Share

Teringat Disaat

Magika merasakan sakit di kepalanya yang kian terasa selagi matanya terpejam, dia meraba-raba sprei yang terasa dingin, perlahan matanya terbuka, dia mulai sepenuhnya sadar, seketika dirinya tersentak menyadari terbangun di kamar yang terasa asing, dia tak ingat apa yang terjadi semalam.

Dia meraba tubuhnya, dan merasa sedikit lega ketika mengetahui dirinya masih berpakaian dengan lengkap dan tertutup, lalu dia melihat seisi kamar, hanya dirinya saja yang berada di sini.

Magika segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju meja untuk mengambil air putih yang tersedia di kamar ini, tenggorokannya terasa sangat kering.

Ketika meminum air botol mineral, dia melihat ada tas belanjaan dari minimarket, dia memeriksa isinya dan mendapati kondom diantara makanan ringan.

"Shit ada kondom, udah gila apa aku? Tapi ini masih utuh dan belum kebuka, apa semalam aku masih aman?" Gumam Magika.

Mendengar ada suara percikan air di dalam kamar mandi, dia dapat memastikan masih ada orang yang bersamanya di kamar ini, dia segera bergegas keluar ruangan.

Kepala Magika masih terasa sangat pusing ketika berjalan di lorong Hotel, dia melihat staff Hotel dan membaca tulisan nama Hotel yang disinggahinya di seragam staff Hotel tersebut.

Magika berjalan menuju lift, namun dia tak bisa membukanya karena tak memiliki kartu aksesnya, lalu dia mencari staff hotel yang baru saja berpapasan dengannya, dan meminta bantuan untuk dibukakan pintu lift.

Setelah sampai di Lobby Hotel, Magika masuk ke toilet untuk memeriksa lagi keadaan tubuhnya, karena menurut orang yang pernah mencoba berhubungan badan, saat pertama kali mencoba akan terasa sakit, dia coba memastikannya dengan meraba bagian sensitifnya, tak terasa apapun, masih kering dan tampak bersih.

Magika kembali merasa lega, dia duduk di closet yang telah ditutup, ponselnya terasa bergetar, dia segera mengambilnya dari saku celananya, ada panggilan dari Leonard, dia langsung mengangkatnya.

"Haloooooo... Gee kamu dimana sekarang?" Tanya Leonard menyemprot Magika dari jauh sana.

Reflek, Magika menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Ish ya ampun gak usah teriak kali Le, bikin budeg aja."

"Kamu tuh kita cariin semaleman, ditelponin sampe puluhan kali gak diangkat, gimana aku gak teriak-teriak?"

"Iya maaf, kalian udah pada pulang ya?" Tanya Magika.

"Ya menurut lo? Baru aja mereka pada balik, tinggal aku masih di sekitaran Braga." Jawab Leonard kesal.

"Syukur deh kamu masih di sekitaran sini, Aku di Hotel Preanger Le, jemput ya."

"Ya gak mungkin kan aku ninggalin kamu, si Mami bakalan ngegantung aku kalo pulang tanpa anaknya, tunggu ya aku jemput ke sana.." Ucap Leonard yang omongannya terpotong karena ponsel Magika kehabisan daya.

"Hallo, Le? Hallo?" Tukas Magika, lalu melihat ponselnya telah mati.

Magika berdecak kesal, lalu dia keluar dari bilik toilet dan mencuci tangannya di wastafel, dia juga mencuci wajahnya dan merapikan rambutnya, pengar yang dia rasakan sedikit menghilang setelah membersihkan wajahnya.

"Gila berantakan juga penampilan aku, pantesan aja staff hotel tadi ngeliatin aku gitu banget." Gumam Magika seraya merapikan penampilannya.

Magika keluar dari toilet, dan tak sadar ponselnya tertinggal di dekat wastafel, dia berjalan menuju Lobby utama, tak lama Leonard datang menjemputnya, lalu mereka pergi dari Hotel ini.

Di perjalanan Magika menceritakan apa yang dia ingat semalam pada Leonard, dia ingat bersama seorang lelaki yang bernama Edward, dia juga ingat sensasi yang menakjubkan ketika berciuman dengan lelaki asing itu, bahkan masih bisa merasakannya sampai saat ini, namun sayangnya dia tak mengingat wajah Edward, semalam terasa bagaikan mimpi baginya.

"Edward? Bella? Yakali kalian berdua maen twilight-twilight an alay banget hahaha." Ejek Leonard.

"Ya biarin kan lucu, kayak mimpi aja sih semalem tuh gak jelas arahnya kemana, tahu-tahu pas bangun udah ada di Hotel." Jelas Magika.

"Kalo kata tulisan di truk-truk ingat rasa tak ingat rupa hahaha, lagian kenapa kamu gak nungguin dia keluar kamar mandi sih?"

"Malu kali, orang aku duluan yang nyosor, gak punya muka buat ketemu lagi, tapi sumpah deh beneran ngeblur aja gitu muka tuh cowok yang ada di ingatan aku."

"Tapi kamu yakin dia gak ngapa-ngapain kamu?" Tanya Leonard memastikan.

"Yakin soalnya aku udah cek semuanya, dan bersih." Ucap Magika tanpa ragu.

Leonard menatap Magika."Yakin tuh cowok normal? Mana ada laki normal yang begitu, kalo aku lihat cewek udah gak sadarkan diri, hajar aja sih, mumpung gak kenal dan ada kesempatan."

"Untung bukan kamu ya Le." Ucap Magika kesal namun sedikit bersyukur lelaki itu tidak seperti Leonard.

"Aneh sih kalo kata aku, mau dicoba lagi gak sama aku buat bukti yang lebih kongkrit? Rela deh gak harus pake imbalan." Celetuk Leonard.

"Aku nya yang gak rela."

"Sama orang asing rela, masa sama temen sendiri enggak? Dada kamu banyak banget tanda merah gitu, bekas cupangan tuh cowok, yakinkah kamu masih perawan?"

Magika melihat dadanya dan langsung megancingi kemejanya yang terbuka."Jelalatan amat sih mata kamu."

"Ya orang terbuka lebar kancing kemeja kamu sampe belahan kelihatan." Gerutu Leonard.

Magika berdecak kesal lalu mengancingi lagi kemeja hitamnya, dan menyandarkan kepalanya, dia coba tertidur lagi karena pengar yang dirasakannya muncul kembali.

 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status