Keluarga Elok murka karena suami perempuan itu tak kunjung datang kala dirinya meregang nyawa. Oleh sebab itu, ayah Elok memerintahkan agar anaknya dibawa ke Jepang dan diberitakan telah meninggal dunia. Elok juga diberi identitas baru sebagai Karen Esme untuk menjalani kehidupan baru bersama janin yang diam-diam tengah dikandungnya. Hanya saja, lima tahun kemudian, Diaz menemukan fakta bahwa istrinya itu masih hidup dengan seorang anak laki-laki lucu yang mirip dirinya. Lantas, apakah Diaz dendam atau justru merasa bahagia? Bagaimana kira-kira hubungan mereka selanjutnya?
View More“Aku sibuk!”
Suara dingin sang suami terdengar di seberang telepon membuat harap Elok hancur seketika.
Bahkan, tanpa basa-basi, Diaz langsung memutus sambungan telepon di antara keduanya.
Padahal, ia menghubungi suaminya itu sejak siang karena tubuhnya demam dan vertigonya kambuh.
Belum lagi, ia harus menjaga janin di kandungannya.
“Kita berjuang bersama ya sayang, maafkan mommy bila keadaan kita seperti ini,” ucap Elok pada janin di dalam perut seraya membelai perut yang masih datar.
Helaan nafas panjang terdengar begitu berat. Mengingat calon anak mereka, Elok tersenyum miris.
Ia memang belum sempat memberi tahu Diaz karena sang suami sudah beberapa hari ini tidak pulang dan tidak bisa dihubungi. Awalnya, ia berharap kehadiran anak, kehidupan pernikahannya dengan Diaz akan kembali hangat. Tapi, semua itu sepertinya sia-sia.
“Kenapa kamu tak menceraikanku saja, Mas?” gumam Elok memejamkan mata, frustasi.
Dulu, Elok memang mendekati dan menikahi Diaz untuk merebut perusahaan milik kakeknya yang direbut kakek pria itu. Tapi, seiring berjalannya waktu, Elok mencintai sang suami dan melupakan rencananya.
Hanya saja, sang suami justru salah paham dan berjanji akan membalas dendam pada Elok. Salah satunya dengan cara mengabaikan Elok tanpa melepasnya.
Walau diperlakukan seperti itu, Elok sama sekali tidak punya alasan untuk menggugat cerai suaminya.
Lamunan Elok berhenti kala ia merasakan tubuhnya semakin melemas.
Elok mencoba menghubungi Diaz kembali, namun panggilan tersebut ditolak.
[Mas, aku benar-benar minta tolong. Antar aku ke rumah sakit, tak perlu kamu tunggu. Cukup antar saja jika kamu memang sibuk.]
Elok kembali mengirim pesan untuk yang kesekian kalinya.
Pesan itu sudah terkirim, namun lagi-lagi Diaz mengabaikannya.
Perempuan itu pun sadar bahwa tak punya pilihan lain.
Dihubunginya Rain–saudara kembarnya–untuk mengantarnya ke rumah sakit meski khawatir bila perlakuan buruk sang suami beberapa hari terakhir ini tercium oleh keluarga mereka.
Untungnya, tak butuh waktu lama, saudara kembarnya itu mengangkat telepon darinya.
“Halo, El?”
“Halo, Rai. Bisa minta tolong antar aku ke rumah sakit?”
“Ada apa? Apa kamu sakit?”
Suara saudara kembarnya itu terdengar cemas membuat Elok semakin tidak enak.
“Ah, tidak separah itu Rai,” ucapnya menenangkan, “hanya sakit biasa, vertigoku kambuh.”
“Astaga! Lalu, ke mana suamimu? Apa dia tidak pulang lagi?” maki Rain.
Deg!
Entah dari mana saudara kembarnya itu tahu jika Diaz jarang pulang.
Dalam kebingungan, Elok memilih tidak menjawab pertanyaan Rain, sehingga saudara kembarnya itu menghela nafas sebelum akhirnya berkata, “Baiklah, tunggu aku, El. Kurang lebih setengah jam aku sampai.”
Ketika panggilan keduanya berakhir, Elok lagi-lagi merasa dunianya kembali berputar dan mual bergejolak dari dalam perutnya.
Dengan tenaga yang tersisa, ia pun mengirimkan pesan pada sang suami.
[Mas, aku akan ke rumah sakit bersama Rain.]
Melihat pesannya sudah terkirim, Elok merasa lega.
Ia tahu benar suaminya memang tak pernah peduli padanya. Namun, sebisa mungkin, Elok selalu memberi tahu ke mana akan pergi dan bersama siapa.
Perlahan, Elok menyiapkan diri dan menuruni tangga untuk menunggu kembarannya.
Namun, ia merasakan getaran pada smartphone yang ada dalam genggamannya.
Diaz menghubunginya!
Terlalu terkejut, Elok pun salah melangkah. Wanita itu terjatuh dengan terguling ke lantai dasar.
Bruk!
Handphone-nya pun terpental entah ke mana.
“Arrgh!”
Darah keluar dari hidung dan juga telinga Elok.
Pendarahan juga terjadi di bagian bawah tubuhnya.
Sakit teramat sangat yang Elok rasakan. Dalam kesakitan, ia masih berdoa agar ia dan janinnya selamat.
“M-mas, ma-maafkan a-aku. To-long se-la-mat-kan a-ku dan a-nak ki-ta,” ucap Elok di ambang kesadaran sebelum semuanya berubah menjadi gelap–pingsan.
Di sisi lain, Diaz sempat mendengar suara pekikan sebelum akhirnya panggilan terputus.
Namun, tidak ada niatan dari Diaz untuk menghubungi kembali. Pria itu justru berpikir bahwa Elok hanya mencoba menarik perhatiannya.
“Ck!” gumam Diaz malas, “kamu pikir aku akan percaya dengan trik murahan seperti itu?”
“Lakukan saja sesukamu, mau pergi dengan kembaran sialanmu itu atau pria lain, aku tak peduli.”
Bandara International Soekarno-Hatta"Kamu benar-benar tak akan menunggu keponakanmu lahir, Len?" tanya Karen pada saudari iparnya.Ellen telah memutuskan untuk menenangkan diri keluar Negeri. Dengan bantuan Rain dia pergi ke Jepang dan menutup semua gerai butik miliknya.Dia akan menata hidup baru di sana, sendirian. Meninggalkan masa lalunya dan juga Glen. Berharap menemukan cinta sejatinya di sana.Ellen akan tinggal di mansion milik Karen. Sejak Arashi menikah, mansion itu benar-benar tak ada yang menggunakan.Ellen tersenyum, "Maafkan aku, Ren. Kamu bisa memberiku fotonya kelak jika dia sudah lahir, aku akan sangat menantikannya.""Hai, Sayang. Sepertinya Tante tidak bisa langsung menemuimu saat kamu lahir nanti, sampai jumps," ucap Ellen seraya membelai perut Karen.Sedangkan Yunita sudah berurai air mata, anak perempuan semata wayangnya akan pergi meninggalkannya, hal yang tak pernah terpikirkan sama sekali di benaknya."Mama jangan menangis, a
Hari telah berganti, Glen datang ke kediaman Pradana bersama keluarganya, Lestari, Rose, dan kakak iparnya.Glen harus melakukan itu karena dia sudah terikat janji pada Ellen. Hanya Henry dan Noah yang datang menyambut mereka."Jadi apa yang ingin kalian bicarakan hingga datang beramai-ramai?" tanya Henry dengan menahan amarah.Glen dengan berani mengucapkan permintaan maaf pada keluarga besar Pradana, dia juga meminta kesempatan untuk dipertemukan dengan Ellen.Tapi dengan tegas Henry menolak."Tidak ada yang perlu kamu jelaskan pada anakku, semuanya sudah jelas. Jika kalian sudah tak ada lagi yang ingin dibicarakan silakan tinggalkan rumah ini.""Tuan, Henry. Saya mohon, tolong berikan saya kesempatan untuk menemui Ellen," Glen memohon."Untuk apa? Untuk lebih menyakiti hatinya lebih dalam lagi?" bentak Henry.Glen terus berusaha menjelaskan semua yang terjadi, dia juga berjanji akan segera mengusut kasus ini.Dari dalam, Ellen menangis dal
[Di, kamu sakit? Kenapa tidak bicara sama Mbak?]Pesan tersebut dikirim oleh Rose kakak Glen.[Iya, Mbak. Cuma meriang saja, tak perlu khawatir.]Diana memang sengaja mengatakan dia sedang sakit pada Glen, karena tahu Rose sedang berkunjung kerumahnya, kemungkinan pria itu akan mengatakannya pada sang kakak. Dan benar dugaannya. Rose tak akan tega membiarkan Diana dalam keadaan sakit, maka dia akan memanfaatkan keadaan ini.[Glen sedang menuju kesana, tapi Mbak lupa mau bawakan sop kesukaanmu. Mbak susul saja.][Aassiikkk! Diana tunggu ya, Mbak.] Diana tak perlu repot-repot memancing Rose untuk datang.Diana menyeringai, dia melihat benda yang beberapa waktu lalu dia beli dengan susah payah.Tak berselang lama Glen sampai di Kos Diana. Wanita itu mempersilakan Glen untuk masuk dan menawari pria itu teh manis yang telah dia beri obat penenang yang juga berfungsi sebagai obat tidur.Diana jelas tahu apa yang akan Glen katakan, dia tak mau itu
Ellen mengerjapkan mata, bingung, tentu saja wanita itu bingung, ini terlalu mendadak untuknya. Diaz, Ellen, dan Noah menatap Tak percaya ke arah Rain.Sedangkan Glen, hatinya sudah tak karuan mendengar pernyataan Rain. 'Sejak kapan mereka berdua sedekat itu?' batin Glen.Isi kepalanya penuh dengan banyak pertanyaan."Kenapa diam saja? Kamu tak ingin menjawabnya sekarang?" desak Rain. Mata pria itu menatap intens pada Ellen.Duukk! Rain menendang kaki Ellen dengan pelan. Ellen sedikit meringis.Ellen mulai membuka mulut hendak menjawab pertanyaan Rain."Jangan dijawab, ayo kita pergi," ucap Glen, lantas berjalan ke arah Ellen."Bayaranku sangat Mahal, Nona," bisik Rain. Sesaat sebelum Glen meraih tangan Ellen dan mengajak wanita itu pergi.Sontak Ellen melongo dengan kejadian barusan.Duukkk!!Karen menendang tulang kering Rain dengan kencang."Karen!" pekik Rain."Jangan mempermainkan perasaan orang, dasar bocah na
Karen terbangun di subuh hari, wanita itu merasakan pergerakan yang luar biasa pada anak di dalam perutnya. Karen mendesis merasakan sakit dan tidak nyaman di bagian perut, pinggul, bahkan dadanya terasa sesak.Perlahan-lahan dia mulai membangunkanmu tubuhnya.Seiring bertambahnya usia kandungan, Karen mulai kesulitan tidur dan belum lagi terganggu dengan frekuensi buang air kecil yang semakin sering.Merasakan ada pergerakan di sebelahnya Diaz pun ikut terbangun. Dia benar-benar menjadi suami siaga untuk Karen."Ada apa, Sayang? Apa yang kamu rasakan?" tanya Diaz pada istrinya."Tidak apa-apa, Mas. Orang hamil memang seperti ini, kamu tak perlu khawatir," ucap Karen menenangkan suaminya.Diaz ikut meringis saat melihat istrinya seperti kesakitan."Apa sudah mau melahiran?" Karen menggeleng."Pinggangku sakit, perutku mulai kencang-kencang."Diaz menyentuh perut istrinya, benar saja perut Karen terasa keras."Nak, apa kamu merasa sesak di
Ellen termenung di pinggir jendela, pikirannya jauh menerawang entah kenapa. Jatuh cinta pada Glen ternyata sesakit itu, jika tahu akan seperti itu Ellen lebih memilih orang lain untuk melabuhkan cintanya.Beberapa kali Ellen menarik nafas panjang, tapi tak juga menghilangkan sesak di dadanya.Mungkinkah dia akan bertahan dalam kisah ini? Atau menyerah begitu saja?Makanan yang tadi dibawa oleh Glen pun masih teronggok di tempatnya, tanpa tersentuh sedikitpun. Kacau, hatinya benar-benar kacau.Ellen kembali duduk di sofa, memandang bunga lili yang tak lagi spesial untuknya. Terdengar denting suara notifikasi pesan di handphonenya.Ellen mengintip siapa gerangan yang mengirim pesan. Glen, pria itu mengabarkan jika dia tak kembali ke butik, Hal yang sudah Ellen perkirakan sebelumnya.Ellen meletakkan kembali handphonenya tanpa sedikitpun ingin membuka pesan tersebut. Dia butuh waktu untuk menata hati.Ditengah keseriusannya mengerjakan beberapa desain untuk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments