisa hilang begitu saja. “Ahh, kenapa gue bisa sebodoh ini!” ucap Namira di dalam mobil.

Namira enggan menceritakan hal ini kepada orangtuanya, sebab, ia tidak ingin masalahnya akan menjadi lebih panjang dan rumit. Namira dan Aidan sudah menjalin hubungan cukup lama. Mama dan Papa Namira sudah mengenal Aidan, bahkan sudah memberikan restu karena Aidan selalu bersikap baik di depan Mama dan Papa Namira. Sayangnya, semua itu tak cukup untuk mempertahankan hubungan Aidan dan Namira.

Posisi Namira sangat berbeda dengan Aidan. Namira justru tidak mendapat restu dari Mama dan Papa Aidan. Entah alasan apa, yang jelas orangtua Aidan tidak menyetujui hubungan mereka berjalan lebih serius. Hal inilah yang membuat Aidan ingin menyerah saja dan meninggalkan Namira. Tapi itu tidak berlaku bagi Namira. Ia masih ingin memperjuangkan hubungannya dengan Aidan. Tidak mungkin Namira bisa meninggalkan Aidan dengan rasa cinta dan kebiasaan yang sudah lama terjalin.

“Andai saja waktu itu aku menyerah, aku tidak akan tersakiti seperti sekarang,” ucap Namira terus mengeluh dan memikirkan masalahnya dengan Aidan. Meski perasaannya sudah hancur, Namira masih belum bisa membenci Aidan. Rasa cinta dan sayang itu masih singgah di hati Namira. “Apa Aidan benar-benar melakukan hal itu? Bersama perempuan lain di hotel dan?” Namira sengaja tidak melanjutkan kalimatnya. Kalimat itu akan menyakiti perasaannya lebih dalam.

“Lebih baik gue cari sarapan dulu, deh. Daripada ngomel sampe kelaparan,” ujarnya lalu berhenti di rumah makan langganannya. Hari ini, Namira sedang ingin makan sesuatu yang bukan berbahan gandum. Ia memilih makan lontong sayur dan kawan-kawannya. Sebenarnya, rumah makan itu sudah menjadi saksi kisah cinta Namira dan Aidan. Namun, Namira tidak peduli akan hal itu karena perutnya sudah dirundung kelaparan.

“Namira?” panggil seseorang dari belakang. Namira pun menoleh tanpa jeda. Ia terkejut karena panggilan itu ternyata dari Aidan. Aidan sedang berada di tempat yang sama dengannya saat itu. Badan Namira langsung lemas. Suasana hatinya pun kian memburuk karena melihat wajah sang mantan kekasih, yang baru saja kemarin ia putuskan. “Ngapain kamu di sini?” tanya Namira reflek. Ia tidak punya pertanyaan lain selain kalimat itu. “Kamu mau ngikutin aku?” Namira menambah pertanyaan. “Hah? Ngikutin kamu?” Aidan terdengar kesal.

Aidan dan Namira melanjutkan obrolan mereka yang sebenarnya lebih ke arah perdebatan. Namira rela menanggalkan rasa laparnya itu, demi menuangkan emosinya kepada Aidan. “Apa maksud kamu nuduh aku seperti itu? Bukannya kamu yang kemarin udah buntutin aku sampai masuk ke kamar hotel?” tanya Aidan dengan emosi yang mulai berapi-api. “Aku Cuma mau sarapan. Nggak ada hubungannya sama kamu,” jawab Namira tanpa menyambung dengan pertanyaan Aidan barusan. “Aku nggak peduli hari ini. Aku tanya tentang kemarin!” bentak Aidan mengundang perhatian dari orang-orang yang mengunjungi tempat itu.

“Aidan, ini tempat umum! Bisa nggak sih nggak usah pake emosi? Lagian kamu yang memanggil aku. Kalau saja kamu nggak manggil aku, aku juga nggak akan tahu kamu ada di sini!” jelas Namira kesal. Namira dan Aidan merubah posisi mereka yang lebih sepi. Mereka tidak ingin menghalangi orang-orang yang sedang mengantri makanan. “Oh, jadi setelah kemarin ketahuan selingkuh, sekarang udah mau menjauh dan menghindar?” tanya Aidan. Namira sempat tidak paham dengan pertanyaan Aidan barusan. Ia sempat meminta Aidan untuk mengulang kalimatnya. Tetapi, Aidan malah semakin menuduh yang macam-macam.

“Yang selingkuh dan kepergok dengan perempuan lain itu kamu! Kenapa aku yang kamu tuduh selingkuh?” Namira tidak habis akal dengan tuduhan Aidan. Kemarin Aidan ketahuan bersama perempuan lain di hotel, namun, hari ini Aidan justru menuduh mantan kekasihnya itu berselingkuh. Padahal jika orang lain yang menilai pun pasti akan sama dengan Namira. Aidan yang berselingkuh dengan perempuan lain. Bahkan perempuan yang asing, tidak Aidan kenal. “Aku mau ngajak kamu makan siang waktu itu, tapi ternyata, kamu malah kasih aku kejutan lain. Kamu main gila sama perempuan yang nggak kamu kenal di hotel!” ucap Namira mulai emosi.

“Namira!” Aidan membekap mulut Namira. “Bener-bener ya kamu! Udah salah, malah nuduh orang sembarangan!” ujar Aidan tidak terima dengan penjelasan Namira barusan. “Memangnya kamu tahu apa yang aku lakukan setelah kamu pergi? Memang kamu tahu semuanya?” Aidan mencoba membela diri. “Aidan, kamu keterlaluan. Sudah salah, ketahuan, dan sekarang kamu membalikkan semua fakta itu?” Namira geram. Ia melepas tangan Aidan yang menekan mulutnya agar diam. “Nggak menyesal aku memutuskan kamu kemarin!” ucap Namira lalu pergi meninggalkan Aidan. Aidan terus memanggil Namira, tetapi, tak Namira gubris.

“Namira!” teriak Aidan sembari mengepalkan kedua tangannya. Sementara itu, Namira berlari ke mobilnya dan ingin segera pergi dari rumah makan. “Hari ini gue salah pilih rumah makan! Bisa-bisanya gue masih memilih untuk makan di sini dalam keadaan seperti ini!” Namira kesal dengan dirinya sendiri. Ia menahan tangisnya yang sudah ingin meluap begitu saja. “Ihhh! Aidan benar-benar kelewatan. Dia yang salah, dia yang selingkuh, tapi aku yang dituduh!” Rasa kesal Namira sudah berubah menjadi tangisan. Emosinya ia tahan lalu berubah menjadi air mata.

“Namira!” ada yang memanggil Namira lagi ketika ia sampai di kantor. Kali ini suaranya berbeda karena perempuan. Namira berhenti tetapi tidak langsung menoleh. Ia masih enggan untuk diajak ngobrol dengan siapapun. “Eh Lo gue panggil dari tadi, kenapa nggak nengok sih?” protes Nimas sahabat Namira. Nimas menatap sahabatnya itu dengan wajah yang khawatir. Ia sudah mengira pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Namira. “Ada apaan? Kenapa Lo kusut banget wajahnya? Oh iya, gue juga mau tanya. Kenapa Lo jadi bahan gosip satu kantor? Ada apa sebenarnya?” Nimas memborong barang pertanyaan untuk Namira.

Namira menghela napas sejenak. Sesak rasanya menghadapi ini semua. Namun, ia masih harus bekerja dan pura-pura baik-baik saja di depan banyak orang. “Namira! Jawab!” protes Nimas karena Namira tidak langsung menjawab pertanyaannya. “Gue udah penasaran banget ini sama Lo. Kenapa Lo nggak cerita apapun ke gue?” pertanyaan dari Nimas bertambah. “Satu satu, dong. Mau gue jawab yang mana dulu, nih?” kini giliran Namira yang protes karena terlalu banyak pertanyaan dari Nimas. “Semuanya, lah. Gue mau tau semua jawaban dari pertanyaan gue!” jawab Nimas. “Hmm gue putus sama Aidan,” jawab Namira singkat.

“What? Putus? Yakin?” Nimas terdengar sangat terkejut dengan pernyataan dari Namira. “Halah, ntar juga balik lagi. Nanti siang juga udah makan siang bareng, nanti malem pulang kerja dijemput. Halahhh, udah basi kalian?” ucap Nimas yang tidak percaya jika Namira dan Aidan putus hubungan. “Dih, Lo kok gitu sih ngomongnya. Gue nggak mau balikan lagi sama Aidan!” tegas Namira membalas semua ungkapan Nimas barusan.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Memulai Kembali

    Para pegawai Dewangga kini kembali menjalani rutinitas seperti biasanya. Meski telah dihadang oleh berbagai pekerjaan yang menumpuk di meja kerja masing-masing, suasana hati mereka tetap masih terbawa ceria. Hasil dari staycation tiba-tiba yang diadakan oleh Dewanti. Meski sedikit lancang karena tak minta persetujuan dari Dewangga, Dewanti ternyata berhasil membahagiakan pekerja di kantor Dewangga. Hati Dewanti semakin besar. Ia merasa dirinya akan memenangkan hati semua orang. “Seru banget ya, kemarin! Andai aja tiap bulan ada staycation, kita pasti bakal betah kerja di sini. Walaupun lembur, banyak kerjaan, sering kena marah, tapi kalau ada acara kayak kemarin sih gue betah,” celetuk Ailin dengan geng gosipnya itu. Nimas datang mendengar ocehan Ailin yang cukup kencang hingga bisa didengar meski belum sampai ke meja kerjanya.“Pagi, Nimas!” sapa Ailin iseng mendekati Nimas. Wajah Ailin tidak mencerminkan keceriaan sama sekali. Wajahnya lecek seperti pakaian yang masih kusut karena b

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Kembalinya Pujaan Hati

    “Semua itu karena kesalahan Papa Dewangga. Beliau yang membuat perusahaan Dewangga hancur.” Anggara menceritakan bagaimana perjalanan kehidupan Dewangga sebelum hadirnya Namira. Dewangga sudah berjuang sejak lama. Namun, keringatnya tak ada yang melihat. Semua menilai bahwa Dewangga hanya mampu seperti sekarang. “Apa yang membuat hutang?” Namira bertanya terus dengan detail. Ia ingin tahu lebih dalam lagi tentang seseorang yang saat itu masih bertengger di hatinya. “Hutang,” jawab Anggara lalu menoleh ke arah Namira seolah memberi garis bawah. “Jadi...” “Iya, pertengkaran Dewangga dan Papanya bermula dari hutang perusahaan. Dewangga sudah susah payah membangun perusahaan itu, tetapi, Papanya justru menghancurkan sekejap dengan hutang yang menumpuk,” jelas Anggara lagi. “Kepergian dan Dewangga bukan tanpa alasan. Tapi, karena dengan hal itu Dewangga bisa damai dengan keadaan.”Selama ini diamnya Dewangga menyimpan banyak sekali luka. Dingin sikapnya melampiaskan segala kecewa yang seja

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Seluk Beluk Yang Masih Rahasia

    Akhir pekan ajaib bagi para pegawai kantor Dewangga. Untuk pertama kalinya, mereka bisa merasakan liburan bersama tanpa harus pusing dengan biaya atau pun lainnya. Mereka datang dengan outfit terbaik masing-masing. “Pasti bakalan seru banget!” celetuk Ailin dengan penampilannya yang begitu mencolok. Ailin juga geng gosipnya turun dari mobil, masuk ke villa yang sudah Dewanti sewa untuk liburan pegawai kantor calon suaminya. “Nanti fotoin gue disetiap sudut villa, ya!” pinta Ailin kepada salah satu temannya. Temannya hanya mengangguk lalu terus berjalan, karena sudah tidak sabar mengetahui isi di dalam villa. “Hai semua!” sapa Dewanti. Ia bersama Dewangga dan Anggara sudah lebih dulu sampai di villa. “Hai!” balas karyawan yang baru saja sampai di villa.Tangan Dewanti terlihat menggandeng Dewangga. Karena merasa tidak nyaman, Dewangga berusaha melepas gandengan tangan itu. Ada seseorang yang Dewangga cari, dari tatapan juga gerak tubuhnya menandakan ia sedang menanti. “Sudah datang sem

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Ide Cemerlang Dewanti

    “Ada yang luka?” Namira masuk membawa setumpuk berkas. Tetapi, hal pertama yang ia tanyakan bukanlah tentang pekerjaan. Namira dan Dewangga hanya bisa saling menatap. Banyak sekali perasaan yang ingin mereka tumpahkan satu sama lain. Sayangnya, saat itu waktu dan keadaannya nya tak mendukung mereka menyuarakan isi hati masing-masing. “Ada apa, Namira?” Dewangga memulai obrolan setelah keheningan yang panjang. “Ada beberapa berkas yang harus diperiksa juga ditandangani,” jawab Namira lalu ia duduk di depan meja kerja Dewangga. Dewangga masih tidak percaya Namira masuk ke ruangannya ketika ia sedang menjadi sosok tak waras karena cinta. “Bukan itu. Tadi apa yang kamu tanya saat pertama masuk ke ruangan saya?” Dewangga ingin mendengar lagi pertanyaan dari Namira tadi. Rasanya ada secuil perhatian dari Namira untuk Dewangga.Tangan Dewangga merah. Rasa sakitnya tak ia hiraukan. Biar mengalir begitu saja. “Apa ada yang luka?” Namira mengulang sesuai permintaan Dewangga. “Sejak kapan kamu a

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Perasaan Yang Kacau

    “Bapak sengaja mau mencelakai saya? Apa Bapak belum puas sudah melukai perasaan saya?” pertanyaan yang sungguh menggores lubuk hati. “Saya salah apa, Pak? Bapak tega sekali melakukan ini kepada saya,” sambung Namira. “Namira, tenang dulu. Saya bisa jelaskan semuanya. Kamu salah paham,” pinta Dewangga, ingin mendekat ke arah Namira tetapi Namira menolak. “Tolong tetap di situ saja,” perintah Namira untuk Dewangga yang hampir berpindah tempat ke samping Namira. “Saya tahu kejadian itu, tapi bukan berarti saya yang melakukan itu, Namira. Saya nggak mungkin tega melukai orang yang saya cintai,” jelas Dewangga yang tak mau didengar oleh Namira. “Lalu apa?” “Saya mengutus seorang menjadi mata-mata saya,” aku Dewangga semakin membuat Namira tak habis pikir.“Untuk apa?” Namira duduk, mencoba tidak membesarkan masalah yang sebenarnya menurut Namira ini adalah masalah besar. “Untuk jagain kamu,” jawab Dewangga. Suara ketukan pintu terdengar dari dalam. Namira panik. Dewangga langsung mendekat

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Masalah Dari Masa Depan

    Hubungan yang sudah diselesaikan ternyata bukan berarti berakhir. Seperti hubungan Namira dan Aidan yang kembali terjalin. Mungkin masih ada sisa rasa yang dulu mereka miliki, atau hanya sekedar ingin mengulang lembar yang tak mereka temukan pada orang lain. “Kita salah nggak sih?” tanya Namira disuatu malam ketika Namira dan Aidan sedang makan malam bersama. “Kenapa salah?” “Salah karena memulai hubungan yang pernah berakhir.” “Kalau kamu pernah dengar, hubungan lama yang dimulai lagi seperti halnya membaca novel yang sama berulang kali, menurut aku itu hanya sebuah opini. Anggapan yang belum tentu terjadi,” ungkap Aidan. “Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa depan. Yang kita bisa hanya memperbaiki hari ini untuk masa depan itu,” tambah Aidan.“Memangnya kamu setuju?” Aidan kini berbalik tanya ke Namira. “Emm.. enggak juga sih,” jawab Namira masih belum yakin akan pendapat itu. Tetapi ia juga tak yakin hubungannya akan lebih baik dari sebelumnya. “Menurutku, semua oran

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status