Ryan melangkah perlahan di atas atap gedung pencakar langit yang kosong. Dia adalah seorang pembunuh bayaran dengan pengalaman bertahun-tahun dalam setiap tugas yang diembannya. Kali ini, misinya adalah membunuh seorang target penting. Tugas ini terlihat mudah bagi Ryan, namun dia tidak pernah mengambil risiko kecil.
"Dengan berakhirnya misi ini, maka aku bisa pensiun dan menikmati hidup. Aku sudah mempersiapkan deposito sebanyak 4 Triliun dollar, hasil dari membunuh selama 40 tahun terakhir." Ryan bergumam sambil mengendap-endap.Seketika, Ryan terhenti ketika seseorang menyambutnya di ujung atap. "Hmmm, sepertinya aku memiliki tamu di sini," kata target-nya dengan tersenyum miring.Ryan siap menyerang. Tetapi tiba-tiba, dia merasa terlalu familliar dengan wajah target-nya, padahal dia tidak pernah bertemu target sebelumnya."Jangan-jangan ini...," gumam Ryan dalam hati."Betul, Ryan! Kamu mencurigakan dari awal dan kau tahu itu, bukan?" tanya target."Sial!" umpat Ryan.Ryan secara refleks mengambil pistolnya dan melepaskan sejumlah peluru ke arah target yang menyebabkan terjadinya pertarungan sengit."Ini tidak masuk akal," pikir Ryan saat ia berusaha bertahan dari serangan targetnya.Tanpa diduga, dibalik setiap serangan kuat yang dihadapinya, Ryan dapat melihat amarah dalam mata temannya. Akhirnya setelah beberapa saat, Ryan berhasil membunuh targetnya dan merasa lega. Namun, dia menyadari terlambat bahwa itu adalah jebakan karena begitu Ryan berbalik, dia melihat sejumlah bom waktu terpasang disekitar gedung itu.Ryan berusaha keluar dari gedung itu secepat mungkin. Tetapi terlambat, tanpa ampun, ledakan besar menerangi langit kota dan gedung tersebut hancur menjadi ribuan puing-puing.Pria yang berkeinginan pensiun itu tidak pernah bisa keluar dari gedung dan perlahan ia meninggal. Meskipun ia tidak pernah menyangka akan terjebak dalam rencana busuk bos-nya yang mengumpankan temannya sekaligus targetnya."Semua berjalan sesuai rencana," gumam seseorang di seberang gedung - dengan wajah puas.Dengan mengunakan teropong, seseorang itu melihat semua kejadian yang terjadi pada Ryan dan targetnya.***"Di, di mana a-ku?" bisik Ryan dengan suara yang rapuh, matanya bergerak mencari petunjuk dalam ruangan yang asing baginya."Bukanlah aku sudah, mati?" tanyanya lagi.Ryan, terbangun dalam kebingungan yang mendalam. Suaranya serak saat mencoba berbicara, mencari pemahaman tentang situasi yang membingungkan ini.Saat pandangannya fokus, ia menyadari sekelilingnya dipenuhi oleh keheningan rumah sakit. Suasana dingin dan putih, kontras dengan kekacauan yang ada dalam pikiran dan ingatan sebelumnya.Seorang perawat masuk ke dalam ruangan, melihat Ryan dengan senyum yang hangat dengan langkah pasti mendekatinya."Oh, Anda sadar. Bagaimana perasaan Anda, Tuan Muda?" tanya perawat tersebut - masih dengan tersenyum."T-tuan?" gumam Ryan, mencoba memahami situasi yang semakin membingungkan."Anda telah terluka parah, saat terjatuh di kamar mandi. Itu kata istri Anda," jelas perawat itu, membantu Ryan untuk mengetahui situasinya.Namun, saat perawat berusaha menjelaskan kondisinya lebih banyak, Ryan justru merasakan kebuntuan dalam pikiran. Semua itu benar-benar asing baginya, dan tak ada memori yang bisa diambil sebagai gambarannya.Tiba-tiba, beberapa orang berdatangan masuk ke ruang perawatan. Ryan