Santi,Tia,Dinda dan pak Arkan masih menunggu di depan ruang UGD setelah tadi mereka membawa Annisa ke rumah sakit,sudah 30 menit dokter maupun suster belum ada yang keluar dari dalam,mereka menunggu dengan cemas.
"Sudah ada yang menghubungi keluarganya?" Tanya pak Arkan.
Mereka bertiga kompak menggelengkan kepala,terlalu panik sampai lupa untuk mengabari keluarga dari Annisa,Tia yang lebih dulu mengeluarkan Handphonenya untuk menelpon kak Armand,mereka bertiga sudah mengetahui kalau sekarang Annisa sudah tidak tinggal lagi dengan sang ayah,melainkan sudah tinggal bersama kak Armand.
tut...tut..tut...
Setelah dering ke tiga barulah panggilan terhubung.
"Hallo." terdengar suara kak Armand.
"Hallo kak,ini Tia kak." Kata Tia.
"Iya Tia ada apa." Jawab kak Armand.
"Emm..ini kak,Annisa masuk rumah sakit,sekarang lagi di UGD." Ucap Tia mencoba tenang.
"HAH APA,ANNISA MASUK RUMAH SAKIT." Kata kak Armand dengan suara tinggi.
"I-iya kak,tadi kecelakaan di kampus." Jawab Tia takut mendengar nada suars tinggi dari kak Armand.
"Kirimkan alamat rumah sakitnya,saya segera ke sana." Kata kak Armand.
"iya kak." Jawab Tia lalu menutup panggilan yang sudah lebih dulu di matikan kak Armand,dan langsung mengirimkan alamat rumah sakitnya.
"Sudah." Tanya pak Arkan,yang sedari tadi menatap ke arah Tia.
"Sudah pak,kakaknya Annisa segera menuju ke sini." Jawab Tia,dan kembali duduk dengan Santi dan Dinda,sedangkan pak Arkan berdiri tepat di depan pintu ruangan UGD.
Menunggu selama hampir 1 jam,akhirnya dokter pun keluar dari ruangan itu,pak Arkan dan ke tiga teman-teman Annisa pun bangun dan menghampiri dokter bersamaan dengan datangnya kak Armand yang terlambat karna jalanan yang sedang macet di jam pulang para pekerja.
"Dokter bagaimana kondisi teman saya?" Tanya Sinta yang lebih dulu menghampiri dokter.
"Keluarga pasien?" Dokter pun bertanya.
"Saya kakaknya dok." Jawab kak Armand.
"Kondisi pasien baik,lukanya sudah kami obati,tapi harus di observasi lebih lanjut lagi karna ada benturan saat kecelakaan terjadi." Jawab Dokter.
"Saya bisa lihat adik saya dok?" Pinta kak Armand.
"Silahkan tapi kakaknya dahulu,yang lain bisa menjenguk saat pasien sudah kami pindahkan ke ruang perawatan." Kata Dokter, "Saya permisi." Lanjutnya.
Kak Armand pun memasuki ruangan itu,untuk melihat kondisi Annisa adik tersayangnya.
kak Armand menggenggam tangan Annisa "Kamu kenapa bisa jadi kaya gini sih Nis,tadi pagi kamu masih sehat,ceria,kenapa sekarang kamu jadi gini." Kata kak Armand dengan lembut sambil mengusap tangan Annisa yang di genggamnya dan tangan satunya di usap ke kepala Annisa.
"Jangan bikin kakak jadi makin bersalah karna engga bisa jaga kamu dengan baik,kakak takut ibu sedih liat kamu kaya gini Nis." kak Armand berkata menahan air matanya.
"Sehat lagi Nis,kembali ke Annisa yang dulu,selalu ceria apa pun masalah yang sedang di hadapi." Sambung kak Armand.
Setelah melihat kondisi adiknya,kak Armand keluar dari ruangan untuk menemui teman-temannya Annisa,dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Ketiga teman-teman Annisa berdiri setelah melihat kak Armand keluar dari ruangan.
"Kak." Sapa ketiganya.
"Bagaiman Annisa." Tanya Santi.
