Elang adalah keturunan dari kesatria pedang giok hitam, dirinya tak mengetahui hal tersebut. Berulang kali mengalami mimpi yang sama. Akhirnya dirinya yang cupu dan tak mempunyai ilmu beladiri akhirnya nekad mencari leluhurnya, dengan ditemani teman dekatnya yang ternyata keturunan cenayang . Mata emasnya mampu membuka tabir pengurus dari pedang yang terpisah dengan batu giok berwarna hitam. Apakah Elang mampu mengatasi musuhnya yang berupa monster berwujud manusia?
View MoreBrak! sialan, minuman dalam baki itu tumpah akibat kaki Lelaki itu menyandung sesuatu.
Terdengar derai tawa dari seseorang yang ternyata dengan sengaja telah mengulurkan kakinya hingga Elang terjatuh."Enak hah! dasar blagu lu!" Suara Jordan membahana dalam cafe yang tak begitu ramai.Mendengar ada kegaduhan , keluarlah Bos Erik dari ruang kerjanya. Segera menghampiri Elang, dan menariknya dari hadapan Jordi."Maafkan karyawan kami yang tak becus, Tuan, mungkin lain kali tak akan terulang lagi." Bos Erik menunduk hormat pada pelanggan."Bos! dia yang membuatku terjatuh." Elang membela dirinya."Diamlah, Elang!" bentak Bos Erik.Elang menatap Jordi, tapi justru Jordi sedang menatapnya dalam kebencian."Lebih baik kau pecat karyawan bodohmu itu, tak ada gunanya, paham?!" Jordi langsung bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan cafe tersebut.Bos Erik langsung mendelik pada Elang."Kau ini! selalu tak becus bekerja, benar saja kata orang tadi. keluar lah dari cafeku.""Bos, kau memecatku?""Iya, tapi sebelumnya bersihkan ini semua! jangan membuatku berubah pikiran, pergi hari ini juga!"Elang memandang punggung bosnya yang sudah masuk ke dalam ruang kerjanya. Elang dengan kesal membersihkan minuman yang tadi tumpah karena insiden dan ulah dari Jordi.Shit! Elang hanya bisa memaki dalam hatinya. Ini sudah ke dua kalinya dia dipecat dengan tak hormat, bukan karena kesalahannya tapi karena ulah Jordi.Siapa Jordi?Berjalan lelaki yang tadi telah memporak-porandakan Elang, tawanya tak lepas dari bibirnya."Rasakan! itu balasan untuk manusia sok suci. Aku tuh masih dendam padamu, gara-gara kau, aku dikeluarkan dari sekolah!" gerutunya kesal dan menendang tiang listrik yang dilewatinya.Kasus itu terjadi setahun yang lalu, disaat mereka masih dalam satu almamater, SMA Harapan satu. Jordi masih teringat kala itu, sekolah sedang mengadakan sidak. Dalam gudang, Elang melihat Jordi menyimpan semua obat koplonya dalam kaus kakinya. Nampaknya, hal itu menggelitik Elang untuk melaporkan pada guru BK-nya. Alhasil, Jordi dan dua orang temannya langsung dikeluarkan dari sekolah. Jordi merasa justru Elang lah yang paling bersalah dalam hal ini. Dendamnya tak habis-habis. Hingga anak orang kaya nomor satu di kotanya itu, selalu membayangi setiap langkah Elang.Elang kini sudah menenteng tas ranselnya. Pasti ibunya sudah menunggunya di rumah, dirinya tadi tak meninggalkan beberapa uang belanja untuk ibunya, Ah aku harus cari uang di mana lagi? simpanan hari ini untuk makan sudah tak ada.Dikayuhnya sepeda bututnya, hingga ke sebuah lapangan dekat pasar buah, ah, mungkin paman Rudi bisa membantuku hari ini.Belum sempat sepedanya sampai di depan kedai milik Paman Rudi, sebuah panggilan khas dari seseorang."Hai wong chino!!!"Elang langsung membelokkan arah sepedanya pada ruko yang belum buka dan hanya sebagian