“Wanita jalang, sepertinya kamu tidak puas sudah merebut Papa dariku dan sekarang kamu bersenang-senang dengan lelaki lain di belakangnya? Aku yakin uang yang kamu pakai disini adalah uang Papaku,” ucapku dengan tak kalah sinis darinya. Dari dulu, aku ingin sekali menampar, memukul dan merusak wajahnya yang sok cantik ini.“Dengar anak sialan, Papamu yang lebih dulu mendekatiku, memberikan semua yang dia punya padaku. Tentu saja aku tidak bisa menolak pemberian gratis, kita diajarkan untuk tidak menyia-nyaikan pemberian orang lain apa lagi itu barang yang sangat bagus dan berharga.” Wanita ini menjambak rambut Patricia. Dia tidak sudi seujung rambutnya disentuh oleh wanita jalang ini, dengan sangat sengaja Patricia memelintir tangan jalang itu sampai dia mengaduh kesakitan.“Aku sama sekali tidak keberatan Papaku memberikan barang atau uang padamu, aku akan menganggapnya sebagai sumbangan karena kamu tidak mampu untuk menghidupi dirimu sendiri. Tapi kamu yang menggoda Papaku dan merus
Katanya orang itu sudah menunggu di meja dekat bartender, tapi ketika Patricia datang tidak ada satu pun orang yang mencarinya. Patricia celingak celinguk mencari orang itu, siapa tahu dia berada di tempat lain tapi tidak ada yang menunggunya. “Apa ada orang yang menungguku di sini? Madam Gracia bilang aku harus menemui seorang lelaki.” Patricia bertanya pada seorang bartender yang sedang mengelap meja. “Memangnya ada yang ingin menemuimu? Kamu yang anti dengan lelaki itu?” tanya sang bartender sambil menatapku heran. Ya, Patricia memang dikenal anti lelaki oleh beberapa orang yang bekerja di sini. “Madam Gracia yang menyuruhku untuk menemui seorang lelaki di sini,” balas Patricia. Dia tidak peduli dengan tatapan menelisik dari bartender itu. “Apa kamu sekarang sudah mulai berubah? Mau mendekati mereka karena uang?” tanyanya pada Patricia. “Jangan salah paham! Aku hanya menemaninya berbicara saja, bukan untuk hal yang lain. Jika Madam Gracia tidak menyuruhku aku juga tidak akan ma
Patricia memandangi sejumlah uang yang berada di tangannya seolah uang ini akan bertambah jika dipandangi terus seperti itu. lima ratus dolar? Orang itu memberi Patricia lima ratus dolar untuk ongkos taksi? Apa dia tidak berlebihan memberikan uangnya? Hanya perlu dua puluh dolar untuk ongkos taksi tapi dia memberi uang dengan sangat banyak. Selain itu dia juga menelepon perusahaan taksi langsung untuk mengirimkan taksi di depan Athena klub secepatnya. Sepertinya dia mau menyombongkan kekayaannya karena kudengar dia adalah pimpinan dari satu perusahaan yang sangat besar.Tak lama kemudian Patricia sudah sampai di depan rumahnya dan kebingungan memikirkan sisa uang yang ada padanya. Patricia ingin mengembalikannya tapi bagaimana caranya karena dia sama sekali tidak memiliki kontak lelaki itu. Jika dia menggunakan uang ini untuk kepentingannya, Patricia takut suatu saat bertemu dengannya lagi lelaki itu akan menagihnya, memintanya untuk mengembalikan semua yang dia pinjamkan padaku terma
“Siapa kalian?” Patricia sedikit takut melihat beberapa orang tinggi besar datang ke rumahnya. Suara berdebum tadi ternyata suara pintu rusak yang jatuh ke lantai. “Beraninya kalian datang dan merusak rumahku? Ada urusan apa kalian kemari?”Meski dia ketakutan, Patricia tidak mau memperlihatkan ketakutannya di depan orang-orang asing yang datang ke rumahnya entah untuk apa.“Pintu rumahmu sudah sangat rapuh saat kami mencoba masuk ke dalam,” jawab salah seorang uang berdiri paling depan.“Kami sudah bertahun-tahun tinggal di sini, tidak mungkin rumah kami serapuh itu. Sekaran gada keperluan apa kalian datang kemari?” di belakangku, Karin mencengkram erat lenganku. Patricia bisa merasakan ketakutan adiknya, namun dia harus tetap tenang agar adiknya juga tidak terlalu takut.“Ah, Boss menyuruh kami untuk mengirimkan makanan pada kalian.” Begitu orang di depan Patricia mengatakan hal seperti itu, beberapa orang di belakangnya maju dengan membawa beberapa kotak besar yang berisi makanan.
