"Mau ke mana lagi, Ka?”Pertanyaan itu terdengar oleh telinga Bjorka bersamaan dengan pintu kamarnya yang terbuka. Bjorka yang sedang memakai sneakers-nya memandang ke arah itu. “Mau ke luar bentar, Ma.”“Nggak capek memangnya?” tanya Zoia lagi. “Baru pulang masa udah mau pergi lagi.”Bjorka hanya tersenyum. Belum ada satu jam dirinya berada di rumah setelah menemani Rachel mengantar dompet. “Mau ketemuan sama temen, Ma. Udah terlanjur janji soalnya.”Zoia percaya lalu keluar dari kamar Bjorka setelah berpesan pada putranya itu agar berhati-hati.Sepeninggal mamanya Bjorka mengambil dompet berwarna hitam milik Nicole. Tadi Rachel setuju saat Bjorka meminta dirinya yang akan mengantar. Rachel percaya begitu saja jika Bjorka memiliki teman yang rumahnya tidak jauh dari kediaman Nicole.Bjorka membuka dompet tersebut lalu mengamati untuk kesekian kali data-data yang tertera di KTP. Itu memang punya Nicole. Bjorka tidak akan pernah melupakan nama lengkap dan tanggal lahir gadis itu. I
Bjorka termangu di tempat duduknya dengan pikiran yang saling tumpang tindih di kepala.Siapa laki-laki itu sebenarnya? Kenapa sambutan Nicole begitu hangat? Berbeda dengan yang ditunjukkannnya pada Bjora. Apa laki-laki itu seseorang yang begitu istimewa?Nicole dan laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Bjorka. Bjorka bisa mendengar saat laki-laki itu bertanya pada Nicole.“Siapa dia, Beb?”“Namanya Bjorka, dia temenku waktu SMU.”“Terus dia ngapain ke sini?”“Dia mau nganterin dompet aku yang hilang.”“Bisa sekebetulan itu?” Lelaki yang belum Bjorka ketahui namanya mendelik ke arah Nicole.Nicole hanya tersenyum lalu mengenalkan keduanya.“Ka, kenalin ini Davis. Dav, ini Bjorka.”Bjorka mengulurkan tangannya untuk berjabatan sembari menerbitkan senyum tipis. Tapi tangannya tidak bersambut. Davis hanya mengangguk sekenanya.Bjorka menarik kembali tangannya yang terlanjur terulur. Belum sempat ia berpikir apa-apa, Davis sudah bertanya padanya.“Lo beneran temennya Nicole?”“Iya, gue
Nicole masuk ke kamar lalu mengunci pintu rapat-rapat. Ia sedang ingin sendiri tanpa seorang pun mengganggunya. Davis baru saja pulang setelah di sisa kebersamaan mereka Nicole memasang tampang masam.Sambil berbaring Nicole mengambil kartu nama dari dalam sakunya lalu membaca dengan seksama.Ada nama dan nomor telepon Bjorka di sana beserta alamat kantornya. Sembari mengamati kartu nama tersebut Nicole mencoba mengingat-ingat masa-masa sekolahnya dulu. Saat masih ABG banyak teman-teman sekolahnya yang menggoda Nicole. Tapi ia tidak terlalu memedulikannya. Prioritasnya saat itu hanya belajar bukan pacaran.Ia kemudian mulai berpikir apa Bjorka adalah salah satu teman sekolah yang tergila-gila padanya?Tidak ingin terbunuh rasa penasaran, Nicole mengambil ponsel lalu menggulirkan jarinya di sana mencari nama teman lama yang sampai saat ini masih keep in touch dengannya. Mungkin temannya itu bisa membantu memulihkan ingatannya.“Halo,” sapa suara di seberang sana.“Rin, sorry ganggu ma
Nicole berjalan dengan terburu-buru. Kedua tangannya dipenuhi oleh kantong-kantong belanja. Saking terburu-burunya ia jadi menabrak seseorang.“Sorry, sorry,” ucapnya pada lelaki yang ia tabrak.Lelaki berambut gondrong itu tersenyum padanya. “Nggak apa-apa.”Nicole akan kembali meneruskan langkahnya ketika laki-laki itu mencegat.“Biar saya bantu,” ujarnya menawarkan bantuan melihat Nicole kewalahan membawa barang-barang.“Nggak usah, Mas, terima kasih.”“Nggak apa-apa, Mbak, nggak usah sungkan, saya orang baik-baik kok.” Lelaki itu memaksa untuk tetap membantu.Nicole terpaksa memberikan salah satu kantong belanjaannya yang paling besar pada lelaki itu. Lumayan mengurangi bebannya. Lagi pula lelaki itu sepertinya tidak ada maksud buruk. Hanya kasihan pada Nicole yang kewalahan membawa belanjaannya sendiri.“Sendiri aja, Mbak?” tanya laki-laki itu sembari mereka berjalan keluar dari supermarket menuju tempat mobil Nicole diparkir.Nicole mengangguk.“Saya Jojo, kalau Mbak namanya sia
Lho, kok begini?Nicole memandang Jojo penuh tanda tanya. Ia tidak menyangka jika lelaki itu membawanya ke tempat yang tidak terduga.“Ini atasan saya, dia CEO sekaligus pemilik agensi ini.” Jojo mengenalkan pria di hadapan mereka pada Nicole.Sang CEO yang disebut berdiri dari duduknya lalu melempar senyum pada Nicole. “Welcome, Nic, mari silakan duduk.” Bjorka mengembangkan tangan meminta agar Nicole menempatkan diri di kursi di hadapannya.Ragu-ragu Nicole melangkah lalu duduk di kursi yang ditunjuk.“Aku nggak tahu kalau ini kantor kamu.” Itu kalimat pertama yang Nicole ucapkan setelah berhasil meredakan rasa kagetnya.“Jadi kartu nama yang aku kasih waktu itu udah dibuang ya?”“Masih aku simpan kok, tapi aku nggak terlalu perhatiin. Lagian tadi casting-nya nggak di sini, jadi aku nggak tahu.”Bjorka tersenyum tipis. Ternyata ia memang tidak berharga bagi Nicole. Buktinya gadis itu tidak tahu apa-apa bahkan sekadar nama agensinya.“Kami mengadakan casting nggak selalu di kantor.
