Home / Romansa / Kekasih Gelap Ceo Arogan / Bab 4. Kapan Aku Harus Pergi?

Share

Bab 4. Kapan Aku Harus Pergi?

Author: Abigail Briel
last update Last Updated: 2024-04-01 16:15:04

"Apakah Eve sudah berbicara padamu tentang tamu yang datang menemui Ayah kemarin?"

Sehari setelah Eve memberitahunya, sang ayah akhirnya mendatangi Lean secara langsung.

Sesaat, Lean tidak langsung merespons pertanyaan sang ayah, sebab ia sibuk memperhatikan garis wajah pria tua itu.

Kemarahan ayahnya sudah terlihat menurun, jika ditinjau dari tatapan juga intonasi nada pria tua itu pada Lean.

"Eve sudah menjelaskan sedikit padaku kemarin, Ayah." Lean menjawab setelah beberapa saat terdiam.

Diam-diam, Lean jadi makin penasaran … apakah tamu kemarin yang membuat kemarahan ayahnya surut?

Dan siapa tamu itu yang telah berhasil mengubah sikap ayahnya menjadi seperti sekarang?

"Tamu kemarin adalah salah seorang bawahan dari Sahabat Ayah yang tinggal di Kota L.” Perkataan sang ayah membuat Lean melebarkan matanya. “Dia datang membawa pesan dari Sahabat Ayah yang ingin memperkerjakanmu di salah satu Perusahaan miliknya."

"Mengapa Sahabat Ayah ingin agar aku bekerja di Perusahaannya?" tanya Lean tak mengerti.

"Itu karena ...." Leon melirik putri bungsunya, dan menggantung kalimatnya.

Melihat apa yang ayahnya lakukan, Lean justru menjadi curiga. “Ada apa, Ayah?”

Embusan napas panjang terdengar dari sang ayah. "Lean, kau tahu, 'kan bahwa hanya kau dan Eve yang Ayah miliki?" Ketika Lean mengangguk, ayahnya kembali melanjutkan, "Kau ingat pesan Ayah, jika salah satu dari kalian harus menggantikan tugas Ayah untuk memimpin Perusahaan kita?"

Lean menganggukkan kepalanya lagi. Ya, selain memiliki motivasi untuk bisa bekerja di perusahaan besar … Lean juga diam-diam belajar lebih giat supaya ia bisa menggantikan tugas ayahnya—jika memang ia dipercaya nanti.

"Ayah tidak bermaksud merendahkanmu. Tapi, melihat kau belum punya cukup pengalaman … maukah kau mengambil penawaran itu?” Leon mengambil jeda beberapa saat, kemudian melanjutkan, “Sahabat Ayah membutuhkan seseorang yang sangat mahir dalam mengurus berkas-berkas perusahaan. Dan Ayah tahu kalau kau sama baiknya dengan Eve dalam melakukan pekerjaan itu. Jadi ...."

"Aku akan pergi, jika itu yang Ayah inginkan," sela Lean cepat, "Lagipula, bukankah Ayah sudah menerima tawaran dari Sahabat Ayah itu?"

Ya, melalui Eve, Lean tahu jika sang ayah telah memutuskan untuk menerima tawaran tersebut semalam. Tanpa bertanya lebih dulu, tanpa mengajaknya berdiskusi.

"Jangan salah paham, Lean! Ayah, bukannya tidak menghargaimu hingga tidak meminta pendapatmu terlebih dahulu. Tapi ...."

"Kata Eve, Perusahaan milik Sahabat Ayah itu sangat besar, apa itu benar?" Lean kembali menyela, tanpa ingin mendengarkan penjelasan dari ayahnya lagi. Karena, ia suka atau tidak, selama ini di dalam keluarganya, keputusan ayahnya dan Eve lah yang harus ia patuhi.

"Perusahaan mereka adalah yang terbesar di Eropa, Lean. Kau pasti pernah mendengar namanya, Nama Perusahaan itu adalah Gail Group?"

"Gail Group?" kelopak mata Lean sontak melebar.

Ia tentu saja pernah mendengar nama itu sebelumnya. Jika kau adalah seseorang yang sangat tergila-gila pada dunia bisnis, dan kau tinggal di Eropa, maka kau pasti akan mendengar nama Perusahaan adikuasa itu yang berpusat di Kota L.

"Jadi, aku akan bekerja di sana?" Mata Lean mengerjap-ngerjap.

Leon menggelengkan kepalanya, "Bukan di Gail Group, tapi di Gail Mart.” Pria tua itu menatap penuh harap pada sang anak. “Posisi Perusahaan ini jauh lebih tinggi dari Perusahaan tempat Eve bekerja. Jadi ... maukah kau belajar bekerja di sana?"

Lean memberikan senyuman datar tanpa ekspresinya. Baginya, sang ayah kini hanya tengah  berbasa-basi.