merasakan pandangan tajam dan sindiran yang terarah padanya."Siapa mereka? Kenapa ke sini?" lirih Ryan memperhatikan."Sudah sadar, kau?" tanya seorang wanita paruh baya, yang terlihat menor dengan dandanannya."Ma, biarkan dulu. Dia baru saja sadar," ucap wanita yang lebih muda dengan tatapan sinis.Ryan menyimak tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ia masih 'mencerna' situasi yang terjadi pada dirinya.Lalu, tubuh siapa yang saat ini ia tempati sekarang? Kenapa perawat tadi memangilnya dengan sebutan, Tuan Muda? Tapi, kenapa sikap yang ditunjukkan oleh dua wanita beda usia itu tidak seperti keluarga?Semua pertanyaan itu memenuhi otak dan hati Ryan, yang masih kebingungan dengan keadaannya yang sekarang."Seharusnya, dia mati saja, kak. Biar semuanya aman, dan kita bisa menikmati warisan tanpa harus merawatnya!" Tiba-tiba pria muda - yang kemungkinan adalah adik wanita muda tersebut berkata sarkas.Dalam hati Ryan, pertanyaan dan kebingungannya semakin bertambah. Ia tidak pernah menikah, meskipun sering 'bermain' dengan wanita. Ia tidak punya keluarga, dan hidup seorang diri sebagai pembunuh bayaran."Siapa kalian? Aku tidak mengenal kalian semua." Akhirnya Ryan mengajukan pertanyaan."Hai, bodoh! Kau lupa, atau memang kau sudah gila?" bentak wanita setengah baya tersebut."Mungkin otaknya geser," sinis pria muda itu.Wanita yang lebih muda, hanya menggeleng dengan tersenyum kecut. Tapi ia mengibaskan tangannya - memberikan isyarat, meminta pada perawat yang tadi untuk pergi meninggalkan ruangan.Setelah perawat tadi pergi dengan wajah tegang, wanita muda itu maju lebih dekat dengan tersenyum miring."Aku tau kau hanya pura-pura lupa, Tuan muda Ryanoir. Tapi ingatlah, berkas warisan belum kau tanda tangani. Jadi, sudah seharusnya kau bertahan untuk hidup terlebih dahulu.""Apa maksudmu? Aku tidak punya keluarga!" tegas Ryan dengan tatapan tajam.Plak!"Dasar tidak berguna!" Wanita paruh baya menampar wajah Ryan dengan memaki."Dasshhhhh! Eghh ... " Ryan merasakan tamparan kedua mendarat di pipinya."Biar aku yang urus dia, Selly. Kau mengurus warisannya," kata wanita paruh baya itu dengan suara jernih."Baiklah, ibu." Jawab Selly - wanita muda tadi.Ryan terdiam, merasakan tarikan nafasnya naik turun dengan cepat. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Seluruh dunianya bergeser, seakan ia sedang berada dalam cerita fiksi yang tak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Namun, rasa sakit di wajahnya membuatnya sadar bahwa ini adalah dunia nyata.Ryan menyadari bahwa ia benar-benar telah dijebak dalam situasi yang aneh dan asing baginya. Ia tidak punya memori sama sekali tentang kehidupannya yang sekarang dan terlebih lagi, ia kini harus beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai Tuan Muda Ryanoir yang selalu direndahkan oleh istri dan keluarga istrinya sendiri.Ryan merutuki nasibnya yang menyakitkan itu, dan memutuskan bahwa ia harus keluar dari lingkungan ini dan mencari tahu apa yang seben
