Home / Romansa / Kembalinya Janda Terkaya / Kenapa balik lagi?!

Share

Kenapa balik lagi?!

Author: MeilyyanaM
last update Last Updated: 2024-07-05 19:37:29

Glara berdiri di depan bangunan yang menjulang tinggi di depannya, rasanya sudah begitu lama ia tak menginjakkan kakinya di bangunan itu. Rasa canggung dan malu menyelinap di benak Glara. Namun, Glara tak memiliki pilihan lain demi keselamatan buah hatinya.

Sebelum masuk ke dalam bangunan itu, Glara menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kedatangan Glara disambut manis oleh jajaran wanita yang berbaris di balik meja resepsionis. “Selamat datang nona Glara, tuan besar sudah menunggu kedatangan Nona. Mari saya antar.”

Glara hanya tersenyum dan mengangguk, ia mengikuti langkah kaki wanita ramping di depannya. Hingga langkah kakinya berhenti tepat di depan pintu lift yang masih tertutup. Tak lama, pintu lift terbuka, wanita ramping itu mempersilakan Glara masuk ke dalamnya. Setelahnya, ia menekan angka paling tinggi di bangunan itu.

Degup jantung Glara semakin berpacu tak karuan, rasa gugup dan gelisah berkecamuk di dalam hatinya. Ia sangat takut jika saja orang yang ia tuju enggan mengulurkan tangannya untuk membantu Glara dan putra semata wayangnya.

“Maaf nona, saya hanya bisa mengantarkan sampai sini. Setelah ini Nona hanya perlu berjalan sepuluh langkah ke depan. Ruangan Tuan Besar ada di paling ujung lantai ini,” papar wanita tadi dengan sopan dan menatap Glara hormat.

“Terima kasih,” balas Glara membalas senyumannya.

Glara pun melangkah sesuai dengan intruksi yang diberikan resepsionis tadi. Tepat di langkah ke sepuluh, Glara berhenti di depan sebuah pintu tinggi yang bertengger papan nama ‘Presiden dan Chief Executive Officer’ Glara memejamkan matanya sejenak. Berulang kali ia menyentuh knop pintu namun, berulang kali juga ia mengurungkan niatnya.

“Ck!” Glara berdecak lantas berbalik hendak meninggalkan ruangan di depannya.

“Kenapa berbalik?” tanya seorang pria dengan suara yang begitu ia kenali.

Glara mendongak manik abu-abunya menatap lurus ke arah pria tua yang berdiri dengan beberapa bodyguard di belakangnya. “Ayo masuk.”

Glara mati kutu, ia tak bisa lagi mengelak ataupun menghindar dari pria itu. Dengan terpaksa, Glara mengikuti langkah pria itu masuk ke dalam ruangan berukuran ekstra besar.

“Jadi berapa yang, cucuku ini butuhkan?” tanya pria itu setibanya di dalam ruangan bernuansa abu.

Glara menggeleng lirih. “Kakek, maafkan aku. Aku tak menuruti ucapanmu dan justru terbuai dengan cinta. Kakek, aku benar-benar tidak tahu harus ke mana lagi.”

Pria itu tertawa ringan, ia duduk di kursi kebangsaannya seraya menatap Glara teduh. “Kenapa musti tidak enak? Aku ini kakek kandungmu, keluargamu satu-satunya keluarga yang tersisa bukan? Kenapa musti sungkan? Duduklah dulu.”

Glara masih tertunduk ia benar-benar malu dengan kakeknya sendiri. “Ayolah, Glara Latusha Seraphine. Kau ini seperti dengan siapa saja. Duduk dulu, aku sudah tahu apa yang terjadi padamu. Dan yah semua sudah terjadi tidak ada yang bisa dirubah lagi, bukan?”

Glara masih bergeming di tempatnya. “Glara kau tidak rindu dengan kakek? Setelah lima tahun kau pergi kau tak rindu sedikitpun pada kakek?” imbuh pria itu membentangkan tangan seraya berjalan mendekati Glara.

Glara menitika air mata ia tak menyangka jika kakeknya masih menerima Glara dengan baik setelah apa yang Glara lakukan padanya beberapa tahun silam. “Kakek,” lirih Glara seraya memeluk sang kakek begitu erat.

“Maafkan Glara, maafkan Glara.” Glara terus merapalkan kata itu di dalam dekapan hangat sang kakek yang penuh kasih sayang seperti masa kecilnya dulu.

“It’s okay, Glara. Semua sudah terjadi, sekarang kamu tahu sendiri ‘kan alasan kenapa kakek selalu menentang hubungan kalian?” Glara mengangguk di dalam dekapannya.

Cukup lama mereka berpelukan, menuntaskan rasa rindu antara orang tua dan anaknya. Kini Glara dan Louis –Kakek Glara– duduk berdampingan di sofa yang terdapat di dalam ruangannya.

“Jadi apa yang bisa kakek bantu?” tanyanya setelah Glara selesai menegak minuman dingin yang ia sajikan.