“Udah, Ka.” Nicole memberikan bundelan kertas di tangannya pada Bjorka.“Ada yang kurang dimengerti atau mau ditanyakan?”“Sudah paham semua.”Jawaban yang didengarnya dari Nicole membuat Bjorka mengembangkan senyumnya. Itu artinya misi pertamanya berhasil.“Oh ya bentar, Nic.” Bjorka menggerakkan kepalanya memandang ke belakang, mencari Rachel yang tadi disuruhnya menerima telepon.“Ra!” panggilnya pada Rachel yang akan membuka pintu bermaksud keluar dari ruangan tersebut.Rachel menoleh, mengurungkan niatnya untuk keluar. “Iya, Ka?”“Tadi siapa yang nelfon?”“Radev.”“Dia bilang apa?”“Cuma nanya kamu aja sih, aku bilang nanti bakal ditelfon balik.”“Oh gitu. Iya, nanti aku callback. Kamu sini dulu deh, Ra.”Rachel menarik langkah mendekat ke arah Bjorka. Ia mengira lelaki itu menyuruhnya melakukan sesuatu. Tapi dugaannya salah. Bjorka bukan memberi tugas untuknya melainkan mengenalkan dengan wanita yang duduk di sebelahnya.“Ra, kenalin dulu, ini namanya Nicole. Dia talent baru kit
“Ya udah sih, Ka, kalau kamu ada janji atau keperluan dengan yang lain nggak usah nganterin aku. Aku bisa kok pulang sendiri,” kata Nicole menengahi melihat Rachel yang sepertinya keberatan Bjorka pergi.“Nggak apa-apa, Nic, urusan yang itu nggak penting-penting amat kok, masih bisa nanti,” jawab Bjorka cepat. Ia tidak mau kehilangan kesempatan berharga bersama Nicole.“Beneran?”“Iya, beneran,” kata Bjorka meyakinkan lalu memandang pada Rachel. “Ra, tolong kamu handle ya.”Rachel menganggukkan kepalanya karena tidak mungkin menidakkan. Bjorka kemudian pergi dengan membawa Nicole setelah mereka berpamitan pada Rachel.Beberapa orang yang berpapasan dengan mereka bertanya-tanya di dalam hati lalu berbisik dengan sesamanya. Mereka penasaran siapa gadis yang bersama Bjorka.Begitu Rachel keluar dari ruangan mereka langsung menanyakannya.“Ra, yang sama Pak Boss siapa sih?” tanya Caca, salah satu pekerja Lavender Management.“Model baru.” Rachel menyahut singkat.“Ikutan casting atau jalu
Radev sendiri yang membuka pintu saat Bjorka tiba di sana.“Happy banget lo kayaknya.” Itu hal pertama yang Radev katakan saat melihat wajah berseri-seri sang sahabat."Gimana nggak happy, setelah bertahun-tahun gue akhirnya ketemu Nicole.” Bjorka menjawab sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruko. Mereka lalu duduk berdua di kursi yang terdapat di sana.“Jadi namanya Nicole?” tanya Radev lagi. Selama ini ia hanya tahu bahwa Bjorka menanti cinta masa kecilnya tanpa pernah tahu siapa nama gadis itu.“Yup. Nicole. Nama lengkapnya Lady Nicola Aryadicta. Cakep kan namanya? Sama kayak orangnya.” Radev mengangguk mengiyakan. Ia memang tidak tahu bagaimana penampakan Nicole. Tapi ia yakin wanita idaman Bjorka itu pastilah secantik bidadari. Jika tidak bagaimana mungkin Bjorka sampai tergila-gila padanya. Satu hal yang Radev tidak mengerti sampai saat ini adalah entah hal lain apa yang dimiliki Nicole sehingga mengikat hati Bjorka. Namun satu hal yang Radev pelajari dari sang sahabat