Share

Kekasih Rahasia Ketua BEM
Kekasih Rahasia Ketua BEM
Author: Queen Dee

Truth Or Dare

Suara lagu mix yang diputar menggelegar seantero Cafe, keadaan di sini semakin malam semakin ramai oleh orang-orang yang berkunjung, Magika dan teman-temannya bermain Truth or Dare, turut meramaikan suasana bingar di Cafe, dan sebagai penutup dari pertemuan terakhir mereka, sebelum akhirnya masing-masing dari mereka sibuk mempersiapkan ujian masuk ke perguruan tinggi.

 

Botol berputar di atas meja yang telah di tempati oleh Magika dan teman-temannya, dan botol berhenti berputar, menunjuk ke arah Magika, teman-temannya bersorak riang karena sedari tadi dia selalu lolos dari permainan ini.

 

"Truth or Dare?" Tanya Nadira, Helena, Andini, dan Leonard secara bersamaan dengan sangat antusias.

 

Magika yang sudah menghabiskan beberapa gelas minuman berkadar alkohol, mulai merasakan sensasi euforia efek dari minuman tersebut, adrenalinnya semakin terpacu untuk menyelesaikan permainan ini. Dia tahu teman-temannya pasti tak akan tanggung-tanggung jika memberikan tantangan.

 

"Dare." Jawab Magika dengan lantang.

 

Nadira, Helena, Andini, dan Leonard tersenyum puas mendengar jawaban Magika, karena itu hal yang mereka sudah tunggu sedari tadi, rasanya sudah sangat tidak sabar untuk memberikan tantangan pada Magika.

 

Biasanya Magika selalu bermain aman, tapi karena sudah dalam pengaruh alkohol, teman-temannya memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.

 

"Ok langsung aja guy's, kasih tahu tantangannya Nad." Seru Helena sambil terkekeh.

 

Leonard coba memijat-mijat bahu Magika."Siap-siap Gee."

 

"Cium salah satu cowok yang ada di cafe ini." Perintah Nadira.

 

"Ayo Gee, bisa dong selesain tantangannya." Ejek Andini sambil tertawa.

 

Magika meneguk habis minuman yang tinggal sedikit lagi di gelasnya, lalu dia memperhatikan beberapa orang yang ada di sini untuk dijadikan bahan eksekusinya, tak ada yang menarik untuknya, lalu dia melirik lelaki yang duduk sendirian di seberang mejanya.

 

Sedari tadi lelaki itu sudah berada di sana mungkin sebelum Magika dan teman-temannya datang, karena Magika sudah melihat lelaki tampan itu ketika duduk di meja yang ditempatinya, tak butuh waktu lama lagi, dia segera beranjak dari kursinya untuk menghampiri incarannya.

 

"Hai.." Sapa Magika tanpa ragu pada lelaki yang sedang duduk sendirian itu.

 

Lelaki itu menoleh pada Magika dan memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu dia meneguk habis minuman yang ada di tangannya, tampak lelaki itu sepertinya sudah sama-sama merasakan euforia dari minumannya seperti Magika saat ini, terlihat dari pipinya yang memerah.

 

"Hallo.." Jawab lelaki itu dengan santai.

 

Magika tersenyum manis pada lelaki itu, tanpa basa-basi dia langsung mencium bibir lelaki yang berparas tampan itu, bibirnya terasa manis dan wangi, lelaki itu pun membalas ciumannya dengan lembut, tampak keduanya sangat menikmati ciuman mereka, padahal keduanya tidak saling mengenal satu sama lain.

 

Sekejap keduanya kompak menghentikan ciuman mereka, Magika dan lelaki itu sama-sama terdiam sambil bertatapan, Magika merasa ciumannya ini sangat berbeda, rasanya bagaikan melayang seperti ciuman pertamanya hanya saja yang ini lebih luar biasa sensasinya.

 

"Wow." Gumam Magika.

 

Magika menyunggingkan senyum pada lelaki itu lalu kembali beranjak dari duduknya, namun tangannya ditarik oleh lelaki itu ke atas pangkuannya. Magika sedikit terperangah dengan apa yang dilakukan lelaki itu, namun dia malah merasa senang lalu kembali menciumnya, dia belum merasa puas merasakan bibir lelaki itu.

 

"Woohoo get a room dude!" Seru teman-teman dari lelaki itu yang kini duduk mengelilingi keduanya.

 

Dua sejoli itu tetap bercumbu dan tak memedulikan keberadaan mereka semua, Magika malah semakin bergelora melakukannya, begitu juga dengan lelaki itu.

 

Nadira, Helena, Andini, dan Leonard terperangah melihat aksi Magika yang semakin liar, mereka tak habis pikir dengan Magika, sebegitu menikmatinya berciuman dengan orang asing.

 

Magika dan lelaki itu menghentikan aksi mereka, Magika terkekeh melihat lipstiknya menempel di bibir lelaki itu.

 

"Sorry bikin belepotan." Ucap Magika yang masih berada di atas pangkuan lelaki itu, dia menyeka jejak lipstik di sekitar bibir lelaki itu dengan tangannya.

 

"Wanna dance with me?" Tanya lelaki itu.

 

Magika mengangguk dengan semangat, lalu dia beranjak dari pangkuan lelaki itu dan menarik tangannya menuju area dance floor, dia sangat menikmati lagu yang dibawakan oleh DJ, dia menari dengan antusias dan hanyut dalam suasana gemerlap.