"Masih belum siuman,kita tunggu aja sebentar lagi,semoga cepat siuman." Jawab kak Armand.
"Coba ceritakan awal mulanya seperti apa,kenapa Annisa bisa sampai seperti ini." Tanya kak Armand
Sinta dan Tia silih berganti menjelaskan tentang semua yang terjadi,sampai kejadian tabrak lari itu dan ada pak Arkan yang membantu menolong membawa Annisa ke rumah sakit.
Tia teringat kalau masih ada pak Dosen yang masih berada di sini,lalu mengenalkan kepada kak Armand.
"Kak,kenalin ini Dosen sekaligus pembimbingnya Annisa,dan beliau juga yang membantu membawa Annisa ke sini." Tia memperkenalkannya.
"Saya Armand,kakaknya Annisa." kak Armand berkata dan menjabat tangan dengan pak Arkan.
"Saya Arkan." Jawabnya dan balas jabatan tangan kak Armand.
"Terima kasih sudah menolong adik saya pak Dosen." Ucap kak Armand berterima kasih.
"Sama-sama,panggil saya Arkan saja kak."
"Kalau begitu panggil saya juga Armand saja." Gurau kak Armand.
"Sebaiknya kalian pulang saja,Annisa biar jadi urusan saya." Pinta kak Armand kepada ketiga teman-teman Annisa.
"Sekali lagi terima kasih sudah menolong Annisa." kata kak Armand.
"Iya kak kita bertiga pamit kak,besok kita ke sini lagi buat jenguk Annisa,titip salam buat Annisa kalau sudah sadar nanti kak dari kita bertiga." kata Sinta dan di anggukin Tia dan Dinda.
"Iya pasti kakak sampaikan." Jawab kak Armand.
"Saya juga permsi karna masih ada yang harus saya kerjakan,semoga Annisa secepatnya siuman dan sehat kembali." Ucap pak Arkan kemudian ikut berpamitan.
Selepas kepergian pak Dosen dan ketiga teman-teman Annisa,kak Armand memasuki kembali ruangan itu dan melihat kondisi Annisa lagi,sambil menunggu Annisa di pindahlan ke ruang rawat inap.
Kak Armand pun sudah mengabari kondisi Annisa ke sang istri,dan kemungkinan tidak bisa pulang karna harus menemani Annisa di rumah sakit.
Untuk sang Ayah,kak Armand belum mengabarinya,dan akan menunggu sampai Annisa siuman dulu.
Arkana Sadewa seorang laki-laki berusia 33 tahun yang masih betah menjomblo di usianya yang tak lagi muda ini,seorang pemimpin perusahaan sebuah perusahaan import terbesar di indonesia,seorang laki-laki yang terus di paksa untuk menikah oleh ibunya.Dulu Arkan pernah hampir menikah namun terpaksa harus batal karna sang kekasih lebih memilih menikah dengan laki-laki lain yang katanya lebih kaya dari Arkan,dari sejak batalnya pernikahan itu Arkan berubah jadi manusia paling cuek dan dingin,menghabiskan hidupnya dengan terus bekerja.Menghindari sang ibu yang terus memaksanya untuk menikah,beberapa kali di jodohkan dengan anak-anak rekananannya tapi tak satu pun ada yang di pilihnya,bagi Arkan semua wanita-wanita itu sama dengan sang mantan kekasihnya dulu.Hari ini Arkan sedang libur dan sedang menikmati waktunya dengan membaca buku di halaman belakang rumahnya,Arkan memang memilih tinggal di rumahnya sendiri dari pada tinggal di rumah orangtuanya karna menghindar
