Share

Kembalinya Istri Kaya sang CEO
Kembalinya Istri Kaya sang CEO
Author: Lemongrass

Bab 1. Sirnanya Harapan

“Aku sibuk!” 

Suara dingin sang suami terdengar di seberang telepon membuat harap Elok hancur seketika. 

Bahkan, tanpa basa-basi, Diaz langsung memutus sambungan telepon di antara keduanya. 

Padahal, ia menghubungi suaminya itu sejak siang karena tubuhnya demam dan vertigonya kambuh.

Belum lagi, ia harus menjaga janin di kandungannya. 

“Kita berjuang bersama ya sayang, maafkan mommy bila keadaan kita seperti ini,” ucap Elok pada janin di dalam perut seraya membelai perut yang masih datar.

Helaan nafas panjang terdengar begitu berat. Mengingat calon anak mereka, Elok tersenyum miris. 

Ia memang belum sempat memberi tahu Diaz karena sang suami sudah beberapa hari ini tidak pulang dan tidak bisa dihubungi. Awalnya, ia berharap kehadiran anak, kehidupan pernikahannya dengan Diaz akan kembali hangat. Tapi, semua itu sepertinya sia-sia.

“Kenapa kamu tak menceraikanku saja, Mas?” gumam Elok memejamkan mata, frustasi.

Dulu, Elok memang mendekati dan menikahi Diaz untuk merebut perusahaan milik kakeknya yang direbut kakek pria itu. Tapi, seiring berjalannya waktu, Elok mencintai sang suami dan melupakan rencananya. 

Hanya saja, sang suami justru salah paham dan berjanji akan membalas dendam pada Elok. Salah satunya dengan cara mengabaikan Elok tanpa melepasnya. 

Walau diperlakukan seperti itu, Elok sama sekali tidak punya alasan untuk menggugat cerai suaminya.

Lamunan Elok berhenti kala ia merasakan tubuhnya semakin melemas.

Elok mencoba menghubungi Diaz kembali, namun panggilan tersebut ditolak.

[Mas, aku benar-benar minta tolong. Antar aku ke rumah sakit, tak perlu kamu tunggu. Cukup antar saja jika kamu memang sibuk.]

Elok kembali mengirim pesan untuk yang kesekian kalinya.

Pesan itu sudah terkirim, namun lagi-lagi Diaz mengabaikannya.

Perempuan itu pun sadar bahwa tak punya pilihan lain.

Dihubunginya Rain–saudara kembarnya–untuk mengantarnya ke rumah sakit meski khawatir bila perlakuan buruk sang suami beberapa hari terakhir ini tercium oleh keluarga mereka.

Untungnya, tak butuh waktu lama, saudara kembarnya itu mengangkat telepon darinya.

“Halo, El?” 

“Halo, Rai. Bisa minta tolong antar aku ke rumah sakit?”

“Ada apa? Apa kamu sakit?” 

Suara saudara kembarnya itu terdengar cemas membuat Elok semakin tidak enak. 

“Ah, tidak separah itu Rai,” ucapnya menenangkan, “hanya sakit biasa, vertigoku kambuh.”

“Astaga! Lalu, ke mana suamimu? Apa dia tidak pulang lagi?” maki Rain.

Deg!

Entah dari mana saudara kembarnya itu tahu jika Diaz jarang pulang. 

Dalam kebingungan, Elok memilih tidak menjawab pertanyaan Rain, sehingga saudara kembarnya itu menghela nafas sebelum akhirnya berkata, “Baiklah, tunggu aku, El. Kurang lebih setengah jam aku sampai.” 

Ketika panggilan keduanya berakhir, Elok lagi-lagi merasa dunianya kembali berputar dan mual bergejolak dari dalam perutnya. 

Dengan tenaga yang tersisa, ia pun mengirimkan pesan pada sang suami. 

[Mas, aku akan ke rumah sakit bersama Rain.] 

Melihat pesannya sudah terkirim, Elok merasa lega. 

Ia tahu benar suaminya memang tak pernah peduli padanya. Namun, sebisa mungkin, Elok selalu memberi tahu ke mana akan pergi dan bersama siapa.

Perlahan, Elok menyiapkan diri dan menuruni tangga untuk menunggu kembarannya.

Namun, ia merasakan getaran pada smartphone yang ada dalam genggamannya.

Diaz menghubunginya!

Terlalu terkejut, Elok pun salah melangkah. Wanita itu terjatuh dengan terguling ke lantai dasar. 

Bruk!

Handphone-nya pun terpental entah ke mana.

“Arrgh!” 

Darah keluar dari hidung dan juga telinga Elok. 

Pendarahan juga terjadi di bagian bawah tubuhnya. 

Sakit teramat sangat yang Elok rasakan. Dalam kesakitan, ia masih berdoa agar ia dan janinnya selamat.

“M-mas, ma-maafkan a-aku. To-long se-la-mat-kan a-ku dan a-nak ki-ta,” ucap Elok di ambang kesadaran sebelum semuanya berubah menjadi gelap–pingsan.

Di sisi lain, Diaz sempat mendengar suara pekikan sebelum akhirnya panggilan terputus. 

Namun, tidak ada niatan dari Diaz untuk menghubungi kembali. Pria itu justru berpikir bahwa Elok hanya mencoba menarik perhatiannya.

“Ck!” gumam Diaz malas, “kamu pikir aku akan percaya dengan trik murahan seperti itu?” 

“Lakukan saja sesukamu, mau pergi dengan kembaran sialanmu itu atau pria lain, aku tak peduli.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status