pintunya terbuka. Nampak, wajah mungil dan imut berdiri sambil tersenyum."Pagi anak nakal," sapa Elang menyapa gadis berperawakan mungil itu.Ada senyum semburat tipis, dan selanjutnya senyum itu menjadi manyun."Kau mau kemana?""Mau ke Paman Rudi. ada apa kau memanggilku?""Hem, kau tak kerja? malas kali!""Hah, aku barusan dipecat, aku mau ke Paman Rudi, kali aja hari ini ada yang bisa aku bantu." Dengan cepat Elang memutarkan sepedanya dan berpamitan pada gadis itu.Sherlyn namanya, wajah imut itu hanya terdiam memandang kepergian Elang.'Dipecat?!' hah, lagi?' heran deh, ada masalah apa dengan dia?"Syukurlah, kau sudah siuman Elang, kami semua khawatir padamu," kata Mae dan mulai memeriksa peredaran darah pada tubuh Elang. Mengobati luka-lukanya dengan obatan herbal yang tersedia pada alam.Elang tersenyum, hatinya plong rasanya, meraba pinggangnya, merasakan pedang batu giok masih menempel di kakinya."Aku butuh, warangka untuk pedangku ini," ucap Elang dan mengambil pedang tersebut dari kaki kirinya.Semua berdesir hatinya, melihat apa yang dilakukan Elang."Apa kau tak merasakan sakit pada kakimu?" tanya Sher perlahan."Kakekmu Shang Fu pun meletakan pedang kesayangannya seperti yang kau lakukan. Dan dia tak merasakan sakit," jelas Bho. "Kau betul Bho, pedang ini yang mencari sendiri tempat yang nyamannya, tanpa menimbulkan sakit pada bagian tubuhku.""Kau pemuda yang hebat Elang, luar biasa. Pemuda yang kuat!" Puji Mae dan memeluk pemuda yang sudah dianggapnya anaknya tersebut. Rasanya tak sanggup dirinya menceritakan hal yang sebenarnya terjadi pada Jiang, ibunya."Terima
Sher, Mae dan Bho tak tahu dengan apa yang terjadi pada mereka. Hanya terlihat Elang yang bertarung sendirian, hologram itu semakin melemah. "Apa yang akan terjadi Ibu? Tubuh Elang semakin samar kita lihat. Apakah ini tandanya, dia dalam kepayahan?""Entahlah, Sher. Ibu tak tahu. Sekarang ini sudah tak bisa gunakan apa-apa lagi. Aku malah khawatir dengan pamanmu. Elang bisa kita tarik dari peredaran hologram itu. Tapi ....""Berjuang lah Elang. Aku mohon bertahan dan kalahkan musuh itu. Demi semuanya." Doa Sher.Terlihat Bho hanya bisa memandang dengan cemas. Batinnya antara menerima takdir dan membenci takdir. Seakan tuhan tak adil padanya, tapi ia harus terima dengan lapang dada.Kembali pada sosok Elang yang sudah cape luar biasa. Kini penampakan Huang betul-betul sangat menyeramkan."Kini kau melawanku, Huang yang sebenarnya, terimalah ini!!!"Kembali Huang maju dan menyerang Elang. Elang tak sia-siakan kelihaian tubuhnya, dirinya terbang ke atas, mereka bertarung di udara. Ela
Elang masih tegak berdiri dalam tatapan tajamnya.Tiba-tiba,"Aku menolak tawaranmu! Aku lebih baik mati berkalang tanah diatas tanah negeriku dari pada aku menjadi pengecut dan pecundang negara."Elang berkata dengan tegas. Elang semakin menyatu dalam dimensi tersebut, tubuhnya semakin terisi oleh bayangan Shang Fu.Wusttt! Sabetan pedang milik lawan menerpa wajah pemuda tersebut. "Sudah aku duga!! Kau mata-mata itu." sungut Huang."Aku tak pernah menjadi mata-mata siapapun! Kau licik, Huang! "Blasttt! Kali ini Huang memberikan pukulan telak pada Elang. Tubuh pemuda itu langsung mundur selangkah. Pukulan itu hanya mengenai tempat kosong 'Bagus, Elang. Kau mulai bisa mengatur gerak spontan tubuhmu.' bisik paman Ho.Elang kembali menahan kakinya agar tak terjatuh, satu pukulan pada pundak Huang pun tak terelakan.Lengan baju kiri Huang robek."Sialan! Kau memang kampungan Shang Fu. Pantas saja tak ada wanita yang mau hidup bersamamu. Huh ... Ingat kau berhutang budi padaku. Posisi s
