Share

Bab 2. Tubuh Tak Berguna

"Dasshhhhh! Eghh ... " Ryan merasakan tamparan kedua mendarat di pipinya.

"Biar aku yang urus dia, Selly. Kau mengurus warisannya," kata wanita paruh baya itu dengan suara jernih.

"Baiklah, ibu." Jawab Selly - wanita muda tadi.

Ryan terdiam, merasakan tarikan nafasnya naik turun dengan cepat. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Seluruh dunianya bergeser, seakan ia sedang berada dalam cerita fiksi yang tak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Namun, rasa sakit di wajahnya membuatnya sadar bahwa ini adalah dunia nyata.

Ryan menyadari bahwa ia benar-benar telah dijebak dalam situasi yang aneh dan asing baginya. Ia tidak punya memori sama sekali tentang kehidupannya yang sekarang dan terlebih lagi, ia kini harus beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai Tuan Muda Ryanoir yang selalu direndahkan oleh istri dan keluarga istrinya sendiri.

Ryan merutuki nasibnya yang menyakitkan itu, dan memutuskan bahwa ia harus keluar dari lingkungan ini dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

'Ini tidak bisa didiamkan! Bagaimana bisa aku tidak berdaya, sedangkan musuh-musuhku saja sudah ketakutan begitu mendengar namaku?' gerutu Ryan dalam hati.

'Badan ini tidak berguna! Meski namanya sama-sama Ryan, nyatanya badan ini hanya seonggok daging yang tak berguna!' runtuk Ryan lagi, memahami sesuatu yang tidak masuk akal.

Ketika ibu mertuanya dan Selly pergi, Ryan menghela nafas dalam hati. Ia merasa terjebak dalam kehidupan baru yang tak diinginkannya, terkurung dalam tubuh yang ia anggap tak berguna.

'Tubuh muda ini hanyalah sebuah penjara,' desahnya dalam hati, merenung tentang bagaimana namanya yang dihormati dan ditakuti di masa lalu, tak berguna dalam tubuh Ryanoir ini.

***

Setelah berbulan-bulan di rumah sakit, akhirnya Ryan mendapat izin pulang. Namun, kesadarannya tentang kehilangan nama besar, harta dan rumah yang dipersiapkan untuk pensiun menambah kepedihan dalam hatinya.

Kini, ia berfokus pada pemulihannya sambil terus menyelidiki tentang identitas Ryanoir. Ia menggunakan alasan amnesia untuk menyelidiki segalanya, mencoba merangkai kembali puzzle dari kehidupan yang tak lagi menjadi miliknya.

Namun, perubahan yang terjadi dalam dirinya menarik perhatian salah satu sepupu wanita istrinya, seorang psikolog muda yang cukup terkenal. Wanita itu memiliki firasat hingga merasa curiga atas perubahan perilaku Ryan yang tidak sesuai dengan kondisi amnesia yang seharusnya dia alami.

'Sial! Aku tidak bisa bergerak dengan bebas dalam tubuh Ryanoir!' umpat Ryan kesal.

Saat ini Ryan melangkah keluar dari ruangannya dengan langkah yang masih terhuyung-huyung, terus berusaha mengatasi efek penyesuaian yang memengaruhi tubuh dan pikirannya. Ia mencoba beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai Ryanoir, meski sebagian besar memori masa lalu tetap lebih dominan.

Saat ia berusaha menjelaskan keadaannya yang dianggap amnesia, perhatian psikolog itu - sepupu wanita istrinya, Diana, semakin curiga pada perubahan perilaku Ryan.

"Diana, aku tak tahu apa yang terjadi padaku. Aku mencoba mencari jejak kehidupanku sebelumnya, tapi semuanya terasa kosong," ucap Ryan dengan nada sedih dan ingin meminta bantuan.

Namun, matanya yang tajam seolah memperhatikan setiap gerakan, membuat Diana semakin curiga.

"Ryanoir, apa yang sebenarnya terjadi? Ini bukanlah tanda-tanda amnesia biasa." Diana memicingkan matanya memperhatikan tingkah Ryanoir - suami sepupunya.

Ryan terdiam, perasaannya campur aduk saat Diana mengungkapkan keraguannya. Tidak ada yang bisa ia katakan atau lakukan untuk membuktikan bahwa ia benar-benar mengalami amnesia.

"Diana, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Aku benar-benar telah kehilangan seluruh ingatanku. Semua yang aku miliki saat ini hanya tubuh ini, dan itu saja," kata Ryan dengan nada putus asa.

"Aku mengerti, tapi hal seperti ini jarang terjadi pada kasus amnesia. Aku khawatir bahwa ada sesuatu yang terjadi di balik semua ini," kata Diana dengan suara lembut.

Tapi wanita itu terus-menerus memperhatikan Ryan dengan serius, mengamati setiap gerakan dan ekspresi di wajahnya.

Ryan merasa semakin tertekan dengan kata-kata Diana. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membuktikan bahwa ia tidak berbohong.

"Aku benar-benar tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk membuktikan kebenaran tentang ingatanku yang bermasalah," ucap Ryan dengan rasa frustrasi.

Diana membelai lengan Ryan dengan lembut, mencoba menenangkan hatinya. Tapi itu membuat Ryan tidak suka sehingga menepisnya cepat, dan itu membuat Diana semakin curiga.