 

Magika menggoyangkan tubuhnya dengan menggoda di hadapan lelaki itu yang turut menari mengikuti irama di belakang Magika, hingga akhirnya lagu berubah menjadi lebih laun.

 

Lelaki itu memeluk pinggulnya dari belakang, Magika menyandarkan tubuhnya dengan nyaman di dada lelaki asing itu, dan mereka berdua kembali bercumbu. Hingga akhirnya lagu selesai berdendang, Magika mengajak lelaki itu berlari keluar menerobos kerumunan di sekitar mereka, keduanya tertawa menikmati momen ini, hingga perlahan suara dari lagu di dalam tak terdengar lagi.

 

Udara segar dari angin malam menerpa wajah keduanya, Magika dan lelaki itu berjalan menikmati udara malam hari di Braga sambil berpegangan tangan, jalanan tampak sepi, tidak lagi ramai seperti pertama kali keduanya datang ke cafe tadi.

 

"Seger banget udara di luar." Seru lelaki itu.

 

"Iya bener banget, udara Bandung emang menyegarkan." Sahut Magika.

 

"Sama kayak orang-orangnya, terutama cewek yang ada di samping gue." Ucap lelaki itu sambil mengecup tangan Magika.

 

Magika tertawa kecil sambil menatap lelaki itu dan mengusap pipinya. "Bisa aja ya kamu."

 

"Oh ya gue Edward, nama lo siapa?" Kata lelaki itu yang memberitahu namanya.

 

Mendengar nama Edward dari mulut lelaki itu, Magika teringat dengan tokoh vampir dalam film kesukaannya, seketika Magika memberitahu namanya seperti pasangan vampir tampan di film twilight saga itu.

 

"Aku Bella." Kata Magika sambil terkekeh.

 

"Kayak di twilight ya nama kita."

 

Magika tertawa mendengar ucapan Edward, yang pasti dia tak akan mau memberitahu nama aslinya pada orang yang tidak dikenalnya, apalagi dengan orang-orang malam yang datang ke cafe hanya untuk bersenang-senang. Dan pastinya dia juga tahu lelaki itu tak memberitahu nama aslinya.

 

"Lo kalo ketawa gitu makin charming ya." Ucap lelaki yang mengaku nama Edward itu, lalu dia membelai wajah Magika dengan lembut untuk menciumnya lagi.

 

Magika meladeninya dan membalas ciuman Edward, dia pikir tak akan pernah bertemu lagi dengan lelaki ini, dari nada bicaranya saja Magika dapat mengetahui bahwa Edward bukan tinggal di kota yang sama dengannya, untuk itu dia tak akan menahan semua keinginan yang dirasakannya malam ini, yang dia pikirkan dari tadi hanyalah merengkuh Edward.

 

Mereka berdua melanjutkan langkah lagi menuju jalan Asia-Afrika, dan berhenti sejenak untuk berswafoto dengan berbagai pose di depan Gedung Merdeka, Magika mengambil foto lelaki itu dengan ponsel blackberry nya, yang pada saat itu masih eksis keberadaannya, keduanya tertawa riang menikmati momen ini.

 

Setelah puas berfoto ria, Magika dan Edward kembali berjalan melanjutkan langkah mereka menuju minimarket yang buka 24 jam, di sana mereka membeli beberapa minuman dan makanan ringan, di kasir Magika melihat deretan kondom yang terpajang, tanpa ragu dia mengambilnya dan menyatukan dengan makanan dan minuman yang akan dibayarkan oleh 'Edward'.

 

Edward tersenyum menyeringai melihat tingkah Magika. "Jadi kita mau lanjut nih?"

 

"Sampai pagi, jangan nanggung kalo mau senang-senang." Ucap Magika seraya keluar dari minimarket.

 

Edward terkekeh sambil melihat Magika berjalan keluar, lalu menyusulnya, mereka berdua tertawa sambil berjalan sedikit sempoyongan menuju Hotel, mereka memesan sebuah kamar, di dalam lift mereka kembali berciuman hingga akhirnya tiba di depan kamar yang telah mereka pesan.

 

Setelah pintu tertutup rapat, Magika mendorong Edward ke dinding lalu kembali mencumbunya, dan perlahan tangannya mulai membuka kancing kemeja yang dipakai Edward.

 

Setelah berhasil membuka kemeja Edward, tangan Magika turun menuju resleting celana jeans lelaki itu, sekejap Edward menghentikan ciumannya.

 

"Lo yakin kita mau ngelakuin ini?" Tanya Edward memastikan.

 

"Ayolah! Kita udah pesan kamar, ya kali engga Edward atau kamu mau kita nikah dulu? Karena di film kan Edward gak mau melakukannya sebelum menikah." Jawab Magika disela ciumannya.

 

Edward tertawa mendengar ucapan Magika, setelah mendapatkan persetujuan darinya, Edward semakin berani, lelaki itu menyapu habis bibir Magika, ciuman yang awalnya terasa lembut kembali semakin memanas, ciuman itu perlahan turun ke leher Magika, yang semakin memantik hasrat wanita itu, tangan Edward mulai bergerilya menggerayangi tubuh Magika.

 

"Aahh.." Racau Magika.

 

Edward menggendong tubuh Magika ke atas tempat tidur, apapun yang menjadi bagian tubuh Magika disentuhnya, dan berhasil membuat wanita itu melayang, perlahan dibukanya pakaian Magika. Ketika akan melanjutkan aksinya lagi, Edward melihat Magika sudah tak sadarkan diri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status