Wajah Elang tegang sesaat, mendengar penjelasan Ho tentang siapa sebenarnya Huang. "Dia musuh dalam selimut, dia yang menggulingkan jabatan kakekmu, Bahkan Shang Fu mendapatkan fitnah dari istri Huang, yang berakibat dirinya diusirnya dari kota ini." Ho masih menerawang jauh ke masa silamnya."Bedebah itu yang kau serang waktu ada di tanah keramat, dan kau berhasil membuat kedua istri Huang yang berbentuk kelelawar raksasa itu terluka berat. Entah bagaimana nasib monster jelek itu," timpal Bho dengan geram.Ada rasa amarah dalam diri Elang tentang masa lalu kakeknya yang tersingkirkan oleh lelaki jahat bernama Huang."Aku akan menghadapi dia." Elang semakin mantap dengan tekadnya."Aku punya rencana." Lalu Ho mulai berdiskusi dengan mereka."Kau masih ingat semua kejadian itu Bho? Kaulah saksi satu-satunya atas pertarungan mereka." tanya Ho melihat pada Bho."Iya, akan aku coba mengingatnya, saat itu ..." Bho menceritakan kejadian itu dengan runtut. "Sayang sekali aku dan Sher tak b
Mata giok hitam itu bersinar tertimpa sinar matahari. Sinarnya berpencar ke segala arah. Karena permukaannya yang berbentuk prisma tak beraturan. Giok itu tertancap pada salah satu batang pohon tersebut. Pantas saja setiap matahari tepat di tengah gunung ini terlihat bersinar. Orang yang memandangnya mengira bahwa gunung itu adalah tempat para dewa. Setelah lama bertahun-tahun barulah tahu, bahwa sinar itu terpancar dari pantulan batu giok hitam milik Shang Fu. Batu ini lah yang ditakuti oleh Huang hanya pedang milik panglima perang itu yang dapat membelahnya. Karena ketakutannya, maka mata pedang itu yang merupakan batu giok itu ia buang hingga menancap pada batang pohon tua ini selama puluhan tahun. Saat itulah kekalahan berpihak pada Shang Fu, dan naasnya, Huang tak bisa kembali kepada bentuk semula sebagai manusia, ia harus menunggu 30 tahun. Huang menjadi monster mirip naga yang tinggal di dinasty yang hilang, perwujudannya sangat menyiksanya. Kekuasaannya menjadi berantakan oleh
Semburat pagi mulai menembus daun-daun pinus yang berembun. Suasana kembali tenang. Udara segar langsung terasa. Hutan yang penuh dengan efek kesehatan yang bagus. Tenang tapi menghanyutkan.Tak lama, tangan Mae bergerak pelan! "Ibu," panggil Sher pelan dan mengelus pipi ibunya yang masih dalam pelukannya."Ah, badanku sakit semua. Kau kah itu Sher?" Mae langsung menatap wajah anaknya penuh bahagia.Sher mengangguk sambil tersenyum bahagia. Segera diraihnya wajah yang dirindukannya itu, mengecupnya berulang kali, lalu memeluknya erat."Ho, adikku yang baik, terima kasih. Bila tak ada kau. Aku tak akan kembali." Senyum merekah menghiasi wajah lesu Mae. Pandangan Mae tertuju pada sosok anak kecil yang masih juga belum siuman."Elang?""Dia sedang tertidur, lelah dan lapar membuatnya begitu. Tapi ini belum usai Mae.""Aku tahu." Ditatapnya wajah anak kecil tersebut, "Dia dehidrasi, bibirnya pucat.""Ini lebih baik, aliran darahnya sudah aku normalkan. Semoga saja ia bangun dari komanya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments