Home / Urban / Kembalinya Istri Kaya sang CEO / Bab 2. Bertahan Hidup

Share

Bab 2. Bertahan Hidup

Author: Lemongrass
last update Last Updated: 2023-06-12 23:11:04

Brak!

Foto pernikahan Diaz dan Elok yang berada di dinding kantor Diaz tiba-tiba terjatuh. 

Kaca-kaca pun berhamburan di lantai.

“Astaga pak, ada apa?” tanya sang asisten yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu. Ia mendengar suara itu dari meja kerjanya, berpikir ada sesuatu yang terjadi dengan bosnya.

“Foto tak berguna itu jatuh dengan sendirinya,” ucap Diaz santai, “minta OB untuk segera membersihkannya.” 

Walau ada sedikit gelisah di hati Diaz, namun segera pria itu menepisnya.

“Ini hanya sebuah kebetulan.”

Di sisi lain, Rain tengah menahan emosi kala melihat Elok yang ditangani di ruang IGD.

Tangan pria itu mengepal, menahan marah. Terlebih, suami saudarinya itu tidak bisa dihubungi sama sekali. 

“Diaz … jika sampai terjadi sesuatu pada saudariku, kupastikan kau akan merasakan akibatnya,” ucap Rain dalam hati.

Begitu dokter yang sedang melakukan penanganan pada Elok keluar, Rain segera bangkit dari duduknya.

“Bagaimana keadaan saudari saya, Dok?”

“Kondisi ibu Elok sangat lemah. Dari hasil USG, janin selamat meski keadaan janinnya lemah,” tutur sang dokter.

Mendengar itu, Rain sontak terkejut. Ia tidak menyangka jika Elok sedang berbadan dua.

“Secara keseluruhan, pasien harus segera dilakukan operasi di bagian kepala akibat benturan terjadi penggumpalan darah,” jelas sang dokter lagi, “Nyonya Elok juga mengalami patah tulang di tangan dan rusuk. Jadi, tolong Tuan segera menandatangani surat persetujuan dari pihak keluarga ini agar pasien segera ditangani.”

Dokter pun memberikan berkas tersebut pada Rain. 

Tanpa berpikir lagi, saudara kembar Elok itu menandatangani berkas dan mengurus administrasi.

Baginya, Elok harus segera melakukan operasi. Ia tak ingin sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Rain juga berusaha kembali menghubungi Diaz. 

Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban. 

“Bagaimana keadaan Elok?” tanya Adinata, sang ayah, mendadak–membuat Rain sontak menoleh ke belakang.

“Buruk, Pi,” ucap Rain sembari menggeleng, “kita doakan agar Elok baik-baik saja di dalam ruang operasi.”

Ibu sambung kedua anak kembar itu sontak menutup mulutnya, tidak percaya.

“Apa yang sebenarnya terjadi Rain?” tanya Ratna menuntut penjelasan.

Rain menghela nafas panjang sebelum menceritakan kronologi saat Elok menghubunginya hingga harus dilakukan tindakan operasi.

Selama itu, Ratna hanya bisa menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Bayangan sang putri yang menahan rasa sakit berputar-putar di kepalanya. Hal ini membuat Rain mendekat.

Dipeluknya sang ibu untuk menguatkan. “Kita doakan Elok sama-sama mi semoga ia dan janinnya selamat.”

“Ja-janin?” tanya Ratna terbata.

“Iya, Elok sedang hamil 10 minggu,” jawab Rain yang membuat tangis Ratna kembali pecah.

“Lalu di mana Diaz? Mengapa dia tak ada disini?” tanya Adinata menuntut.

“Entahlah pi,” jujur Rain, “dia tidak bisa dihubungi.” 

“Dasar bajingan sialan.”

Adinata mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih. Rahangnya mengeras. 

Tampak jelas pria itu begitu emosi.

“Keluarga Nyonya Elok?”

Ucapan dokter yang  keluar dari kamar operasi–mengalihkan fokus ketiga orang tersebut. 

Adinata dan Rain segera berjalan ke arah dokter. 

“Ya. Ada apa, Dok?”

“Kondisi Nyonya Elok kritis. Dia mengalami pendarahan serta membutuhkan beberapa kantong darah,” jelas sang dokter, “sedangkan, di rumah sakit hanya tinggal satu kantong darah saja.”

“Apakah ada dari keluarga pasien yang dapat mendonorkan darah sembari menunggu kantong darah dari PMI datang?”

Ketiganya menggeleng.

Tidak ada satu pun dari mereka yang memiliki golongan darah yang sama dengan Elok.

Sadar gentingnya situasi, Adinata dan Rain segera menggunakan koneksi mereka untuk segera mencari kantong darah di seluruh PMI di Jakarta.

Mereka berharap Elok bisa bertahan untuk dirinya dan juga janinnya. 

Dalam cemas, keluarga wanita itu menunggu perkembangan keadaannya.

*

“Jadi, kapan kamu akan menceraikan wanita itu, Yas?” tanya seorang wanita dengan manja pada Diaz di sebuah restoran mewah.

Pria itu sontak menghentikan makan malamnya. “Menceraikan? Aku tidak akan menceraikannya, Anna. Akan kubuat dia menyesal seumur hidupnya karena telah berurusan denganku.” 

Mendengar penuturan Diaz, ada kekecewaan dalam hati model yang sedang naik daun itu. Dulu saat kuliah, mereka memang sempat bersama sebagai sepasang kekasih. 

Ia pikir Diaz akan bisa kembali bersamanya, tetapi ternyata dugaannya salah.

Namun, Anna mencoba tenang. Dia pun mengangguk seolah setuju. “Ah iya, ada benarnya juga.” 

“Tapi…”

Alis mata Diaz naik sebelah mendengar ucapan menggantung dari Anna, hingga akhirnya wanita itu memberanikan diri.

“Kapan kamu akan menikahiku?” tanyanya. 

Diaz tersenyum miring. “Kamu yakin mau menikah? Kamu tidak sayang dengan karir dan kontrak kerjamu seperti dulu?”

Pria itu sengaja bertanya demikian karena dulu Annalah yang mengatakan belum siap menikah karena karirnya sedang menanjak. 

Kontrak kerja wanita itu juga melarangnya untuk menikah.

Anna mendadak salah tingkah. “Itu bisa kita bicarakan lagi, Yas asalkan kita bisa menikah.”

“Apa kamu siap untuk menjadi madu, Anna? Tidak menutup kemungkinan aku akan tetap tidur dengan wanita itu demi kepuasanku,” ucap Diaz lagi.

Model cantik itu terdiam–tak bisa berkata apa pun–hingga suara Diaz kembali terdengar.

“Daripada kamu pusing memikirkan kedua hal tadi, lebih baik kita bersenang-senang malam ini. Aku jamin wanita itu tidak akan mengganggu kesenangan kita malam ini.” 

Diaz mengukir lembut wajah cantik Anna dengan jemarinya, lalu menyeringai. 

Mereka akhirnya pergi ke sebuah club malam untuk bersenang-senang. 

Hal ini jelas berbanding terbalik dengan keadaan Elok yang masih berjuang hidup.

Meski operasi berjalan dengan lancar, ia masih harus dirawat dan diperhatikan kondisinya di ruang ICU.

Rain yang terus menunggu kembarannya itu merasa semakin frustasi.

Matanya tak pernah lepas dari monitor ICU yang menunjukkan tanda-tanda vital Elok.

Drrt!

Rain segera membuka ponselnya yang baru saja bergetar.

Namun, tak lama, pria itu merasa kesal.

“Bajingan,” umpat Rain membuat Adinata tersentak. 

Refleks, ia pun merebut ponsel Rain. Nampak, beberapa foto Diaz sedang bermesraan bersama seorang wanita di sebuah klub malam.

Emosi kedua pria itu tak terbendung lagi. Rain bahkan ingin menyusul dan menghajar iparnya tersebut.

Hanya saja, dokter dan beberapa perawat datang dengan tergesa menujur ruangan Elok. 

Rupanya, ada panggilan darurat dari perawat yang menunggui Elok.

Suara monitor pantau detak jantung begitu riuh. 

Kesadaran Elok terus menurun. 

“Tiiiiiiiittt!” 

Elok mengalami lost detak jantung.

Tampak dari jendela, perawat menyiapkan alat defibrillator

Selang beberapa waktu, dokter pun keluar dari ruangan. “Mohon maaf keluarga Nyonya Elok ….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 173 Selamat Tinggal Masa Lalu (End)

    Bandara International Soekarno-Hatta"Kamu benar-benar tak akan menunggu keponakanmu lahir, Len?" tanya Karen pada saudari iparnya.Ellen telah memutuskan untuk menenangkan diri keluar Negeri. Dengan bantuan Rain dia pergi ke Jepang dan menutup semua gerai butik miliknya.Dia akan menata hidup baru di sana, sendirian. Meninggalkan masa lalunya dan juga Glen. Berharap menemukan cinta sejatinya di sana.Ellen akan tinggal di mansion milik Karen. Sejak Arashi menikah, mansion itu benar-benar tak ada yang menggunakan.Ellen tersenyum, "Maafkan aku, Ren. Kamu bisa memberiku fotonya kelak jika dia sudah lahir, aku akan sangat menantikannya.""Hai, Sayang. Sepertinya Tante tidak bisa langsung menemuimu saat kamu lahir nanti, sampai jumps," ucap Ellen seraya membelai perut Karen.Sedangkan Yunita sudah berurai air mata, anak perempuan semata wayangnya akan pergi meninggalkannya, hal yang tak pernah terpikirkan sama sekali di benaknya."Mama jangan menangis, a

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 172 Penjelasan

    Hari telah berganti, Glen datang ke kediaman Pradana bersama keluarganya, Lestari, Rose, dan kakak iparnya.Glen harus melakukan itu karena dia sudah terikat janji pada Ellen. Hanya Henry dan Noah yang datang menyambut mereka."Jadi apa yang ingin kalian bicarakan hingga datang beramai-ramai?" tanya Henry dengan menahan amarah.Glen dengan berani mengucapkan permintaan maaf pada keluarga besar Pradana, dia juga meminta kesempatan untuk dipertemukan dengan Ellen.Tapi dengan tegas Henry menolak."Tidak ada yang perlu kamu jelaskan pada anakku, semuanya sudah jelas. Jika kalian sudah tak ada lagi yang ingin dibicarakan silakan tinggalkan rumah ini.""Tuan, Henry. Saya mohon, tolong berikan saya kesempatan untuk menemui Ellen," Glen memohon."Untuk apa? Untuk lebih menyakiti hatinya lebih dalam lagi?" bentak Henry.Glen terus berusaha menjelaskan semua yang terjadi, dia juga berjanji akan segera mengusut kasus ini.Dari dalam, Ellen menangis dal

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 171 Glen Dijebak

    [Di, kamu sakit? Kenapa tidak bicara sama Mbak?]Pesan tersebut dikirim oleh Rose kakak Glen.[Iya, Mbak. Cuma meriang saja, tak perlu khawatir.]Diana memang sengaja mengatakan dia sedang sakit pada Glen, karena tahu Rose sedang berkunjung kerumahnya, kemungkinan pria itu akan mengatakannya pada sang kakak. Dan benar dugaannya. Rose tak akan tega membiarkan Diana dalam keadaan sakit, maka dia akan memanfaatkan keadaan ini.[Glen sedang menuju kesana, tapi Mbak lupa mau bawakan sop kesukaanmu. Mbak susul saja.][Aassiikkk! Diana tunggu ya, Mbak.] Diana tak perlu repot-repot memancing Rose untuk datang.Diana menyeringai, dia melihat benda yang beberapa waktu lalu dia beli dengan susah payah.Tak berselang lama Glen sampai di Kos Diana. Wanita itu mempersilakan Glen untuk masuk dan menawari pria itu teh manis yang telah dia beri obat penenang yang juga berfungsi sebagai obat tidur.Diana jelas tahu apa yang akan Glen katakan, dia tak mau itu

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 170 Menemui Diana

    Ellen mengerjapkan mata, bingung, tentu saja wanita itu bingung, ini terlalu mendadak untuknya. Diaz, Ellen, dan Noah menatap Tak percaya ke arah Rain.Sedangkan Glen, hatinya sudah tak karuan mendengar pernyataan Rain. 'Sejak kapan mereka berdua sedekat itu?' batin Glen.Isi kepalanya penuh dengan banyak pertanyaan."Kenapa diam saja? Kamu tak ingin menjawabnya sekarang?" desak Rain. Mata pria itu menatap intens pada Ellen.Duukk! Rain menendang kaki Ellen dengan pelan. Ellen sedikit meringis.Ellen mulai membuka mulut hendak menjawab pertanyaan Rain."Jangan dijawab, ayo kita pergi," ucap Glen, lantas berjalan ke arah Ellen."Bayaranku sangat Mahal, Nona," bisik Rain. Sesaat sebelum Glen meraih tangan Ellen dan mengajak wanita itu pergi.Sontak Ellen melongo dengan kejadian barusan.Duukkk!!Karen menendang tulang kering Rain dengan kencang."Karen!" pekik Rain."Jangan mempermainkan perasaan orang, dasar bocah na

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 169 Pernyataan Mengejutkan

    Karen terbangun di subuh hari, wanita itu merasakan pergerakan yang luar biasa pada anak di dalam perutnya. Karen mendesis merasakan sakit dan tidak nyaman di bagian perut, pinggul, bahkan dadanya terasa sesak.Perlahan-lahan dia mulai membangunkanmu tubuhnya.Seiring bertambahnya usia kandungan, Karen mulai kesulitan tidur dan belum lagi terganggu dengan frekuensi buang air kecil yang semakin sering.Merasakan ada pergerakan di sebelahnya Diaz pun ikut terbangun. Dia benar-benar menjadi suami siaga untuk Karen."Ada apa, Sayang? Apa yang kamu rasakan?" tanya Diaz pada istrinya."Tidak apa-apa, Mas. Orang hamil memang seperti ini, kamu tak perlu khawatir," ucap Karen menenangkan suaminya.Diaz ikut meringis saat melihat istrinya seperti kesakitan."Apa sudah mau melahiran?" Karen menggeleng."Pinggangku sakit, perutku mulai kencang-kencang."Diaz menyentuh perut istrinya, benar saja perut Karen terasa keras."Nak, apa kamu merasa sesak di

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 168 Memiliki Rasa yang Sama

    Ellen termenung di pinggir jendela, pikirannya jauh menerawang entah kenapa. Jatuh cinta pada Glen ternyata sesakit itu, jika tahu akan seperti itu Ellen lebih memilih orang lain untuk melabuhkan cintanya.Beberapa kali Ellen menarik nafas panjang, tapi tak juga menghilangkan sesak di dadanya.Mungkinkah dia akan bertahan dalam kisah ini? Atau menyerah begitu saja?Makanan yang tadi dibawa oleh Glen pun masih teronggok di tempatnya, tanpa tersentuh sedikitpun. Kacau, hatinya benar-benar kacau.Ellen kembali duduk di sofa, memandang bunga lili yang tak lagi spesial untuknya. Terdengar denting suara notifikasi pesan di handphonenya.Ellen mengintip siapa gerangan yang mengirim pesan. Glen, pria itu mengabarkan jika dia tak kembali ke butik, Hal yang sudah Ellen perkirakan sebelumnya.Ellen meletakkan kembali handphonenya tanpa sedikitpun ingin membuka pesan tersebut. Dia butuh waktu untuk menata hati.Ditengah keseriusannya mengerjakan beberapa desain untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status