Sher memandang heran pada Bho, "Tempat apa ini!?" tanyanya dengan wajah penasaran."Pelankan suaramu, dinding goa ini sangat sensitif, kita aman di sini. karena celah kecilnya tak bisa dimasuki monster besar itu," jelas Bho, seraya duduk selonjor dan mengelus kakinya yang terasa sakit."Kenapa denganmu apakah ...""Tubuhku bukan terperangkap dalam tubuh anak kecil lagi, karena itulah aku merasakan sakit dan ngilu di setiap tulangku.""Oh," desis Sher dan mulai berkeliling melihat situasi dalam goa tersebut. "Apakah kita aman di sini Bho?! Pertanyaan sher tak dijawab oleh Bho, tak lama terdengar dengkuran halus berasal dari lelaki tersebut. Sher hanya bisa menghela napasnya saja, ada apa ini? dengan secepatnya sher gunakan mata emasnya untuk melihat situasi yang ada. "Apa ini? mengapa semua dindingnya bercahaya dan bergemerlap?" Sher mendekati dinding berwarna merah, kuning kadang semburat kebiruan."Batu? ini batu giok! hai ini batu giok asli!" Sher begitu girang pada kenyataan yan
Bab 26Sher memandang sesuatu yang teramat menyeramkan dalam pandangan matanya, kali ini bukan mata emasnya yang ia kenakan. Mata normalnya menangkap sesosok binatang besar yang melebihi 10 kali lipat pesawat terbang yang biasa ia tumpangi. Sekali hap saja tubuhnya akan masuk dalam moncongnya yang bergigi tajam. Lehernya berundai bak sisik besar yang bergerak setiap binatang itu bernapas.Sher menahan napasnya, nampaknya monster berbentuk mirip naga itu, yang merespon dari hangatnya napas dan gerakan serta suara.Entah di mana Bho? Tadi selepas mereka bangun tak menyadari sosok tersebut masuk lewat lubang besar yang berada di atas goa, dan itu adalah lubang yang cukup besar.Sayap itu bergerak, mengepak perlahan, desir anginnya membuat rambut panjang Sher tersibak. Pelan sekali tangan sher merogoh batu-batu yang tadi sempat dimasukkan dalam saku celananya. Mengambilnya dan melempar batu itu hingga puluhan meter masuk ke dalam goa. Efek yang dihasilkan begitu sangat mengerikan, monst
Berkali-kali Elang bisa menghindari semburan api dari mulut Huang. Monster itu semakin kalap, ekor bergeriginya mulai menyambar tubuh Elang. Kuda tangguh itu sudah bersembunyi di balik celah dinding bukit yang berbatu, tempatnya menyempil, sebuah tempat persembunyian yang aman. Mata kuda itu berwarna hitam legam, terus mengawasi gerakan Elang. Setelah lelaki muda itu menghabisi sayap dua kelelawar itu, maka jatuhlah dua mahluk raksasa yang menjijikan itu, air liurnya melukai tubuhnya sendiri, lengkingan kesakitan terdengar sangat menyayat hati.Elang tak pedulikan rasa sakit dua makhluk jahat perusak manusia.Tubuh Elang menjadi ringan, bahkan gerakannya kini saling klop dengan pedang di tangannya.Asap hitam yang keluar dari ujung pedang ini agaknya sangat ditakuti oleh monster Huang. Terbukti tiap Elang hendak menghunuskan pedangnya, Huang mundur perlahan. Sayang, Elang belum berani memakai pedang itu terlalu jauh, karena mata giok hitam yang belum ditemukan sampai sekarang.Aragh
Laut tenang, mengantarkan kapal besar itu menyebrang hingga ke daratan, tanpa bantuan kompas dan arah tujuan, mereka hanya memakai feeling saja untuk menjalankankan kapal tersebut. Perut mereka telah terisi oleh beberapa roti dari bekal para perompak itu. Hingga sekarang merekapun tak diketahui di mana keberadaannya, hilang bagai ditelan bumi.Kapal berayun pelan di atas ombak yang tak besar. Beruntung tak ada badai malam ini, angin pun cukup bersahabat. Di sambut mentari pagi, kapal mulai mendekati daratan.Namun, mereka harus waspada karena daratan ini tak mereka ketahui namanya."Sepertinya kita tersesat," ungkap Sher sambil menatap jauh ke depan. Gundukan tanah terlihat dari kejauhan."Entahlah, kita harus siap hadapi semuanya Sher. Tas dan semuanya hilang, ponsel pun lenyap, kita bagai hidup di jaman purba. " jelas Elang. Sher memandang Elang, sambil tersenyum ia berkata," Kau banyak berubah Lang.""Benarkah?" "Iya, kita sudah berapa lama di Taipe?"Elang memandang balik pada
Kembali kapal bergerak perlahan meninggalkan pulau tersebut.Elang masih terus mengawasi dari atas.Sher terus memandangi lelaki itu tanpa berkedip, pedang yang tadinya hanya seonggok pedang karatan kini berubah menjadi pedang super tanpa tanding, bentuknya pun sedikit berubah. Pedang itu terlihat ganas karena bisa mengeluarkan asap hitam yang kini mulai pekat. Apakah ini pengaruh batu giok yang tadi dimasukan? Perubahan pedang pun berimbas perubahan pada perwujudan Elang, tubuh lelaki itu terlihat semakin kejar saja, kedua lengannya nampak menonjol berurat, apakah karena ia terbiasa memakai pedang tersebut, yang memang beratnya lebih dari 20 kg. Ditambah dengan mata emasnya, selain menambah kegarangan penampilan Elang, mata emas itu melatih setiap otak kiri dan kanan Elang. Pendengaran dan penglihatannya begitu sensitif."Elang .... Hai, orang sipit." bisik Sherlyn pelan.Perlahan pandangan Elang langsung tertuju pada Sherlyn yang masih mendongak menatapnya.Karena serangan anak pana
Setelah memakan roti itu hingga habis, gadis itu tertidur dengan beralaskan papan. Begitu juga Bho, mengawasi kemudi untuk segera mencari daratan lagi. Tak berapa lama, dalam penglihatan Bho. Tong itu bergerak pelan. Bocah tengil itu langsung duduk dan melihat semuanya dalam diam. Sher tidak menyadari kalau Elang sudah tersadar. Pemuda itu keluar dari tong dan terduduk lemah dekat Sher yang sedang tertidur pulas.Tubuhnya sudah terlihat baik-baik saja. Bho tersenyum. Dirinya teringat dulu saat melayani tuannya, yaitu Tuan besar panglima Shang Fu. Setelah dirinya bertugas perang, Bho lah yang mengurus segalanya. Dari makannya, pakaiannya, bahkan kejadian ini pun menjadi rahasianya.Bho menunduk dalam-dalam, apakah ini takdir dalam hidupnya, terjebak dalam tubuh anak kecil dan kembali dipertemukan dengan cucu tuan besarnya yang sama-sama mewarisi pedang giok hitam.Bho perlahan turun ke bawah dan mendekati Elang."Kau baik-baik saja, Elang?" tanyanya lembut tanpa harus mengagetkan lawa
Bab 31❤️❤️Siang ini terlihat Sher sudah berganti dengan pakaian yang lebih baik lagi. Begitu juga Bho, lelaki kecil berperawakan kerempeng itu sudah berganti dengan pakaian anak kecil."Ingat Bho, kau hanya adik bohongan saja.," seru Sher pada Bho.Elang tertawa, "Mengapa kalian selalu saja bertengkar." "Gadis manja ini yang memulainya." celetuk Bho."Apa gadis manja! Kau bilang aku manja, nggak kebalik Paman tua."Bho mencibirkan bibirnya dan bersembunyi di belakang tubuh Elang."Ayo, sini kalau kau berani.""Apa,! Bho kau menantang ku, aku kembalikan nih, tubuh tuamu." Ancam Sher pada Bho."Sudah, sudah jangan ribut, sekat penginapan ini sangat tipis," seru Elang sambil meletakan telunjuknya pada bibirnya sendiri."Dengar Bho, tujuan kita mencari batu giok hitam, tapi nyatanya batu giok didapat dari goa di tanah keramat. Batu giok yang asli belum aku dapatkan , kau masih ingat bukan? Kejadian terakhir saat kakekku bertarung dengan monster itu?""Tentu saja aku masih ingat, yang a
Kembali kita lihat ibu Elang yaitu Jiang, yang mempertahankan rumahnya, agar tidak disita oleh perusahaan dimana dulu suaminya bekerja.Rudi mencoba membantu Jiang, untuk memperoleh surat-surat yang asli dari rumah tersebut, karena kini ada dua surat tanah atas rumah tersebut. Jiang mengatakan bahwa punya dirinyalah yang asli, karena selama ini dia ataupun suami sama sekali tak gunakan sertifikat tanah atau rumah untuk jaminan apapun."Ini jelas manipulasi, Rudi." geram Jiang. " Aku tahu mereka membenciku, hanya karena aku belum mati seperti yang dia inginkan, aku masih ingat yang dia lakukan, apa perlu aku bersaksi lagi mengatakan yang sebenarnya siapa pembunuh direktur utama itu.""Cukup Jiang, jangan kau lakukan itu. Hal tersebut akan mengancam nyawamu sendiri.""Aku tahu Rudi, tidak kau tahu, bagaimana aku harus berpura-pura gila di hadapan mereka!""Shhh, pelankan nada suaramu.""Aku sudah lelah, amat lelah. Aku pertahankan rumah ini , hanya untuk menjaga kenangan dan untuk Elang