Glara menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Gama, Kakek. Dia adalah—“

“Putramu, ‘kan?” tanya Kakek memotong ucapan Glara.

Glara mengangguk, ia enggan bertanya dari mana Louis tahu akan identitas putranya. Karena Glara tahu pasti siapa orang yang duduk di hadapannya. Jangankan anak Glara, semut melahirkan pun Loius akan tahu. “Dia mengidap sakit gagal fungsi hati kronis yang kondisinya… .”

“Nanti kita bawa Gama ke rumah sakit yang lebih besar. Kakek akan mencarikan pendonor yang baik dan tepat untuk Gama. Tetapi sebelum itu, kakek ada satu permintaan yang kakek sangat berharap kamu tidak menolaknya.”

“Apa kek?” tanya Glara, Louis pun tersenyum dan menatap Glara penuh harap.

Glara menatap tubuh lemah putranya yang terbaring dengan serangkaian peralatan medis penunjang hidup Gama. Ucapan dan permintaan sang kakek terus terngiang di kepalanya bak kaset rusak. Glara bisa saja menyetujui keinginan sang kakek namun, ia tak terlalu yakin pada kemampuannya.

Ia terus melamun, hingga sebuah suara lembut mengalun di telinganya. “Selamat siang, bu. Dokter ingin bertemu dengan ibu, mari saya antarkan.” Glara mengangguk dan mengikuti langkah kaki perawat muda di depannya.

Setibanya di depan ruangan berkaca dengan nuansa putih di sekelilingnya, perawat itu mendorong pintu dan mempersilakan Glara untuk masuk. “Hallo bu Glara, silakan duduk,” sapa dokter yang kini berdiri berhadapan dengan Glara.

Glara membalas jabatan tangan dokter itu dan kemudian duduk di depannya. “Ada apa ya, dok?”

“Begini ibu Glara, saya ingin membicarakan kondisi putra ibu. Berdasarkan pemeriksaan yang kami lakukan tadi, kami mendapatkan hasil yang kurang baik.”

Glara terkejut dan bertanya tentang penjelasan dokter tadi. “Kondisi hati Gama hanya berfungsi sebanyak 50 persen saja. Karena kerusakannya sudah menjalar cukup lama. Penanganan yang terlambat juga pertumbuhan Gama yang kurang sempurna membuat virus ini menyebar lebih cepat dari biasanya.”

Napas Glara tercekat, ia seakan kehilangan pasokan oksigen di sekitarnya. “Tetapi, Gama masih bisa sembuh ‘kan dok?”

Wanita berbaju putih itu tersenyum dan mengatakan, “Kemungkinan Gama sembuh tentu ada, jika saja… Gama cepat mendapatkan tindakan lanjutan seperti operasi transplantasi hati. Tetapi untuk mendapatkan itu tentu ada proses yang harus dijalani. Selain itu, kita juga harus menemukan kondisi hati yang baik dan sesuai untuk balita seusia Gama.”

Glara semakin lemas ia tak menyangka jika putra semata wayangnya harus mengalami nasib seburuk ini. “Dan, sebagai perhatian ibu. Mengingat usia Gama yang terbilang muda bahkan sangat muda tentu akan memiliki faktor risiko yang jauh lebih tinggi. Sehingga ibu harus mencari rumah sakit dengan peralatan serta penanganan yang lebih mumpuni.” Glara hanya diam menyimak setiap kata yang wanita itu lontarkan.

Kini Glara kembali menatap ke dalam ruangan Gama dirawat. Ia terpejam sejenak dan kemudian meraih ponselnya serta mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Janda Terkaya   Konfeti awal kehidupan baru

    “Kamu cantik sekali,” puji Lana menatap Glara dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan. “kamu benar-benar ratu hari ini.” Glara semakin tersipu malu mendengar pujian Lana.“Tante bisa aja, Glara jadi malu,” ujar Glara menundukkan kepala.“Sebelum turun, boleh kami ambil gambar untuk portofolio?” tanya salah satu perias meminta izin pada Glara dan Lana.Glara pun mengangguk dan mengikuti arahan dari perias untuk mengambil beberapa pose di dekat jendela kamar villanya. “Terima kasih, Bu,” ujar perias itu seusai mengambil gambar Glara dari beberapa angle.“Saya juga berterima kasih sudah menyulap saya jadi seperti ini,” balas Glara dengan senyum manis di wajahnya.Setelah perias tadi selesai merapikan barangnya dan berpamitan keluar ruangan, Lana duduk di samping Glara. “Glara, terima kasih sudah menerim