Ryan memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia mulai menyusup ke dalam kamar ibu mertuanya, membuka komputer dan dokumen Emily untuk mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh ibu mertuanya dan istrinya - Selly.Ryan menghabiskan berjam-jam di depan komputer mama mertuanya, mencoba mengumpulkan setiap bukti yang ia dapatkan. Ia menemukan banyak dokumen terkait keuangan, bisnis, dan kehidupan pribadi keluarganya yang menyimpan rahasia besar.Saat Ryan sibuk menyelidiki dokumen-dokumen yang tersebar di atas meja komputer ibu mertuanya. Matanya fokus, jari-jarinya lincah menekuni setiap detail yang bisa ia temui."Ryan, apa yang kau lakukan di sini?" bentak Emily, tiba-tiba muncul di pintu dengan ekspresi marah.Ryan terkejut, cepat membalikkan kepalanya. Dia berusaha setenang mungkin, dengan ekspresi wajah tanpa dosa karena sedang amnesia."Emily, aku mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini. Aku perlu tahu kebenarannya, agar aku bisa lepas dari amne
Ketika Diana masuk ke kamar Ryan, dia menemukan Ryan duduk di kursi roda dengan tatapan kosong yang tanpa ekspresi."Tuan Muda Ryanoir, apa yang sedang Anda pikirkan?" tanya Diana, mendekat ke arah Ryan."Aku tidak tahu, Di. Semua terasa begitu sulit dan kabur aku ingat-ingat," jawab Ryan dengan menggelengkan kepalanya, ekspresinya tampak lelah.Diana merasa iba pada Ryan, ia tahu betul bahwa Ryan sedang mengalami masa sulit dan butuh bantuan yang besar untuk bisa keluar dari situasi yang seperti sekarang."Dengar, Ryan. Aku ingin membantumu, tapi aku butuh kejujuranmu. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanya Diana, memandang Ryan dengan tatapan menyelidik.Ryan menatap ke arah Diana, ia merasa takut jika harus membuka diri. Namun, ia tahu bahwa Diana bisa membantunya keluar dari tempat yang sulit.Tapi keyakinan itu juga tidak bisa diambil secara cepat, sebab bagaimanapun juga Diana ini adalah saudara sepupu Selly, yang artinya keponakan dari ibu mertuanya."Aku... aku merasa diri
Emily duduk di depan komputer, sibuk merencanakan kecelakaan yang akan dialami oleh Diana saat pulang dari rumahnya. Dia merasa senang dan kegirangan karena akhirnya akan bisa menyingkirkan Diana yang dianggap menghambat niatnya.Dia menggigit bibirnya dan berkonsentrasi pada layar komputernya, memperhatikan setiap detail dari rencana itu. Emily merancang kecelakaan itu begitu detail dengan cermat dan hati-hati, menginginkan Diana mengalami kecelakaan yang cukup parah agar dia tidak bisa membocorkan rahasianya untuk memanipulasi Ryanoir."Baiklah, semuanya sudah selesai," gumam Emily sambil menikmati hasil kerjanya."Ini lebih dari kata sempurna!"Wanita itu tersenyum puas saat melihat rencana kecelakaannya yang sempurna di layar komputernya. Rencana tersebut tidak hanya menargetkan mobil Diana, namun juga memasukkan kendaraan lain ke dalamnya untuk memastikan Diana tidak bisa lolos dari maut.Emily mengirim pesan singkat ke temannya yang bekerja sebagai sopir truk besar. Dia meminta b
Emily dan Selly terlihat cemas karena terbongkar tanggung jawab mereka atas kematian Diana. Ryan merasa sangat marah dan kecewa karena mereka melakukan hal yang sangat jahat dengan membunuh saudaranya sendiri."Kalian melakukan itu untuk apa? Apakah ini semua hanya tentang uang?" tanya Ryan dengan nada yang penuh amarah.Emily dan Selly tidak dapat berkata-kata karena kesalahan mereka terbuka. Ryan terus meminta penjelasan dari mereka, tapi mereka tetap diam."Tidak akan ada yang terjadi pada kalian jika kalian memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi," ucap Ryan dengan nada yang lebih tenang, mencoba mencari tahu alasan mereka.Setelah tertunduk dalam diam selama beberapa saat, Emily akhirnya memutuskan untuk memberitahu kebenaran tentang rencana mereka untuk memanipulasi Ryan dengan kepura-puraannya. Keduanya berusaha untuk memanfaatkan amnesia Ryan agar ia menandatangani surat wasiat yang menguntungkan mereka."K-ami ... kami tahu kalau kamu sedang mengalami amnesia, dan kami piki