Acara makan siang sudah berlalu dan sekarang kita semua sudah diarahkan ke ballroom yang sangat luas untuk acara pembukaan dari workshop ini. Acara pembukaan ini pasti sangat lama dan hanya diisi dengan bahasan-bahasan tidak penting dari beberapa petinggi perusahaan. Patricia juga harus menjaga sikapnya dengan baik karena menurut Rita, mereka juga akan memerhatikan attitude dari semua karyawan cabang dan anak cabang perusahaan besar Shire Group.Mereka yang datang juga sepertinya dari berbagai rentang usia, perusahaan ini benar-benar tidak membedakan siapa pun, usia berapa pun selama orang-orang tersebut mendedikasikan hidup dan waktu mereka untuk melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini. Patricia dengar pimpinan perusahaan ini juga sangat menghargai karyawan mereka seperti keluarga dan memberikan apresiasi yang sangat besar untuk mereka yang memiliki andil besar pada jalannya perusahaan. Bahkan mereka tidak segan-segan memberikan rumah dan kendaraan. Tapi dibalik semua fasilitas
Sejak orang ini bergabung, meja kami yang semula begitu meriah dan ribut menjadi hening dan penuh kecanggungan. Sementara orang yang menjadi sumbernya makan dengan tenang sambil mencomot daging yang sudah matang dari panggangan. Lima orang lain yang berada di meja yang sama dengan Patricia tidak berani membuka mulutnya untuk berbicara sepatah kata pun. Jangankan untuk berbicara, mereka bahkan mengunyah dengan pelan sampai suara kunyahan mereka tidak terdengar sama sekali.“Apa makanan ini sesuai dengan selera kalian? Sepertinya kalian tidak begitu menyukainya,” ujar sang calon pewaris perusahaan, Sean Fernandez yang akhirnya bicara setelah membuat situasi tidak nyaman ini cukup lama.“Kami sangat menyukainya, semua dagingnya berkualitas tinggi, seafoodnya juga sangat segar, bagaimana mungkin kami tidak menyukai makanan ini. Ini yang terbaik yang pernah aku makan,” ucap salah seorang menjawab pertanyaan Sean. Sementara mereka berbicara, Patricia akan menikmati scallop panggang yang seb
William, tidak mungkin dia membawa jaket itu dan pergi lagi entah kemana. Lalu bodohnya Patricia menggantung jaket itu di tempat yang mudah terlihat dan menaruh dompet kartu itu di tempat yang sama. Semoga saja William tidak melihat kartu hitam itu, bisa sangat gawat jika dia tahu kemudian menggunakannya dengan sembarangan. Patricia harus menemui Sean itu untuk memblokir kartu-kartu yang dia punya. Patricia kemudian menelepon Will juga sama sekali tidak diangkat olehnya. Kenapa William begitu berubah banyak setelah dia pergi jauh dari rumah.“Hei, kalian tahu dimana Sean berada?” tanyaku pada rekan kerja yang lain.“Woah, kamu berani memanggil namanya langsung Patricia! hati-hatilah karena ada telinga dan mata dimana-mana. Kamu bisa dianggap tidak sopan,” ujar Ann.“Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan keberadaan orang itu?” Allan bertanya dengan pandangan yang penuh selidik.“Ah, itu… aku ingat dia meminjam sesuatu padaku dan belum dikembalikan, jadi aku ingin mengambil kembali barangku
“Maaf? Untuk apa aku menemuimu? Lagi pula, ini sudah terlalu malam. Aku juga ingin tidur karena besok masih ada kegiatan pagi,” balas Patricia.“Tidur? Aku tahu kamu mengintipku barusan. Apa kau ingin aku menyebarkan itu? termasuk pekerjaan sampinganmu sebagai wanita penghibur pada semua orang?” ancam Sean.“Aku bukan wanita seperti itu! jaga mulutmu jika kamu tidak tahu apa pun tentangku.” Patricia sangat marah karena lelaki ini terus saja mengancamnya dengan sesuatu seperti itu.“Terserah saja, aku memegang kartu matimu jadi kamu tidak bisa macam-macam denganku. Temui aku sekarang di bar hotel ini,” titahnya.“Bar? Kamu ingin aku pergi ke bar? Bagaimana jika ada yang melihatku?” protes Patricia. Apa lagi yang akan pria ini lakukan di bar di waktu hampir tengah malam.“Tenang saja, aku sudah reservasi tempat itu sehingga tidak akan ada orang lain yang datang. Aku tunggu sepuluh menit, jika tidak, lihat saja yang bisa aku lakukan padamu besok.” Sean menutup teleponnya.“Tunggu!”Patri