“Katakan saja, kapan aku harus berangkat ke sana?" tantang Lean, terlihat begitu santai sampai-sampai membuat sang ayah terlihat tercekat.

Pria tua itu menghela napas dalam. Wajahnya tampak seperti orang yang tengah dibuat kecewa karena jawaban Lean. "Jika kau terpaksa melakukannya, Ayah akan ...."

"Aku tidak merasa terpaksa, Ayah.” Lean mengambil napas panjang sebelum melanjutkan, “Dengan kesempatan ini, aku juga akan buktikan jika tuduhan Brad padaku tidak berdasar. Aku ... tidak menggoda siapa pun di pesta yang diadakan oleh Perusahaan Eve. Tetapi saat itu aku ...."

"Sudahlah, Lean! Lupakan saja hal itu,” potong Leon. “Ayah ... benar-benar tidak ingin lagi mendengar kelakuan kau di pesta tersebut."

Ucapan sang ayah yang terdengar seolah masih merasa kecewa padanya, membuat hati Lean berdenyut nyeri.

Seharusnya, ia sudah tahu bahwa akan beginilah penilaian ayahnya padanya sejak dulu. Itu mengapa Lean tidak ingin menjelaskan apapun ketika ayahnya menamparnya kemarin, memarahinya, lalu menghukum dirinya.

"Baiklah, jadi kapan aku akan pergi ke Kota L, Ayah?" lontarnya kemudian, sembari menahan kesal.

Tanpa perlu berpikir, Leon langsung menjawab. "Besok, Lean. Kau, akan berangkat besok pagi-pagi sekali," pungkasnya.

Lean tercekat mendengar ucapan ayahnya itu, namun ia mencoba untuk menyunggingkan seraut senyum di bibirnya.

"Baik, Ayah." Senyuman getir yang dipaksa untuk hadir di sana. ‘Apa ini bagian dari rencana untuk menyingkirkanku?’ lanjutnya dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (26)
goodnovel comment avatar
Kucing_orens
kasian lean tidak di berikan mengeluarkan pendapatan di rumahbnya sendrii
goodnovel comment avatar
Ugik Kph
kenapa sepertinya pak Leon pilih kasih ya
goodnovel comment avatar
Alika Nayla
kok ayahnya lean gitu sih,, sepertinya lean emang selalu di bandingkan dengan eve,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 204. Perpisahan. (The End)

    Sesaat berselang, kecemasan mulai mengisi ruang persalinan. Dokter Nora dan para perawat serta satu Dokter yang menemaninya— tampak sibuk berusaha mengembalikan tanda vital Lean. Tak jauh dari para medis itu, Edward hanya bisa termangu sembari mendekap putra mungilnya. Tatapan matanya yang berkabut terus memperhatikan wajah Lean yang terlihat semakin pucat."Oh, Sayang. Kumohon, jangan tinggalkan kami," bisiknya lirih. Kelopak matanya terasa semakin panas, dan Edward bisa merasakan kalau matanya perlahan-lahan telah mulai berair. Sebelumnya, ia pernah merasakan kehilangan seorang wanita, namun rasanya tidak sesakit apa yang Edward rasakan sekarang.Setelah puluhan menit berlalu dalam ketegangan, tiba-tiba Edward melihat Dokter Nora melemparkan pandangan ke arahnya. Raut wajah wanita itu tampak tegang dan ragu."Jangan katakan!" Edward menggeleng keras, sama sekali tidak ingin mendengar berita buruk yang ingin Dokter Nora sampaikan padanya. "Tuan Edward ... maaf, kami sudah berusaha

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 203. Harapan Dan Ketegangan.

    Sebelum ia pergi menemui Lean di ruang rawat inap, Edward menarik napas dalam-dalam terlebih dahulu. Baru kemudian memberanikan diri untuk menemui istrinya itu. Sementara Anton menunggunya di luar ruangan. Semula, Edward ingin membawa serta Dokter Nora bersamanya, tetapi menurut Eve— sebaiknya ia menemui Lean sendiri terlebih dahulu. Ketika Edward berada di dalam ruang rawat inap yang Lean tempati, aroma desinfektan yang bercampur pewangi ruangan langsung menyambutnya. Tetapi Edward mengacuhkannya dan justru menatap lurus ke arah sesosok tubuh ringkih yang sedang tertidur di atas ranjang. Edward mendekati ranjang tersebut sambil memberi isyarat pada perawat jaga yang ada di dalam ruangan itu agar tidak mengejutkan istrinya. Perawat itu mengangguk pada Edward dan segera pergi meninggalkan ruangan demi memberi waktu pada Edward. Ia telah melihat pria ini sebelumnya di luar saat Edward berbicara sangat serius pada Eve, karena itu ia membiarkan saja Edward yang kemungkinan adalah suam

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 202. Menyesal.

