Bab 31❤️❤️Siang ini terlihat Sher sudah berganti dengan pakaian yang lebih baik lagi. Begitu juga Bho, lelaki kecil berperawakan kerempeng itu sudah berganti dengan pakaian anak kecil."Ingat Bho, kau hanya adik bohongan saja.," seru Sher pada Bho.Elang tertawa, "Mengapa kalian selalu saja bertengkar." "Gadis manja ini yang memulainya." celetuk Bho."Apa gadis manja! Kau bilang aku manja, nggak kebalik Paman tua."Bho mencibirkan bibirnya dan bersembunyi di belakang tubuh Elang."Ayo, sini kalau kau berani.""Apa,! Bho kau menantang ku, aku kembalikan nih, tubuh tuamu." Ancam Sher pada Bho."Sudah, sudah jangan ribut, sekat penginapan ini sangat tipis," seru Elang sambil meletakan telunjuknya pada bibirnya sendiri."Dengar Bho, tujuan kita mencari batu giok hitam, tapi nyatanya batu giok didapat dari goa di tanah keramat. Batu giok yang asli belum aku dapatkan , kau masih ingat bukan? Kejadian terakhir saat kakekku bertarung dengan monster itu?""Tentu saja aku masih ingat, yang a
Kembali kita lihat ibu Elang yaitu Jiang, yang mempertahankan rumahnya, agar tidak disita oleh perusahaan dimana dulu suaminya bekerja.Rudi mencoba membantu Jiang, untuk memperoleh surat-surat yang asli dari rumah tersebut, karena kini ada dua surat tanah atas rumah tersebut. Jiang mengatakan bahwa punya dirinyalah yang asli, karena selama ini dia ataupun suami sama sekali tak gunakan sertifikat tanah atau rumah untuk jaminan apapun."Ini jelas manipulasi, Rudi." geram Jiang. " Aku tahu mereka membenciku, hanya karena aku belum mati seperti yang dia inginkan, aku masih ingat yang dia lakukan, apa perlu aku bersaksi lagi mengatakan yang sebenarnya siapa pembunuh direktur utama itu.""Cukup Jiang, jangan kau lakukan itu. Hal tersebut akan mengancam nyawamu sendiri.""Aku tahu Rudi, tidak kau tahu, bagaimana aku harus berpura-pura gila di hadapan mereka!""Shhh, pelankan nada suaramu.""Aku sudah lelah, amat lelah. Aku pertahankan rumah ini , hanya untuk menjaga kenangan dan untuk Elang
Ada apa dengan Sherlyn? pikiran itu langsung berkecamuk dalam diri Mae. Apalagi dalam keluarga besarnya sedang dalam konflik pasca dirinya harus pergi dari Taipe karena telah menghilangkan nyawa adiknya sendiri. Hal ini karena mencegah hal yang tidak baik dalam keluarganya. Semua terancam meninggal bila Mae tidak melakukan tindakan tersebut."Sayang, sepertinya aku harus menyusul Mae , ada sesuatu yang buruk sedang terjadi padanya ," cakap Mae pada suaminya."Ada apa sebenarnya? Apa kau tahu apa yang sedang terjadi?""Iya, ada sesuatu yang misterius pada pemuda itu, aku pikir dari dialah efek itu.""Susah kau hubungi ibu dari pemuda itu? Jangan sampai kita terlalu jauh untuk bertanggung jawab loh, aku tak suka dia! Apa lagi derajat kita sudah berbeda jauh darinya."Mae menelan salivanya perlahan, dirinya pun harus tahu diri juga, bahwa keberadaan seorang cenayang macam dirinya, adalah kasta terendah bagi kaum suaminya."Maafkan aku, ya aku ingat saranmu.""Bagus, camkan itu. Aku tak
Yuhhu semakin jauh membawa gadis berambut emas dan bocah tengil itu."Kita sepertinya sudah sangat jauh dari desa itu, apa ini tidak bahaya?" tanya Bho panik.Sher menarik pelan rambut kita tersebut, dan si kudapun perlahan mengurangi kecepatan larinya. Sher memandang alam sekitar, kini mereka berada di sebuah padang rumput yang luas hijau dan segar. "Kita ada di mana Bho?""Entahlah, aku kok takut.""Ah kau ini, kau takut karena naik kuda besar ini, kau takut jatuh bukan?""He he iya, aku sampai pegangan kulit kuda ini, maafkan ya, kau pasti merasa kena cubit kan?""Ah kau ini, ayo , turun!""Nggak mau! Lihat tinggi sekali, aku pun takut turun. Andai ada musuh , aku kau tinggal pergi bukan?"Sher tertawa ngakak, "Tentu saja tidak, mana mungkin kau aku tinggal, nanti aku tak bisa bertengkar lagi denganmu.""Dasar gadis manja!""Apa kau bilang! Lihat apa kau bisa bertahan diatas kuda ini hah!" Lalu sher menggoyangkan Pinggulnya hingga pegangan tangan Bho terlepas, dan kuda sempat berj