Di kantor selesai meeting pikiran Arkan terus tertuju pada seorang gadis yang tadi pagi dia tabrak,merasa bersalah karna tak membawanya ke rumah sakit tuk mengobati luka-lukanya itu,"Gadis keras kepala" Gumamnya,tersenyum kecil.Melanjutkan pekerjaannya yang masih menumpuk tanpa di sadari jam sudah menunjukan jam makan siang,selesai dengan pekerjaannya Arkan membereskan mejanya dan keluar dari ruangannya untuk menemui sekertarisnya,karna hari ini dia ada jadwal untuk mengajar di kampus yang didirikan Ayahnya itu,memutuskan menjadi dosen hanya untuk menyibukan dirinya untuk lupa akan masa lalunya itu."Rud,saya harus ke kampus ada jadwal mengajarkan hari ini?" Tanyanya ke pada sekertarisnya ini,Rudi buka hanya sekertaris tetapi asistennya juga sekaligus sahabatnya dari zaman mereka masih sekolah,Arkan memang sengaja memilih sekertaris laki-laki lebih leluasa saja dalam berdiskusi menurutnya."Iya bos hari ini ada jadwal mengajar." Jawab Rudi,walaupun mereka bersa
Setelah menunggu hampir 1 jam,akhirnya dokter pun keluar,perasaan tak menentu sedari tadi yang ku rasakan ini,menghampiri dokter dan tiba-tiba ada seorang lelaki datang menghampiri kami bersamaan,laki-laki yang ku perkirakan tak jauh usianya dari usia ku,dan ternyata laki-laki ini kakaknya Annisa yang tadi di telepon temannya Annisa. Dokter pun menjelaskan kondisi Annisa,ada rasa ingin melihatnya langsung tapi ku tahan,kakaknya Annisa yang lebih berhak untuk menemuinya lebih dulu,diriku bisa menemuinya nanti mungkin. Menunggu tak berapa lama kakaknya Annisa keluar dari ruangan itu,dan menemui ku yang masih betah berdiri di depan pintu bersama dengan teman-temannya Annisa. Kakaknya Annisa meminta penjelasan apa yang terjadi dengan adiknya,di ceritakan dan di jelaskan semua oleh teman-temannya Annisa yang memang lebih tau kondisinya saat kejadian tabrakan itu,apa yang membuat Annisa berlari tanpa arah tadi,dan berakhir tertabrak mobil,diriku hanya diam menyimak karna memang tidak meng
Annisa pun sadar. Perlahan membuka matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke kelopak matanya,yang pertama Annisa lihat sang kakak ipar yang sedang duduk sambil membaca buku. "M-mba." Ucap Annisa terbata. "Annisa." Jawab mba Mita yang langsung menghampiri Annisa dan di genggamnya tangan Annisa yang terbebas dari infusan itu. "Apa ada yang sakit." Tanya lagi mba Mita. "Mba panggilin dulu dokter ya." Katanya lagi. Annisa hanya tersenyum menjawabnya. Dokter pun datang dan memeriksa kondisi Annisa,selagi dokter memeriksa Annisa,mba Mita bergegas mengabari suaminya kak Armand,kak Armand terpaksa harus meninggalkan Annisa karna ada urusan yang harus di urus di perusahaan. Dokter selesai memeriksa Annisa dan berkata kondisi Annisa sudah membaik,hanya perlu istirahat beberapa hari saja untuk menstabilkan kesehatannya. "Gimana sudah enakan?" Tanya mba Mita yang kembali menghampiri Annisa dan duduk di samping ranjang Annisa. "Sudah mba." Jawab Annisa tersenyum. "Kakak mana mba?" Tanya
Pandangan ayah tiba-tiba tertuju pada seorang lelaki yang berdiri di samping mba Mita dan lalu melihat ke arahku seakan berkata "Siapa dia?" Kak Armand yang menyadari pandangan ayah langsung memperkenalkan pak Arkan kepada ayah. "Dia calonnya Annisa sekaligus dosennya Nisa." Ucap kak Armand mantap,dan membuat diri ini kaget mendengar ucapan kak Armand,bukan hanya aku yang kaget pak Arkan pun menunjukan raut wajah kaget sepertiku,tatapan mata kami bertemu "Maaf pak." Batinku,semoga pak Arkan bisa mengerti dari tatapan mataku ini. Ayah dan yang lainnya yang berada di kamar ini pun sepertinya merasa kaget mendengar ucapan kak Armand. Ayah membalikkan badan menghadap pak Arkan "Saya Hasan ayahnya Annisa." Ucap ayah menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan pak Arkan. Pak Arkan dengan ragu menerima tangan ayah "Saya Arkana Sadewa." Ucapnya. "Sadewa, seperti tidak asing lagi namanya." kata ayah. "Sadewa nama papa saya Artur Sadewa." Jawab pak Arkan."Artur Sadewa pemilik Sadewa grup
Setelah beberapa hari Annisa di rawat di rumah sakit,kondisinya sudah membaik,Annisa sudah di perbolehkan untuk pulang siang ini.Tiba-tiba kak Armand mendapatkan telpon dari kantor untuk segera datang karena ada hal penting yang harus di selesaikan,bingung kak Armand,siapa yang bisa dia minta tolong untuk mengurus kepulangan sang adik,mba Mita istrinya sudah pulang dari pagi untuk membersihkan rumah dan merapikan kamar Annisa,ayahnya.. ah lupakan dia dari pertama ayahnya datang menjenguk sampai sekarang beliau tidak tampak lagi untuk melihat Annisa.Di saat sedang larut dalam pemikirannya,kak Armand di kejutkan dengan kedatangan seseorang,"Pak Dosen" gumam kak Armand."Selamat siang." Sapa pak Arkan memasuki kamar Annisa yang pintunya terbuka,setelah mengetuk pintu tanpa ada jawaban dari dalam,pak Arkan memutuskan untuk masuk dengan perlahan,rupanya kakaknya Annisa ini sedang melamun,sedangkan Annisa masih tertidur setelah meminum obat."Pak Dosen,maaf tadi saya melamun." Jawab kak A
"Arkan" Panggilan dari seorang wanita paruhbaya yang tak lain adalah mamanya pak Arkan,menghampiri mereka berdua yang sedang berdiri di samping mobil. "Kamu ngapain di sini?" Tanya dan melirik ke arahku. "Siapa dia sayang?" Tanyanya lagi,dan mendekat ke arahku. Pak Arkan masih diam dan membisu,hanya melirikku sebentar lalu melihat ke arah wanita paruh baya ini. "Kamu siapa nak?" Tanyanya lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari pak Arkan. "Aku Annisa tante,tante...?" Jawabku dan menanyakan siapa beliau ini. "Saya mamahnya Arkan." Jawabnya cepat,dan memelukku,aku yang di peluk di buatnya kaget melihat ke arah pak Arkan dengan mata melotot,ternyata beliau ini mamanya pak Arkan. "Kamu sakit sayang,di lihat dari wajahmu yang pucat ini." Tanya mamanya pak Arkan melepaskan pelukannya dan mengelus kedua pipiku ini. "Annisa habis kecelakaan mah 1 minggu yang lalu." Pak Arkan yang menjawab. "Ya ampun,kecelakaan apa dan di mana sayang?" Tanyanya masih tetap menatap ke arahku. "Di k
"Assalamualaikum". Ucap suara dari arah belakang ku,suara dari orang yang amat sangat ku kenal itu... " Wa'alaikum salam". Jawab kami bersamaan,ku putar badan ku mengharap ke asal suara itu dan benar saja mereka yang datang.Angga,Rahmah,dan bu Ajeng untuk apa mereka datang ke sini,pakaian mereka seperti yang ku lihat tadi saat di rumah sakit tapi tak melihat ada Angga di sana."Kalian dari mana saja?" Tanya ayah yang menghampiri mereka."Kita dari rumah ke toko kue dulu baru ke sini mas". Jawab bu Ajeng,memperlihatkan plastik bawaannya ke ayah." Toko kue,bukannya tadi mereka dari rumah sakit ya". Ucapku dalam hati,kenapa mereka harus berbohong,tak mau ambil pusing,ku putar badanku,melangkahkan kaki untuk duduk di sofa ruang tamu kak Armand,maunya sih langsung masuk ke kamar tapi sungkan karena banyak tamu yang datang.Pak Arkan ikut duduk di sebelahku,posisi kami terlihat menempel karena sofa yang ku duduki jadi sempit setelah pak Arkan ikut duduk di sebelahku.Di depan ku ada oran