Saat adik-adikku suksesPart 18"Cuma kuli bangunan aja lagaknya kayak karyawan pake ngajak anak istri tinggal di kota, emang si Hendi mampu nyari uang buat biayain hidup kalian di kota?" tanya Bu Ratri dengan wajah sinis."In syaa Allah, Kang Hendi mampu Bu.""Jangan sombong, sekarang dia lagi ada kerjaan, kalau lagi nganggur gimana? mau tinggal di kolong jembatan, jadi gelandangan gitu?""Cukup Bu, Nurma tahu suami Nurma bukan pegawai, bukan orang yang memiliki jabatan, tapi kerja kerasnya tidak pernah membuat anak dan istrinya kelaparan, jangan terus menghina Kang Hendi Bu, karena mau sehebat bagaimanapun anak dan calon menantu Ibu yang lain pada kenyataannya mereka tidak bisa menolong Ibu." "Oh, jadi kamu merasa berjasa sekali karena Ibu ikut tidur di gubug reotmu ini? pantas saja hidupmu masih sulit, sama Ibu sendiri saja perhitungan.""Maksud Nurma bukan seperti itu Bu, tapi jika Ibu berpikiran seperti itu, terserah saja, Nurma lelah menjelaskan karena tidak akan ada benarnya
Saat adik-adikku suksesPart 19"Jangan sembarangan ngomong kamu! Lukman itu anak baik, gak mungkin dia sampai ngehamilin anak orang, atau jangan-jangan kamu cuma ngaku-ngaku aja?" ucap Bu Ratri pada Hilda yang masih berlinang air mata."Heh Bu, anak saya juga perempuan baik-baik!" Bu Lastri membela Hilda, anaknya."Kalau perempuan baik-baik gak mungkin dong mau di tidurin sampai hamil padahal belum halal, murahan sekali!""Jangan mulut anda Bu Ratri! di sini yang bajingan anak anda! dia mencekoki anak saya sampai tidak sadar, sehingga anak saya tidak bisa memberontak saat anak Ibu melakukan sesuatu!""Cukup, cukup! sekarang bukan waktunya saling menyalahkan!" Nurma menghentikan perdebatan antara Ibunya dan Bu Lastri."Hilda, apalah kalian memiliki hubungan spesial sebelumnya?" tanya Nurma."Iya, kami sudah berpacaran sejak lama, Lukman sebenarnya ingin cepat menikah, akan tetapi dia tidak mau melangkahi kedua kakak perempuannya yang masih gadis.""Oh, seperti itu, apa Hilda tahu di m
Saat adik-adikku suksesPart 20Nurma terus melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan makian dari Ibunya, dan Dewi berusaha mengejar Nurma."Teh, aku mohon Teh, bawa Ibu, aku gak bisa tinggal bareng Ibu!" pinta Dewi pada Nurma."Maaf, tapi Teteh juga gak bisa, permisi, Teteh mau lewat," ucap Nurma.Usaha Dewi ternyata gagal, dan Nurma akhirnya berhasil mengantarkan Ibunya ke tempat adiknya itu."Pak, langsung pulang ya!" ucap Nurma pada sopir angkot."Iya Bu!""Anak saya gak bangun Pak?""Gak Bu, dari tadi dia tidur!""Syukurlah!"Mobil angkot yang di sewa Nurma terus melaju untuk membawanya pulang.Sementara itu, setelah di tinggalkan Nurma, Dewi melampiaskan amarah pada Ibunya."Ibu kenapa sih gak nolak waktu si Nurma mau ngajak Ibu ke sini?" sungut Dewi pada wanita yang telah melahirkannya itu."Ibu juga gak tahu, soalnya dia bilang mau ngajak Ibu ke kota!" sahut Bu Ratri."Arrrrgghhhhh, kesel, pokoknya kesel, kalau kayak gini mental health aku bisa ancur!" Dewi meracau."Ibu gak k
Saat adik-adikku suksesPart 21Kehidupan keluarga kecil Nurma semakin membaik, mereka bisa hidup dengan layak meskipun kini harus tinggal jauh dari tempat asal mereka.Lingkungan baru menerima mereka cukup baik, sehingga Nurma merasa cukup nyaman berada di tempatnya yang sekarang.Begitupun dengan majikan Hendi, pasangan suami istri itu begitu memanusiakan semua pekerjanya, semua di perlakukan dengan adil tanpa memandang lama atau sebentarnya bekerja di tempat mereka."Saya dengar, kamu ngajak anak dan Istri kamu tinggal di kota ini, apa itu benar?" tanya Pak Rusli, saat memiliki waktu luang majikan Hendi itu memang biasa menyempatkan diri untuk berbincang dengan orang yang bekerja di tempatnya."Iya Pak, benar!" "Tinggal dimana kalian?""Kami ngontrak di Jalan Pahlawan Pak," jawab Hendi dengan santun."Oh, ngontrak, emang cukup? kan gaji kamu cuma 3 juta?" tanya Pak Rusli heran, karena dia tahu biaya hidup di kota sangat tinggi."Alhamdulilah cukup Pak, kebetulan kami punya samping
Saat adik-adikku suksesPart 22"Tedi, bangun Nak, hari ini kan sekolah!" Nurma mengusap lembut kepala anaknya."Jam berapa Ma?""Udah jam 5 lewat, cepat mandi, masa hari pertama sekolah kesingan sih!""Iya Ma, iya. Tedi mandi ya, tapi Bapak mana Ma?""Bapak belum pulang dari Masjid!""Oh, kok gak bangunin Tedi dari tadi sih Ma, kan Tedi kesiangan berjamaah subuh!""Tedi sendiri yang susah di bangunin!""Maaf ya Ma," ucap Tedi sambil berjala ke kamar mandi.Saat Tedi sedang mandi, Nurma menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya itu, nasi putih, telor dadar, dan tumis kangkung menjadi menu mereka pagi ini.Tedi begitu bahagia saat Ibunya memakaikan ia seragam sekolah untuk pertama kalinya, berkali-kali dia bertanya pada Hendi apakah dia terlihat keren pagi ini."Pak, Tedi keren gak pake seragam ini?" "Di mata Bapak, Tedi selalu keren, belajar yang benar ya, kalau Ibu guru lagi jelasin dengerin, awas jangan bikin Bu Guru capek apalagi marah ya!" pesan Hendi pada anaknya itu."Siap Pa
Saat adik-adikku suksesPart 23"Gimana hari pertama sekolahnya, lancar?" tanya Hendi saat dia baru pulang bekerja"Lancar dong Pak, kan tadi cuma perkenalan aja, besok baru mulai belajar!""Oh gitu, coba Bapak pengen tahu, siapa nama teman-temannya?""Ada Azriel, Naomi, Farhan, Tiara dan masih banyak lagi.""Oh gitu.""Nama orang kota keren-keren ya Pak, gak kayak nama aku, Tedi Setiadi, hahaha," celoteh Tedi sambil tertawa."Nama Tedi juga keren loh, dulu waktu Bapak kecil, ada artis namanya Tedi Syah ganteng banget!""Itu kan artis zaman Bapak, bukan zaman Tedi.""Ya gak apa-apa dong, kan sama-sama artis.""Eh, Akang udah pulang, kok gak manggil sih?" karena terlalu sibuk melayani pembeli, Nurma sampai tidak menyadari kedatangan suaminya."Gak apa-apa, tapi masa Neng gak liat sih? kan tadi Akang masuk lewat sana, lagian gak ada pintu lain kan di sini?""Beneran Neng gak liat Kang, mau langsung makan Kang?""Nanti dulu aja, belum lapar!""Oh yaudah, Neng nitip dulu warung ya, mau sh
Saat adik-adikku suksesPart 24Dengan langkah gontai Hendi keluar dari rumah Pak Rusli, sepanjang perjalanan dia terus memikirkan kalimat apa yang harus dia ucapkan pada Nurma terkait hal ini.Apakah mungkin hasil dari warung bisa mencukupi kebutuhan hidup di kota, untuk kembali ke kampung tidak mungkin karena rumahnya di sana sudah di ratakan satu minggu setelah mereka meninggalkan rumah itu."Assalamualaikum," Hendi mengucap salam saat tiba di konrtrakannya."Waalaikumussalam, eh Akang tumben udah pulang?" tanya Nurma yang baru saja selesai melayani pembeli."Duh, maaf Kang, Neng belum masak, gak tahu kalau Akang mau pulang capet!""Gak apa-apa Neng, Akang juga belum lapar, Tedi mana?""Tedi lagi main sama teman-temannya.""Neng, ada kabar kurang baik yang harus Akang sampaikan," ucap Hendi lemas."Apa Kang?" Nurma langsung mendekatkan dirinya pada Hendi."Maafin Akang ya Neng.""Apa sih Akang ini, kenapa harus minta maaf?""Akang di fitnah sama Bu Rohayati Neng, Bu Rohayati itu AR
Saat adik-adikku suksesPart 25Hendi terus melanjutkan langkahnya, dia sudah berjalan sejauh belasan kilo meter, mendatangi satu proyek pembangunan ke proyek lain untuk menawarkan tenaga dan keahlian yang dia miliki, namun tidak ada satupun yang memerlukan dirinya.Teriknya panas matahari tidak menghalangi langkahnya, keringat yang bercucuran menjadi tanda lelah yang sedang dia rasakan.Dia berhenti sejenak saat adzan dzuhur sudah berkumandang, mencari Masjid terdekat untuk menjalanakan kewajibannya mendirikan shalat sebanyak 4 rakaat.Dalam sujudnya dia meminta untuk segera mendapat pekerjaan kembali, karena dia merasa malu pada Nurma jika harus menganggur lama.Selesai shalat dia kembali berjuang untuk mendapatkan sebuah pekerjaan baru.Dalam perjalanannya hari ini, sepertinya dia harus sedikit bersabar, karena sampai mentari terbenam dia belum mendapatian apa yang sedang dia cari.Hendi pulang dengan rasa kecewa yang begitu besar di hatinya, dia menyalahkan dirinya sendiri, dia m