Dua belas jam perjalanan lewat pesawat terbang sudah Mae tempuh, dirinya langsung menghubungi Ho adiknya. Hanya dialah satu-satunya yang mempunyai bakat cenayang sebagai pilihan hidupnya. Namun, beberapa panggilan lewat ponselnya tak ditanggapi oleh Ho. Ini tidak biasanya, bahkan lewat telepati pun tak ia temukan batin adiknya ini. Ada apa sebenarnya? Apa aku salah? Atau aku yang terlalu lama tak gunakan hal ini?"Ayolah, Ho. Aku butuh bantuan mu, saat ini Sher dalam bahaya." batin Mae gelisah.Dalam mobil sewaan, dirinya melakukan perjalanan jauh tanpa jeda, walaupun tubuh tak sekuat dulu, bahkan beberapa sudut kota sudah terlihat berbeda. Rumah tinggal Ho jauh dari pemukiman penduduk padat, hampir masuk ke area pariwisata. Rumahnya terkadang menjadi tempat kekaguman orang yang lewat, karena arsitekturnya yang masih kental dengan bambu. Ya, hampir sebagian besar rumah Ho terbuat dari berbagai jenis bambu di dunia, dengan ukuran bambu yang super besar menjadikan tujuh pilar di depa
Akhirnya Mae dan Ho mendapatkan sebuah kamar yang cukup lumayan. Dalam kamar segera Ho gunakan sihirnya untuk melindungi diri, menciptakan makhluk astral dibuatnya menyerupai dirinya dan Mae. "Dia akan stay tinggal di kamar ini, kita bisa mencari info di mana Sher.""Bagus, kerjamu cepat Ho. Terima kasih."Sementara Mae dan Ho dalam penginapan, kembali kepada tiga manusia yang terperangkap dalam hutan dibalik gunung, hutan itu adalah terusan hutan milik kuasa Shang Fu. Bagai mata uang. Kalau di hutan larangan justru murni bersih tak ada hantu maupun monster, sedangkan hutan dibalik gunung justru inilah tempatnya para suhu dari monster dan hantu. Hutan dalam satu area tapi terpotong oleh sebuah gunung yang ujungnya selalu berawan. Dua tempat yang berbeda, kita lihat, hutan yang saling berseberangan. Semoga saja Elang mampu pecahkan semua misteri batu giok yang asli ada di mana.Tubuh Bho bergetar hebat, mata kecilnya melihat sesuatu yang menyeramkan di balik rimbunan semakin belukar.Y
Mae terpaksa menggunakan ilmu yang seharusnya dilarangnya. Selama ini dirinya tak menggunakan mantra hitam. Ho yang tahu kalau setiap mantra yang diucapkan Mae pasti manjur. Ini adalah kesalahan fatal yang dulu pernah ia gunakan. Ibunya memang berbeda dengan ibu Ho. Mae adalah anak bawaan Ayahnya, yang setelah menikah, barulah ada Ho, A liang dan ibunya Nira.Sejarah keluarga besar Mae sudah menutupnya rapat-rapat karena ia adalah keturunan ke 13 dari klan ibunya."Ho, aku takut melakukan ini. Aku takut tak bisa kembali pada diriku sendiri. Aku —" Mae terisak. Dirinya tak mau kembali ke masa silamnya."Kak Mae, percayalah kau bisa.""Sudah bertahun-tahun aku kubur dalam-dalam mantra itu, dan aku tak bisa mengingatnya lagi.""Kau adalah yang terpilih, pasti bisa. Aku tak bisa melihat Sher, dia sudah masuk dimensi yang lain. Dia tak menyadari itu. Tubuhnya tertidur lelap. Ia tak akan bisa gunakan mata emasnya lagi.""Apa!"***Dalam kegundahan hati Mae. Di dalam hutan di balik gunung,
Kali ini Jiang merasa dihargai, ada seseorang hadir bertandang ke rumahnya, ingin menyelesaikan permasalahan Jiang atas kepemilikan rumah tersebut."Aku tahu, ada dua sertifikat tanah atas kepemilikan dengan nama yang sama. Keduanya mengaku asli.""Punya akulah yang asli, itu dibuat oleh suamiku almarhum dan kami sama sekali tak pernah menggunakan sertifikat ini untuk agunan apa pun. Murni masih bersih," jelas Jian."Hem, aku ajukan saran, kalau kau mau, aku bisa bantu. Balik nama sertifikat itu atas namamu.""Tapi suamiku sudah meninggal.""Aku bantu. Oh ya kenalkan nama aku Reksa. Ini nomor teleponku, silakan hubungi aku, bila ada perlu."Jiang menerima sebuah kartu nama dari lelaki tersebut, dan hanya bisa memandang kepergiannya begitu saja.Kini kartu itu masih dalam genggamannya, dia sudah menceritakan semuanya pada Rudi. Lelaki itu hanya diam dan melihat Jiang."Semoga saja orang itu bisa membantumu Jiang. Yang aku tahu Reksa adalah pamannya Jordi.""Apa! Jadi dia ...""Kita ti