Kekasih Diam-Diam Sang CEO

Kekasih Diam-Diam Sang CEO

Oleh:  Puspa Dharma Argini   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9
1 Peringkat
87Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Namira sedang memperjuangkan hubungannya dengan sang kekasih. Tetapi, Aidan kekasih Namira justru memilih untuk berpisah dan berkencan dengan perempuan lain yang tidak ia kenal. Namira merasa sia-sia berjuang. Ditengah hancur perasaan Namira karena hubungannya pupus, ia mendapatkan sosok yang bisa membuat nyaman dan aman. Sosok itu adalah bosnya sendiri. Dewangga, bos sekaligus laki-laki yang berhasil mengobati luka Namira meski belum sepenuhnya. Dewangga merasa jatuh cinta dan nyaman dengan Namira. Namun, Dewangga sudah memiliki tunangan karena dijodohkan oleh orangtuanya. Setiap hari Dewangga merasa tidakb bisa kehilangan Namira, karena dengan Namira ia bisa merasakan cinta. Dari kekuatan cinta itulah Namira dan Dewangga bisa menyingkirkan rencana perjodohan Dewangga dengan tunangannya.

Lihat lebih banyak
Kekasih Diam-Diam Sang CEO Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Puspa Dharma Argini
cepetan bikin cerita baru setelah ini tamat 🤍
2023-09-25 19:30:45
0
87 Bab
Menguntit Sang Kekasih
“Aku lebih baik berjuang dan berakhir kecewa daripada harus diam lalu nantinya menyesal,” batin Namira.Namira berjalan sembari hatinya kacau. Mulutnya memang diam, tetapi hati dan pikirannya terus bertengkar. Pikirannya terlalu berisik, hampir saja ia tidak kuat menahan ramainya isi di kepalanya saat itu.“Lebih baik pikiranku penuh dengan pekerjaan, daripada dipenuhi kegalauan hubungan seperti ini,” ucapnya sambil masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan kantornya.Waktu istirahat kali ini Namira gunakan untuk bertemu sang kekasih. Menyelesaikan masalah yang mengganggu pikirannya dan merusak konsentrasi bekerja. Namira mengalahkan semua ego.Suara pintu mobil tertutup sudah terdengar, Namira siap melaju ke kantor sang kekasih. Rasanya saat itu Namira ingin terbang saja. Agar cepat sampai ke tempat tujuan. Lamunan Namira terpecah oleh bunyik klakson di sepanjang jalan. Makan siang sudah dimulai, jalanan dekat kantornya mulai macet karena banyak karyawan yang ingin makan siang di
Baca selengkapnya
Mengapa Seperti Ini
“Pak Dewangga?” ujar Namira, ia benar-benar merasa terkejut karena belum siap menerima pertanyaan dari siapapun. Ia pun Kembali menundukan kepalanya dan tidak berkata apa-apa karena tidak tahu harus berkata seperti apa.“Ada apa dengan kamu, Namira?” tanya seorang laki-laki itu lagi. Namira berusaha menyeka air matanya, meski tak seluruh wajahnya kering, setidaknya ada bagian yang bisa ia hilangkan. Lalu, ia memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan menatap laki-laki yang mengajaknya bicara.Namira seperti tidak percaya di hadapannya ada Dewangga, bos besarnya. “Kamu kenapa Namira? Hidung kamu berdarah!” serunya panik. Mendengar seruan dari Dewangga, Namira ikut panik. Ia tidak mengetahui hidungnya mengalirkan darah. Ternyata sudah ada beberapa tetes darah dari hidungnya yang jatuh ke lantai lift. “Astaga! Ada apa sebenarnya dengan kamu?” tanya Dewangga penuh dengan iba. “Ikut saya sekarang!” pinta Dewangga seraya menarik tangan Namira pelan.Namira tidak bisa menolak permintaa
Baca selengkapnya
Bertemu Seseorang
“Memang rasa sakit harus dihadapi, bukan dihindari. Seperti yang Namira rasakan saat ini.” Siang ini menjadi makan siang yang tidak terlupakan untuk Namira. Bagaimana tidak, ia makan siang di kamar hotel hanya berdua dengan Dewangga. Dewangga yang terkenal dingin dan cuek itu berbuah menjadi manis dan hangat. Bahkan Dewangga juga perhatian kepada Namira, ia membantu Namira menyeka air mata juga darah yang mengalir di hidung Namira. Namun, Namira perlu was-was. Jika ada orang kantor yang mengetahui hal ini, maka Namira dan Dewangga akan menjadi topik hangat untuk mereka. Namira harus berhati-hati. “Astaga! Aku ketiduran!” ucap Namira setelah ia bangun dari tidur singkatnya di sofa kamar hotel. Namira benar-benar merasa bersalah karena sudah mengambil waktu untuk tidur siang. Padahal jam makan siang sudah berlalu sejak tadi. Namira bergegas mencari keberadaan Dewangga. “Pak Dewa?” panggil Namira. Namira berjalan menuju ruang kecil yang ada di samping lemari tadi. “Pak, Pak Dewangga,”
Baca selengkapnya
Makan Siang Tak Terduga
“Memang rasa sakit harus dihadapi, bukan dihindari. Seperti yang Namira rasakan saat ini.”Namira melongo melihat Dewangga yang mempersilakan petugas dari hotel masuk ke dalam kamarnya. Ia merasa canggung, takut ada salah paham yang terjadi setelah ini. Tetapi, wajah Dewangga sama sekali tidak menyimpan perasaan yang sama dengan Namira. Dewangga justru terlihat nyaman dan biasa saja.“Tolong disiapkan makanannya di sini ya, mba!” perintah Dewangga kepada petugas yang baru saja masuk ke dalam kamar hotelnya.“Baik, pak,” jawab mba-mba itu.Namira duduk di ujung ranjang. Bingung harus bersikap seperti apa. Jika ada satu kata yang salah saja dari mulutnya, ia takut menjadi berita di luar sana. Apalagi Dewangga adalah salah satu pengusaha sukses yang dikenal oleh banyak orang. Mungkin salah satunya adalah mba-mba hotel ini.“Gue harus gimana ini? Nggak mungkin gue duduk diem di ranjang seperti ini,” batin Namira.Namira menggigit bawah bibirnya, berpikir keras agar tidak diam saja seperti
Baca selengkapnya
Bertemu Lagi
“Jika masih ada yang bisa diperbaiki, mengapa harus memaksa pergi. Bukankah masalah ada untuk diselesaikan, bukan ditinggalkan?”Aidan masih berada di kamar 211. Setelah pertikaian dengan Namira tadi, Aidan belum juga keluar dari kamar itu. Ia masih tidak terima Namira bisa menemukannya bersama wanita lain. Apalagi wanita itu juga tidak ia kenali.“Mas, bagaimana kelanjutannya ini?” tanya perempuan itu kepada Aidan.Aidan menoleh ke arahnya. Ia tak langsung memberi jawaban. Wajah Aidan terlihat masih panik dan gelisah. Sedangkan, perempuan itu tidak bisa diam lama dengan suasana yang canggung di dalam kamar.“Kelanjutan apanya?” tanya Aidan.Perempuan itu pun berjalan menghampiri Aidan. Ia melepas bolero yang ia kenakan. Sementara itu Aidan sama sekali belum tertarik untuk melihatnya. Pikiran Aidan masih terjebak dengan perdebatan hebat dengan Namira.“Mas,” panggil perempuan itu seraya mengelus pundak sebelah kiri Aidan.Tangan Aidan langsung menghindar.“Maaf gue belum mau diganggu,
Baca selengkapnya
Pagi Menyebalkan
Keadaan patah hati, membuat hari berganti secara perlahan. Pikiran Namira masih kacau. Hatinya pun masih berantakan. Kejadian itu tidak bisa hilang begitu saja. “Ahh, kenapa gue bisa sebodoh ini!” ucap Namira di dalam mobil.Namira enggan menceritakan hal ini kepada orangtuanya, sebab, ia tidak ingin masalahnya akan menjadi lebih panjang dan rumit. Namira dan Aidan sudah menjalin hubungan cukup lama. Mama dan Papa Namira sudah mengenal Aidan, bahkan sudah memberikan restu karena Aidan selalu bersikap baik di depan Mama dan Papa Namira. Sayangnya, semua itu tak cukup untuk mempertahankan hubungan Aidan dan Namira.Posisi Namira sangat berbeda dengan Aidan. Namira justru tidak mendapat restu dari Mama dan Papa Aidan. Entah alasan apa, yang jelas orangtua Aidan tidak menyetujui hubungan mereka berjalan lebih serius. Hal inilah yang membuat Aidan ingin menyerah saja dan meninggalkan Namira. Tapi itu tidak berlaku bagi Namira. Ia masih ingin memperjuangkan hubungannya dengan Aidan. Tidak m
Baca selengkapnya
Curhatan Siang Hari