  • Kembalinya Janda Terkaya   Pertemuan Gama dan Damian

    “Pihak kepolisian hanya meminta bantuan untuk menyampaikan permintaan janji, Tuan.”Bhuvi menganggukkan kepala. “Oh iya, besuk pagi sebelum ke villa saya akan ke sana. Glara apa kamu mau ikut?” tanya Bhuvi pada Glara yang menatapnya.Glara terdiam sejenak, “iya,” sahut Glara seraya menganggukkan kepala.Bhuvi tersenyum mendengar jawaban Glara. Ia lantas mengusap puncak kepala Glara lembut. “Paman Leo‼ kita main lagi . Paman Leo yang berjaga aku dan Erina yang bersembunyi‼” pekik Gama seraya berdiri di dekat Leo.Leo tampak ragu namun akhirnya ia mengangguk setelah mendapatkan persetujuan dari Bhuvi. kini Gama, Erina, Leo dan Boy sedangkan Tasha ia sedang ditugaskan untuk mengurus persiapan pernikahan Glara di villa tempat proyeknya dulu dibangun, tentu saja dengan Tiffany yang menjadi event organizernya.Glara menarik napas dalam-da

  • Kembalinya Janda Terkaya   Belum terbiasa

    “Aku ingin mengajak Tiffany bekerja di perusahaan. Aku tahu dia memiliki kemampuan yang memadai dan setelah menikah nanti aku ingin membatasi pekerjaan jadi aku rasa aku butuh Tiffany untuk membantu menghandle. Bagaimana menurutmu?”Bhuvi terdiam sejenak ia tampak berpikir sejenak. “kita coba bicarakan padanya nanti.” Glara tersenyum senang mendengar balasan Bhuvi yang ternyata mendukung permintaannya.Mobil pun kembali hening hingga tiba di kantor Glara. Setibanya di sana, Glara dan Bhuvi bergegas menuju ke ruang meeting. Beberapa dewan direksi sudah menunggu kehadiran mereka, Glara pun segera memulai meeting yang membahas perihal penemuan untuk bahan produk yang batal dulu.“Maaf sudah menunggu lama,” ujar Glara seraya membungkukkan tubuhnya. “Pertama-tama, terima kasih atas kehadirannya. Selanjutnya, saya akan menjelaskan tentang hasil riset yang saya temukan dalam penyelidika

  • Kembalinya Janda Terkaya   Ada saksi baru?

    Semua orang yang berada di dalam ruang sidang pun menatap kehadiran wanita dengan sorot mata bertanya-tanya. “Tiffanny?” lirih Glara kala melihat sosok wanita muda yang berdiri di antara puluhan orang yang hadir di dalam sana.“Siapa orang ini? Dan saksi dari pihak mana?” tanya Hakim pada pengacara Damian maupun Robert.“Saya Tiffany Magdalena, anak dari Daniel Woody. Politikus yang meninggal di dalam sel tahanan karena tuduhan tak beralasan.”Hakim pun mempersilakan wanita muda itu untuk maju ke depan dan dilakukan sumpah. Setelah melakukan sumpah, hakim dan jaksa penuntut mulai menginterogasinya.“jadi apa yang anda ketahui atau apa yang ingin anda sampaikan?” tanyanya pada Tiffany yang berdiri di depan mic dan menatap lurus ke arah hakim.Tiffany menarik napas dalam-dalam ia menatap Damian dan Robert bergantian. “Robertinus

  • Kembalinya Janda Terkaya   Sidang terakhir Damian?

    “Erina yang akan melakukannya,” jawaban singkat Bhuvi membuat Glara dan Darel mengerutkan kening bingung. “Erina pernah berkata, dia ingin menjadi pengacara dan membersihkan nama ibunya. Itu salah satu tujuanku mengadopsi Erina.”Darel pun mengangguk. “Semoga masih ada waktu untuk membuka kembali kasus itu.” Bhuvi mengangguk. “Oh iya, kalian kapan akan menikah? Lamaran kan sudah.”Glara tersedak salivanya sendiri sedangkan Bhuvi hanya menatap Darel tenang. “Setelah semua masalah selesai aku akan menyiapkannya. Bagaimana Glara?” tanya Bhuvi menatap Glara yang sedang menyembunyikan raut wajah malunya.“Em, aku ikut saja,” sahut Glara singkat masih dengan posisinya.“Aku akan membantu persiapannya, jangan sungkan beri kabar padaku apa yang bisa aku bantu,” ujar Darel dengan senyum bahagia yang terus terpancar di wajahnya

  • Kembalinya Janda Terkaya   Robert tertangkap?

    “Damian sudah mengatakan siapa orang yang menyuruh dan membiayai perbuatannya.” Manik coklat Glara membulat sempurna kala mendengar ucapan Bhuvi.“Kok bisa?”Bhuvi tersenyum tipis. “Mungkin dia sudah sadar kalau perbuatannya salah.”“Bagaimana dengan hukumannya?” tanya Glara masih menatap serius ke arah Bhuvi.Bhuvi menggeleng. “untuk bebas kemungkinannya kecil. Tetapi untuk meringankan hukuman munngkin bisa. Apapun itu, yang terpenting sekarang ini dia sudah memutuskan hal yang tepat.”Glara pun mengangguk. “Setelah sidang putusan nanti. Entah dia bebas atau tidak, dia meminta untuk bertemu dengan anaknya Martha.”Kening Glara berkerut mendengar ucapan Bhuvi. “Beberapa hari lalu aku dan Leo mendatanginya. Dan menawarkan kerja sama. Bagaimana pun juga, Damian adalah saksi kunc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status