Tapi wanita itu tetap tersenyum tanpa merasa marah menanggapi sikap Ryan yang terkesan kasar didepannya yang sedang melakukan pemeriksaan.

"Aku akan membantumu, Ryanoir. Aku akan membantumu menelusuri seluruh kejadian dan kembali pada identitasmu yang sebenarnya," kata Diana dengan senyuman lembut.

"Terima kasih, Diana. Aku akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi," kata Ryan dengan suara tegas.

Ryan merasa terharu dengan sikap Diana yang begitu memahami. Ia merasa bahwa ia tidak sendirian dalam perjuangannya untuk mencari tahu mengenai masa lalunya.

Wanita itu mengangguk penuh pengertian. Ia yakin bahwa akan segera menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang berhubungan dengan Ryanoir ini.

"Mari kita mulai dari awal. Ceritakan padaku, apa yang bisa kamu ingat dari masa lalumu?" tanya Diana dengan suara perlahan.

Ryan menghela nafas dalam-dalam, mencoba meraih ingatan-ingatan terakhir yang masih terjaga dalam benaknya.

"Aku ingat bahwa aku selalu dihormati dan ditakuti oleh semua orang. Aku memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar, namun aku tidak tahu bagaimana cara mengelolanya," ucap Ryan dengan suara serak.

"Dan aku ... argh! Aku tidak tahu lagi," ucap Ryan seperti sedang kesakitan dengan memegang kepalanya sendiri.

Diana menarik napas dalam-dalam, masih merasa ragu-ragu akan kebenaran kata-kata Ryan. Namun, ia bergeming dan memilih untuk terus mendengarkan penjelasan Ryanoir.

Wanita itu meminta Ryan untuk kembali bercerita setelah terlihat lebih tenang beberapa saat kemudian.

"Lanjutkan, Tuan Muda Ryanoir!"

"Hahhh ... Aku ingat bahwa aku selalu memiliki sahabat terbaik, namun sekarang ia sepertinya juga menghilang dari kehidupanku," kata Ryan dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin.

Diana mencatat setiap kata-kata dari Ryanoir, mencoba menemukan pola atau petunjuk kecil yang dapat membantunya menyelesaikan kasus ini. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dan misterius terjadi dalam kehidupan Ryanoir dan ia akan mencari tahu kebenarannya.

Setelah dirasa cukup, wanita itu tidak lagi mengajukan pertanyaan dan menyatakan bahwa pemeriksaan hari ini cukup.

"Terima kasih, Ryanoir. Aku akan mempelajari semua informasi ini dengan hati-hati dan berusaha menemukan kebenaran yang sebenarnya," kata Diana dengan penuh keyakinan.

"Ya, lakukan yang terbaik."

Ryan merasa sedikit lega setelah berbicara dengan Diana. Ia merasa bahwa seseorang akhirnya mempercayai kata-katanya dan membantunya menyelesaikan masalah ini.

Mungkin setelah ini ia memutuskan untuk bekerja sama dengan Diana dan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menemukan kebenaran tentang dirinya.

"Aku siap melakukan apa saja untuk menemukan kebenaran tentang diriku, Diana," kata Ryan dengan rasa semangat.

Diana tersenyum lembut pada Ryanoir, merasa senang bahwa ia telah menciptakan ikatan khusus dengan suami sepupunya yang misterius tersebut. Ia merasa bahwa mereka akan menyelesaikan teka-teki yang terkait kehidupan Ryanoir, dan menemukan kebenaran yang sebenarnya tentang dirinya saat ini.

***

Di rumah, ketegangan semakin memuncak. Istri dan ibu mertuanya Ryanoir, terus merendahkan dan merencanakan sesuatu yang gelap. Mereka berusaha memastikan kendali penuh atas warisan Ryanoir, tanpa peduli terhadap keadaan Ryan yang sebenarnya.

"Kamu tidak pernah bisa mengalahkan kami, Ryanoir. Kamu hanya manusia bodoh dan amnesia yang tidak tahu apa-apa," kata Emily - ibu mertuanya, dengan suara sinis.

"Aku tahu bahwa aku menderita amnesia, tapi itu tidak membuatku menjadi sembarang orang, Emily. Aku masih Tuan Muda Ryanoir dan aku tidak akan membiarkan siapa pun merampas apa yang menjadi hakku," kata Ryan dengan tegas.

Ryan merasa tersinggung dengan kata-kata Emily - ibu mertuanya. Ia merasa bahwa ia tidak layak diperlakukan seperti ini, dan bahwa ia harus menunjukkan pada keluarganya bahwa ia adalah Tuan Muda Ryanoir yang memegang kendali atas warisannya sendiri.

Emily dan Selly hanya tertawa sinis mendengar kata-kata Ryan. Namun, di balik senyum mereka, terdapat rencana yang lebih jahat lagi. Mereka ingin mengambil semua warisan Ryanoir dan menjadikannya seseorang yang tidak berdaya atas kendali mereka.

Ryan merasakan ketegangan yang semakin memuncak di rumah ini. Ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat untuk mengambil kendali atas situasi ini.

"Mereka selalu berbohong dan menyimpan rahasia dariku. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi," gumam Ryan dalam hati, sambil merencanakan cara untuk mengungkap rahasia keluarganya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status