    Malam masih menyelimuti vilanya, dan suara ombak bergema di telinga Edward, membuat hatinya merasa sedikit lebih tenang. Namun, ketenangan itu segera pudar ketika pikirannya terfokus pada Lean. Rasa cemas terasa mengungkungnya juga tekad yang baru mulai tumbuh dalam dirinya. Tidak ingin terlarut dalam perasaan itu, Edward segera menghubungi Ben. Dan setelah beberapa saat ... “Selamat malam, Tuan Edward. Ben di sini.” Suara Ben yang datar mulai terdengar dari seberang panggilan.“Ben, ada yang ingin kukatakan padamu.” Sebelum melanjutkan kalimatnya, Edward membenarkan posisi duduknya terlebih dahulu. Samar-samar suara gemuruh ombak yang terdengar dari kejauhan, menyapa indera pendengarannya.“Ada apa, Tuan Edward? Apakah ada yang bisa kubantu?” tanya Ben, nada suaranya penuh perhatian.“Begini. Dalam dua hari ke depan, aku ingin pergi ke Zurich. Kau pasti sudah mendengar kalau istriku telah kembali ke kota kelahirannya, 'kan?”“Tuan Ernest baru saja menghubungiku tentang rencana An

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Babb 201. Harapan Baru.

    Sore hari, pulang dari Gail Mart, Edward meminta pada Anton untuk pergi ke mansion milik kedua orang tuanya. Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada ayahnya.Dalam perjalanan, dari kursi belakang sedan ia memperhatikan Anton dengan wajah serius. Membuat Anton yang tanpa sengaja melirik kaca spion mobil sontak terkejut."Ada apa, Tuan? Apakah ada sesuatu yang ingin Tuan katakan padaku?" celetuk Anton.Edward mengangguk pelan, "Apa Rosi sudah kembali ke mansion Paman?" tanyanya. "Sudah, Tuan Edward. Nyonya Rosi langsung pulang malam harinya ketika Tuan Ernest datang untuk menjemputnya. Oh ya, Tuan. Hari ini Tuan Ernest juga menghubungiku. Maaf aku lupa memberi tahu Anda. Kata Tuan Ernest, Tuan Ernest mengenal seorang Dokter yang hebat saat berada di Dubai. Dokter itu adalah Dokter keluarga milik Kolega Tuan. Tuan Ernest ada meninggalkan nomor teleponnya padaku, aku sudah menghubungi Dokter itu, Tuan. Dia memiliki cara untuk menyelamatkan Nyonya Lean dan juga bayinya, hanya saja ...." A

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 200. Ide Wilhelm.

    Senyum Brad sontak memudar, “Aku hanya ingin kau tahu kalau kau bisa mengandalkanku jika kau membutuhkan sesuatu, tidak lebih. Seperti yang kau katakan tadi, kita sudah berpisah, tetapi apakah aku tidak boleh peduli padamu?”Lean hampir membuka mulut untuk membalas ucapan Brad itu, namun dengan cepat Eve menyentuh tangan Lean lalu menggelengkan kepalanya pada adiknya itu. Setelah itu, ia menoleh pada Brad. “Kau lihat, bukan? Kau tidak seharusnya berada di sini, Brad. Lean sedang dalam keadaan yang sangat rentan. Keberadaanmu justru memperburuk situasi,” cetusnya emosi. Lean merasakan ketegangan yang terus meningkat antara kakaknya dan Brad. Naluri melindungi Eve membuatnya merasa sedikit tertekan, tetapi di sisi lain, ia juga merasa bahwa hanya dirinya yang dapat menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.“Eve, tolong! Aku bisa mengurus diriku sendiri,” kata Lean dengan suara yang masih bergetar. Ia kemudian berpaling pada Brad. "Brad, aku menghargai niat baikmu. Tapi seperti yang

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 199. Masa Lalu Adalah Masa Lalu.

    Keberangkatan Lean ke Zurich mengubah banyak hal. Sejak Lean memutuskan pergi, rasa cemas dan gelisah tidak pernah lepas dari pikiran Edward. Meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya, benak dan hatinya selalu terikat pada sang istri dan kesehatan istrinya itu. Di sisi lain, Lean kini berada di rumah sakit Zurich, berharap ia bisa menemukan cara untuk menjaga bayinya agar tetap aman sekaligus memikirkan dirinya sendiri.Di kota kelahirannya, hari-hari awal Lean dipenuhi dengan rangkaian perawatan medis yang melelahkan. Eve, yang kini telah bahagia dengan kehidupan barunya sebagai istri Luis, berusaha untuk mendampingi sang adik semaksimal mungkin. Ia sering merasa tidak nyaman kala menemukan Lean yang tampak stres dan juga ketakutan menghadapi hal yang tidak pasti. Setiap hari, Eve mencoba mengajak Lean untuk berbincang, berbagi cerita dan memperkuat semangat satu sama lain meski di tengah rasa cemas yang selalu hadir menemani mereka.“Aku tidak tahu bagaimana melakuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status