Ryan terus mencari tahu tentang keluarga Ryanoir dan segala kejanggalan yang terjadi di sekitarnya. Ia menggali informasi dari setiap sumber yang ia temui, mencoba untuk menghubungkan kebenaran yang terdapat dalam cerita tersebut.Namun, semakin ia mendalami investigasinya, semakin ia merasa terjebak dalam kebohongan dan kecurangan keluarga Ryanoir. Semua anggota keluarga ini sepertinya memiliki motif dan kepentingan masing-masing yang tidak terlihat jelas.Ryan mulai kehilangan harapan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Namun, ia terus mendalami investigasinya tanpa kenal lelah, bahkan meskipun ia harus mengorbankan hidupnya sebagai Ryan."Aku harus menyelesaikan ini, bahkan jika itu berarti aku harus mengorbankan segalanya," gumam Ryan dengan tekad yang bulat.Satu persatu misteri terus terungkap dalam investigasi Ryan. Ia menemukan bahwa ada konspirasi jahat untuk merampok kekayaan keluarga Ryanoir dan memperkaya diri sendiri, tanpa peduli dengan konsekuensi yan
"Aku pasti akan menghukum kalian berdua, dengan hukuman yang tidak pernah kalian bayangkan!" Ryan berkata dengan nada tinggi, memperingatkan dua wanita di depannya.Selly dan Emily saling berpandangan dengan rasa takut saat Ryan mengancam mereka dengan kejahatannya. Mereka tahu bahwa Ryan akan melampiaskan kemarahannya pada mereka seiring dengan ucapan yang diucapkannya. Namun, kali ini mereka merasa lebih takut dari sebelumnya.Ryan menatap keduanya dengan pandangan penuh kebencian, mencoba mencerna setiap detail dari wajah mereka. Kedua wanita itu tampak rapuh, seperti tidak lagi memiliki semangat untuk melawan atau membela diri."Kamu, Selly ... kamu benar-benar tega dan licik. Menipu suamimu dan berselingkuh dengan sepupuku sendiri! Membodohiku selama bertahun-tahun!" Ryan marah dan mulai berteriak pada Selly.Selly mengangguk dengan berderai air mata, menyadari kesalahan besar yang ia lakukan. Dia tak punya kata apa-apa untuk membela dirinya sendiri karena dia tahu bahwa semua i
Selly merintih kesakitan, tetapi Ryan tidak berhenti. Dia memperlihatkan wajahnya yang penuh kebencian sambil mencengkeram leher Selly semakin keras. Darah mulai menetes dari hidung dan mulut Selly yang telah menjadi lemas karena cengkeraman kuat itu."Rasakan ini!" teriak Ryan.Namun, tiba-tiba terdengar suara pintu rumah yang terbuka dan langkah kaki seseorang mendekat ke arah mereka. Ryan terkejut, sehingga dia berhenti memberikan cengkeraman pada wanita yang berstatus sebagai istrinya. Namun, setelah melihat siapa yang datang, dia merasa tenang kembali."Maaf, Ryan. Aku sudah pulang," ujar seorang pria yang terdengar datang dari depan pintu."Apa tugasmu sudah selesai, hingga berani pulang?" Ryan bertanya tak suka.Pria itu tidak terkejut, kemudian duduk di sofa di ruangan tersebut. Dengan wajah lelah dan lesu, pria itu melaporkan pekerjaannya yang tidak biasa.Sebenarnya, pria itu tidak pernah mengenal Ryanoir. Tapi "Ryan" sangat mengenal pria tersebut sebagai seorang "kurir" info