Namira dan Nimas masih berada di parkiran mobil kantornya. Nimas tetap ingin Namira menceritakan tentang kisah Namira beberapa hari ini saat itu juga. Meski ia melihat sahabatnya itu sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Terutama emosinya. “Gue nggak mau tau, pokoknya Lo harus cerita sama gue sekarang juga!” ujar Nimas. Namira diam saja, ia tidak membalas kalimat Nimas sama sekali. Namira menahan segala emosi bercampur kehancuran yang ia rasakan pagi itu. “Gue bener-bener nggak nyangka kisah cinta gue akan setragis ini,” ucap Namira. Mendengar ungkapan Namira, Nimas syok. “Makanya cerita!” teriak Nimas tidak sabar. “Hancur gue, Nim. Padahal gue tulis,” ucap Namira dengan tatapan kosong.“Ke pantry aja, yuk!” ajak Nimas karena ingin segera mendengar cerita dari sahabatnya itu. Tangannya sudah menarik tangan Namira dan segera menuju ke tempat yang baru saja ia sebutkan. Sayangnya, Nimas terlambat beberapa detik. Dewangga tiba-tiba saja sudah berada di belakang mereka. Nimas ya
Baca selengkapnya
Perbedaan Aku dan Dia
Aidan mulai resah setelah hubungannya dengan Namira kandas. Berakhirnya hubungan mereka pun tidak baik-baik saja. Aidan kepergok selingkuh dengan perempuan lain, bahkan perempuan itu asing bagi Aidan. Rasa bersalah mulai bermunculan di hati Aidan. Meski sebenarnya Aidan sangat gengsi untuk mengetahui rasa bersalah itu. “Ah, gue nggak boleh merasa bersalah. Yang mutusin hubungan ini bukan gue, tapi Namira,” batinnya ketika berada di depan laptop di ruang kerjanya. Fokus dalam pekerjaannya pun mulai menurun. Banyak sekali hal lain yang berdatangan dan ingin sekali menjadi prioritas di pikiran Aidan. “Kenapa, Lo? Diem aja! Makan, yuk!” ajak salah satu teman kantor Aidan. Aidan terkejut karena teman kantornya itu menepuk bahunya.“Hei, bikin kaget aja, Lo!” protes Aidan. “Lagian Lo bengong aja, sih. Ada apa?” tanyanya ingin tahu. Aidan diam dan menutup laptopnya. Ia tidak menjawab dengan spesifik. Tetapi, dari napas yang baru saja ia embuskan membuat orang lain tau jika Aidan sedang tidak
Baca selengkapnya
Ada yang Lain
Namira Yuna, gadis yang biasa ceria dan banyak bicara sekarang sedang bungkam dan tidak ingin berinteraksi dengan banyak orang. Sifatnya banyak disenangi oleh teman dan orang sekitarnya. Namun, beberapa hari belakangan ini, Namira justru menjadi sebaliknya. Ia menjadi gadis pendiam, suka murung, dan menjadi salah satu penggemar kata galau. Namira tak jarang menangis jika teringat akan kesedihan yang sedang menimpa dirinya. Waktu hampir 10 tahun bukanlah waktu yang singkat. Kebersamaan yang ia jalani bersama Aidan sangatlah berarti dan membekas dikehidupan Namira. Tetapi, sekarang ia harus terbiasa tanpa hal itu lagi. Masing-masing adalah keputusan terbaik untuk hubungan mereka berdua. Sebab, Namira sangat menjunjung tinggi kesetiaan.“Dulu gue pasti yakin kalau suatu saat gue balik lagi sama Aidan. Putus hanya masalah waktu. Tapi sekarang? Nggak mungkin gue kembali setelah dikhianati,” ujarnya di depan cermin kamar. Namira sedang bersiap untuk pergi ke kantor pagi ini. Walaupun sebena
Baca selengkapnya
Gagal Move On?
“Hai, Kak! Maaf ya aku tiba-tiba kebelet,” ucap Laras berlari kecil kembali lagi ke ruang kerjanya. Laras sedikit heran karena Namira menatap ponselnya yang ada di meja kerja juga ponsel milik Namira sendiri. “Kak? Kak Namira?” panggil Laras karena Namira tidak memberikan respon apapun. Laras menepuk bahu Namira, meski tidak kencang Namira tetap merasakannya. Ia cukup terkejut ketika melihat Laras sudah kembali dan kini berada di belakangnya. “Eh Laras!” seru Namira. “Ada apa, Kak?” tanya Laras pelan-pelan. Ia ingin tahu apa yang sedang Namira alami, tetapi ada rasa sungkan juga. Takut jika Namira merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang Laras ajukan. “Oh enggak! Nggak papa,” jawab Namira menyembunyikan apa yang terjadi sebenarnya.“Astaga! Ada telepon,” ucap Laras ketika melihat layar ponselnya kembali menyala karena ada panggilan dari Aidan lagi. “Kak, boleh izin jawab teleponnya dulu?” tanya Laras. Namira dilema, antara ingin mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, namun juga
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status